Anyyeong, welcome back.
I'm so sorry, lama bgt ga up
Soalnya kek mikir gitu, 'emg kalo gua lanjut cerita pada baca gasi'Dengan tekat yang b aja akhirnya ak memutuskan utk merevisi dan merombak smuanya.
Smoga kalian suka yaaa!
1. Gadis Bully-able.
Pecahan kaca berserakan, seorang lelaki lima belas tahun terduduk di dekat serpihannya. Lihatlah, didepan mata kepalanya sendiri, seseorang yang amat ia sayangi tergeletak tak bernyawa. Ibunya meninggalkannya.
Hatinya teriris, ia menatap penuh amarah seseorang yang mulai mundur dan berjalan keluar rumah dengan langkah kaki yang ketakutan. Tampaknya ia pun tak menyangka akan berani berbuat sekeji itu pada sang Ibunda. Ya, si sulung yang selalu dibangga-banggakan membunuh Ibunya sendiri.
"BRENGSEK!" Teriak si bungsu pada kakaknya.
Ia berlari mengejar sang kakak yang belum terlalu jauh, namun si sulung pun tak mau berhenti. Si sulung mempercepat langkah kaki guna menghindari amukan sang adik.
Mereka saling mengejar disepanjang komplek perumahan sampai ke trotoar jalan raya. Si sulung berusaha mempercepat lajunya, namun naas 10 meter setelah ia berbelok ke gang yang cukup sempit adiknya mencegat tangannya. Si sulung mematung, ia tahu bagaimana kekuatan sang adik saat amarahnya memuncak.
"GUE BENCI SAMA LO, ANJING!"
Si sulung menerima satu pukulan diperutnya
"NYOKAP SALAH APA SAMA LO?"
Bugh. Si bungsu menambahkan pukulannya dirahang.
"DIA YANG NGELAHIRIN LO, BANGSAT!"
"DASAR MANUSIA BIADAB."
"BUNUH GUE, TA. BUNUH!" Si sulung yang sedari tadi terdiam akhirnya bersuara disusul suara tawanya yang nyaring.
Si bungsu terdiam, namun sorot matanya semakin menajam. Ia harusnya tahu hal ini akan terjadi. Tetapi ia pun tak mampu menolak keinginan sang Ibu. Seharusnya dia menolak keinginan Ibunya lebih keras, tak perduli menyakiti hati sang Bunda. Asalkan itu dapat membuat Bundanya bernafas lebih lama.
• • •
Hujan ringan turun mengenai keringnya ranting dan dedaunan, membasahi pepohonan hingga akarnya. Rintikan menetes tanpa henti, membuat cuaca panas tersingkir oleh sejuk yang dibawa.
Seorang gadis berkacamata duduk di halte dengan pakaian kusutnya. Semua orang disekitar tidak ada yang memberdulikan, mereka bahkan menjauhi. Ia duduk sendirian dibangku paling ujung, membuat sepatu hitam tak layak pakai itu terkena cipratan air.
Ia tak perduli, banyak orang yang memandang sinis ataupun tatapan seakan dirinya hama yang harus segera disingkirkan dari muka bumi. Mereka tidak tahu apapun tentang dirinya, juga kehidupannya yang sebenarnya.
Tiba-tiba, tubuhnya didorong dari arah belakang oleh seorang teman. Ah bukan teman, lebih tepat disebut sebagai musuh bebuyutan. Bukan, ia tak mencari masalah, tetapi dirinya termasuk golongan gadis yang bullyable.
Semua orang tertawa, termasuk orang-orang yang sedari tadi memandangi dengan tatapan tidak suka. Mereka ramai menterawakan gadis yang jatuh mengenaskan itu. Tubuhnya pun tak terlindungi atap halte membuat hujan bergegas membasahi pakaiannya.
"Heh, sana pergi. Halte ini ga nerima hewan ya, Anjing." kata si antagonis dengan sombongnya mendongakan dagu
Si gadis berdiri
"Perlu lo tau, halte ini lebih ga terima cabe busuk daripada hewan." kata si gadis bullyable, sebut saja Lera. Masalah nama panjang, kalian akan diberi tahu nanti-nanti saja.
Setelah mengatakan hal tersebut dengan raut datar, ia segera pergi meninggalkan halte yang kini ramai mentertawakan para antagonis yang mencak-mencak. Mereka ingin mengejar, namun mereka tidak akan rela hujan-hujanan demi mengejar manusia yang mereka katai hewan itu.
• • •
Lera berjalan menyusuri trotoar diiringi gelegar petir yang bersahutan, rintik yang turun semakin kerap dan langit yang terus memekat dengan cepat. Baru saja ia akan berbelok ke sebuah gang kecil, netranya menangkap perkelahian yang sepertinya terjadi secara tidak adil. Mata tajamnya menghitung cepat. Satu lawan satu, dua, tiga, empat, lima, enam, ah tigapuluh. Ini bukan perkelahian, tapi pengeroyokan.
Dia bingung ingin turun tangan atau terus jalan. Ia malas menambah masalah. Sudah cukup ia menjadi korban bullying disekolah juga menanggung masalah di dunia keduanya. Tetapi ada satu sisi dalam dirinya yang menyuruh untuk membantu.
Saat melihat sang korban dengan lebih jelas, ia bergegas melepas tas, membuka resleting jas hujan tas lalu tangannya bergerak mengeluarkan sebuah jubah hitam bertudung dengan syal berwarna senada. Ia segera memakai jubah tersebut, menaikan tudung dan memakai syal untuk menutupi seluruh wajah kecuali matanya.
Lera berlari masuk ke area pengeroyokan dan menendang dua pria berbadan kekar sekaligus membuat mereka ambruk. Detik berikutnya ia sudah bergerak meninju hidung dua lawan, mereka pingsan dengan darah yang terus mengalir dari hidungnya. Lalu bergerak cepat menendang seorang lawan yang mengayunkan balok kayu dari arah belakang, tanpa jeda sedetikpun tangannya menghabisi dua puluh tujuh orang dalam waktu lima menit.
Ia bernafas lega, begitupun seseorang yang berdiri tak jauh darinya.
Seseorang yang dibantunya sepertinya hendak mengucapkan terima kasih, namun ia terlambat karena sang jubah hitam telah berlari cepat meninggalkan area tanpa meliriknya sama sekali.
•••To be contiuned•••
I hope you like that, huaaa.
Jujur sebenernya aku gapercaya diri buat publish ini, tapi semoga kalian suka yaa♡
Tinggalkan jejak pliss?
Pencet bintang doang susah bgt ya, wkwk.Next ga?
-schrijf aeterna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Nerd Is Ice Girls [REVISI]
Teen Fiction[Revisi] Banyak tantangan yang harus mereka taklukkan meski berseberangan untuk mencapai satu tujuan yang sama. Agastha, pangeran berandal berdarah dingin dengan sejuta mantan. Dan Lera, si cupu namun tak berperikemanusiaan. Rahasia-rahasia Lera, t...