PROLOG
Hebban olla vogala nestas hagunnan hinase hic anda thu, wat unbidan we nu?--Semua burung sudah mulai membuat sarang, kecuali kau dan aku, apa yang sebenarnya kita tunggu?
Ia membuka kembali lembar demi lembar tumpukan surat yang sudah lama berdebu di laci mejanya. Semakin ia membaca surat-surat itu, semakin ia jatuh lebih dalam ke ingatan masa lalunya.
Hoe gaat het, kleine kanarie?*) --tanyanya dalam hati.
“Bahkan aromanya masih sama,” ia setengah berbisik. Aroma panas matahari yang khas, ditambah dengan wangi ilalang hijau yang lembab. Mendadak ia merasa memorinya kembali diputar persis di hadapannya. Satu per satu. Dan ia tak bisa mengelak.
Ia mengambil secarik kertas yang putih beserta amplopnya, menulis di atasnya dengan lincahnya. Semua yang ada dipikirannya tertumpah ruah menjadi rangkaian huruf dalam kertas. Dan semua itu terhenti, saat mencoba untuk menuliskan sebuah nama. Sebuah nama yang sangat-sangat panjang.
Ia terdiam. Air matanya tertahan.
*) Bagaimana kabarmu, kenari kecil?
KAMU SEDANG MEMBACA
The Little Canary
Teen Fiction1935, Semarang. Heriet adalah seorang gadis Belanda yang terpaksa ikut keluarganya yang pindah ke Netherland-Indische. Berbeda dengan Den Haag dan Batavia, baginya Semarang adalah kota yang tidak menarik dengan gedung-gedungnya yang nampak biasa dan...