Teruntuk budakku yang rajin menyajikanku makanan dan susu.Teruntuk budakku yg rajin membersihkan bokerku yang ku sengajai, diatas karpet yg takku suka motif dan bahannya.
Teruntuk budakku yang pernah berani-beraninya memukulku karena insiden tadi, boker di atas karpet kashmir, setelah kejadian itu aku mengerti posisiku dan bagaimana harus bersikap. Walaupun kau budakku yg sering mengotori wajahmu sendiri dengan sepertinya kotoranku tiap malam hari, tetap saja aku sebagai baginda raja harus menghormatimu dengan tidak boker selain di pasir agar kau tidak repot mengumpulkannya dan malam hari bisa menggunakanya, melumuri wajahmu dengan tai ku seperti biasa.
Aku diajarkan oleh orangtuaku. Jika sudah dekat di akhir, pergilah menghilangkan jejak dari para budak, agar mereka tidak pernah tahu kematian kami dan tidak perlu menangisinya.
Selamat tinggal budaku(coret)
Sahabatku :).
*Surat ini tidak pernah sampai ke tuannya (dari sudut pandang si kucing :budaknya) dikarenakan kucing tidak bisa menulis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Puisi Sampah, Tak Layak Baca.
Poesialist puisi. 1. Aku Menjadi Tuhan. 2. Surat dari kucing untuk tuannya