Hal yang pertama kali dilihatnya adalah sesuatu yang berwarna putih. Ia meringis pelan. Merasakan denyutan kesakitan yang tiba-tiba menghantam kepalanya. Tangannya tergerak menyentuh kepalanya. Teramat menyakitkan hingga denyutan itu berangsur-angsur hilang.
Ia mencoba bangkit dari posisi tidurnya dan duduk bersandar pada ranjang yang ditempati. Perlahan ia melepas masker oksigen yang setelah itu tercium aroma yang menusuk hidung. Bau khas rumah sakit.
Dirinya mengernyitkan dahi berusaha berpikir apa yang menyebabkannya terbaring di ranjang rumah sakit. Pandangannya tertuju pada lelaki yang duduk tertidur di ranjangnya. Ia tak dapat melihat wajah lelaki itu karena wajahnya tersembunyi dibalik kedua tangannya.
Cukup lama ia mengamati lelaki itu hingga akhirnya lelaki itu bangun sambil menguap dan mengusap kedua matanya. Lelaki yang ia pandangi sedari tadi menggerakkan badannya ke kanan dan ke kiri masih dengan memejamkan matanya. Tak lama setelah itu lelaki itu membuka kedua matanya. Wanita itu dapat melihatnya. Mata indah milik lelaki itu terbuka lebar dan menatapnya terkejut.
"Kau sudah sadar?" lelaki itu berdiri dan menyentuh lengannya lembut.
Wanita itu berdehem pelan. Mengumpulkan suara di tenggorokannya. "Ya."
"Tunggu sebentar, akan ku panggilkan dokter." Setelah mengatakan hal tersebut lelaki itu sedikit berlari keluar dari ruangan.
Beberapa menit kemudian, lelaki itu masuk ke ruangan dengan seorang dokter. Dokter tersebut tersenyum ramah sebelum ia mengeluarkan benda kecil sejenis senter dan mengarahkannya ke kedua mata milik wanita itu. Selanjutnya dokter tersebut memeriksa wanita itu.
"Bagaimana keadaannya, Dokter?" lelaki tersebut bertanya dengan nada cemas.
"Sejauh ini kondisi Nyonya Yoona baik-baik saja. Akan tetapi masih perlu pemeriksaan lebih lanjut untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan." Dokter tersebut menjawab dengan raut muka sedikit khawatir.
Kemudian pandangan Dokter tersebut beralih pada wanita yang sedari tadi tak bersuara. "Apa kau merasakan sakit pada anggota tubuh mu?"
Wanita itu berdehem lagi. "Tidak. Aku hanya merasa pusing."
"Apa kau ingat nama mu?"
Wanita itu diam. Raut wajah wanita itu bingung dan terkejut. Selanjutnya ia menggeleng pelan.
Dokter tersebut menghela napas dan beralih menatap lelaki itu. "Aku harus melakukan pemeriksaan secepatnya untuk mengetahui kondisi pasti Nyonya Yoona."
***
Wanita itu menatap bingung pada lelaki yang duduk di samping ranjangnya. Beberapa saat lalu, lelaki itu masuk ke dalam ruangannya. Dengan senyum di wajahnya, lelaki tersebut bertanya apa ia baik-baik saja. Sejujurnya wanita itu bosan mendengar pertanyaan yang sama sejak kemarin.
Kemarin Dokter Kim melakukan berbagai macam tes kepadanya dan tak lupa menanyakan apakah ia baik-baik saja. Sungguh, ia benar-benar sangat bosan dengan pertanyaan itu!
"Aku baik-baik saja. Bisakah kau berhenti menanyakan apakah aku baik-baik saja?" nada wanita itu datar.
"Maaf." Lelaki itu meringis sambil mengusap tengkuknya.
Cukup lama mereka berdua terdiam. Membiarkan hening melingkupi sekitar mereka. Hingga akhirnya wanita itu membuka suaranya. "Maaf, kau siapa? Apa aku mengenalmu?"
Sorot mata lelaki itu berubah sedih dan beberapa detik kemudian sebentuk senyum muncul di wajahnya. "Aku suami mu."
***
Suara dentang jam terdengar di telinga wanita itu. Ia menoleh ke sumber suara dan menyadari bahwa waktu telah menunjukkan pukul dua pagi. Ia tidak bisa tidur. Ia menyandarkan kepala diantara tekukan lututnya. Berusaha mencerna apa yang sebenarnya terjadi.
YOU ARE READING
The Vow
FanfictionTerbangun setelah tidur panjang. Yoona menyadari dirinya bagaikan kertas kosong. Tanpa ingatan. Tanpa kenangan. Hanya satu hal yang ia tahu, ia adalah istri seorang Park Chanyeol.