Chapter 1

77 11 6
                                    

Sebelum baca aku ingetin dulu ya guys jangan lupa tinggalin jejaknya voment yak.. 😘 oke selamat menyimak semoga suka 😘

Kreeek... Sore itu pukul 15:15 WIB terdengar suara gesekan pintu berwarna coklat dengan ukiran unik aku mengendap-endap dibalik pintu suara gemericik air lembut mengalir dari pipa kran di surau itu beberapa orang sedang Menggunakan air kran itu untuk membasuh-basuh sebagian anggota tubuhnya, ku amati gerak-gerik mereka bagiku itu adalah hal yang asing hingga membuat hati kecilku bertanya-tanya apa yang sebenarnya mereka lakukan dan untuk apa semua itu? Heranku dalam hati dengan sesekali terus mengamati orang-orang itu dengan mimik penasaran sore itu adalah hari pertama dimana ayahku memberiku kebebasan keluar rumah tanpa kakakku karena usiaku yang sudah bukan anak-anak lagi namun ayahku tetap mengawasiku dari kejauhan.
Aku adalah seorang putri bungsu dari dua bersaudara Ni Elista Novera nama yang diberikan kedua orangtuaku untukku

Ayahku adalah seorang pemuka agama penganut kepercayaan hinduisme dan mempercayai ajaran-ajaran nenek moyang para leluhur kami, Pande Hari Dharma adalah nama kakakku ia adalah sosok kakak yang amat perhatian padaku ia berwajah tampan ketampanannya...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ayahku adalah seorang pemuka agama penganut kepercayaan hinduisme dan mempercayai ajaran-ajaran nenek moyang para leluhur kami, Pande Hari Dharma adalah nama kakakku ia adalah sosok kakak yang amat perhatian padaku ia berwajah tampan ketampanannya yang khas Bali tidak pernah luntur dari waktu ke waktu sehingga membuat perempuan manapun pasti terpana melihatnya.

Kami sekeluarga tinggal di Bali tepatnya di Uluwatu kabupaten Badung Bali. Sejak kecil ayahku selalu mendidik aku dan kakakku dengan baik tentang arti kehidupan dan bagaimana cara hidup yang baik sopan santun beragama sesuai kepercayaan leluhur kami yang ayahku sangat menjunjung tinggi nilai-nilai agamanya tak pernah absen beribadah ke Pura tidak seperti aku yang harus dipaksa agar mau ikut peribadatan-peribadatan di Pura.

Saat aku tengah mengamati orang-orang di surau kecil itu yang terletak tidak jauh dari pantai tiba tiba kakakku terlihat berjalan dari seberang hendak ke pantai karena aku takut kakakku melihatku kuurungkan niatku untuk mengamati mereka sampai selesai karena aku tau orang-orang di surau itu memiliki keyakinan yang berbeda dengan keluargaku aku bergegas pergi dengan sembunyi-sembunyi meninggalkan surau itu...

************************************
Plak...serasa ada sesuatu yang berat menimpali bahu kananku,

"Jagad Dewa batara!!! "Kagetku hingga aku tersentak
"Kenapa kau disini nak darimana saja? Bapa menunggumu dari tadi untuk ikut upacara ngaben di desa sebelah"

Ngaben adalah sebuah upacara adat umat hindu Bali yaitu pembakaran jenazah/ jasad orang yang telah meninggal untuk mensucikan rohnya membuang kotoran jasadnya dan upacara ngaben menandakan bahwa keluarga yang ditinggalnya sudah ikhlas.

"Maafkan Lista bapa tadi bermain di Pantai saja bersama penyu-penyu dilaut Lista ingin menikmati indahnya pantai di sore hari sampe lupa ada upacara ngaben"
"Yasudah lainkali kalo ada upacara jangan diulangi lagi ya" cubit bapa sambil mengajakku pulang

Aku hanya mengangguk dan menuruti bapa pulang ke rumah
Sampainya dirumah bapa segera menyuruhku mandi dan mempersiapkan peralatan untuk sembahyang pukul 18.00 WIB , sembahyang wajib setiap hari kami lakukan 3kali namun bapaku melakukannya 5kali karena bapaku orang yang sangat agamis dan sangat yakin dengan keyakinannya

Sore itu bertepatan aku dan ayahku melaksanakan sembahyang di sanggar pemujaan aku mendengar suara merdu dengan bahasa yang indah nyaman di dengar aku sering tak sengaja mendengar suara dari surau itu hingga sembahyangku tidak fokus lagi perhatianku teralihkan kepada suara itu seolah ada panggilan jiwa begitu ingin aku melangkahkan kakiku ke surau itu namun aku takut pada bapaku aku melanjutkan ritual sembahyang ku mulai membakar dupa dan menyelesaikan sembahyang bersama bapa serta kakakku, mengenai ibuku bapa bilang ibu sudah meninggal dunia saat aku masih berusia 4 tahun.

Dalam hati dan fikiranku seperti tak sejalan aku tidak yakin dengan apa yang dihadapanku ini apakah ritual-ritual sembahyang dengan melakukan pemujaan seperti ini benar-benar mampu mensucikan jiwa membersihkan diri mendapat rahmat Tuhan?? Lalu Tuhan itu seperti apa apakah alam itu Tuhan apakah yang ia sembah ini benar- benar Tuhan yang mampu menaungiku pertanyaan- pertanyaan itu selalu mondar- mandir dikepalaku seperti mesin scaner namun aku sama sekali tidak pernah menyalahkan agamaku keyakinan bapaku karena apa yang diajarkan bapaku selama ini memang membuat hidupku damai dimasyarakat selalu rukun dan solidaritas tinggi sehingga membuatku bingung dan penasaran dengan agama- agama yang lain apakah sama seperti ini ataukah tidak lebih baik/ buruk? Rasanya aku ingin menjadi peneliti agama saja lalu kubandingkan dengan agamaku yang selama ini kuanut.

Aku memang gadis yang penurut lugu polos berusia 17tahun yang tidak pernah membantah orangtuaku selama ini hal itu mengerucutkan niatku untuk menggali informasi lebih kepada agama lain.

"Kicauan burung jalak bersahut-sahutan romantis bercengkerama diatas dahan pohon- pohon kecil itu angin pantai terasa berhembus dari arah timur ke barat menyibak rambutku nan terurai terkibas angin hingga kemataku harumnya kamboja semerbak menyapaku pagi itu matahari mulai menghangati sekeliling pantai"

Bapa dan kakaku memanggilku dengan lambaian tangan berpakaian putih bersih terlihat begitu damai dan suci mengajakku untuk melaksanakan sembahyang pagi dengan senyuman ku sambut mereka berdua lalu bersama- sama melaksanakan ibadah pagi, dimulai dengan hati dan jiwa yang bersih kami memulai sembahyang lalu kunyalakan dupa dalam wadah kecil dan mulai memanjatkan do'a- do'a kepada Tuhan.

Dalam hatiku selalu berbeda dengan ragaku hati kecilku selalu bertanya- Tanya apakah ini benar- benar Tuhan sedang ia tak mampu bergerak sendiri namun disisi lain aku juga merasakan energi positif dalam jiwa ketika melaksanakan sembahyang hal itu ...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dalam hatiku selalu berbeda dengan ragaku hati kecilku selalu bertanya- Tanya apakah ini benar- benar Tuhan sedang ia tak mampu bergerak sendiri namun disisi lain aku juga merasakan energi positif dalam jiwa ketika melaksanakan sembahyang hal itu benar- benar membuat diriku kebingungan sehingga membuat konsentrasi sembahyangku kacau aku takut jika para Dewa mengutukku karena sembahyangku tidak sepenuhnya percaya dan menghayati.

"Oh Jagad Jewa Batara ampuni aku" ucapku dalam hati karena takut akan kemunafikan hatiku dalam bersembahyang

Usai sembahyang bapaku kembali menjalani aktivitas hariannya sebagai seorang nelayan dibantu oleh kakakku, karena aku seorang wanita bapaku melarangku ikut berlayar yah tentu saja aku hanya ditepi pantai menikmati indahnya alam melihat cakrawala di sekeliling sambil bermain- main air.

Saat aku tengah bersantai dipinggir pantai sembari menunggu bapa mendapat ikan kulihat seorang ibu tengah baya dengan pakaian anggun mengenakan seperti selendang dikepalanya Nampak seperi bukan orang asli penduduk sini sedang memunguti rumput laut di pantai sebelah, kudekati ibu itu...

********"***"***"****"*"*"*"*******
update tipis tipis dulu ya guys😁
maapkan nanti lanjut lagi semoga suka dgn cuplikan ceritanya ..😘😉

MurtadkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang