Tee tidak tahu darimana keberanian nya tadi berasal, ia merasa seluruh tubuhnya lemas sekarang. Akhirnya ia berhasil mengungkapkan perasaan yang selama ini ia pendam. Ia merasa beban besar di hatinya sudah terangkat. Mungkin ini pertanda baik untuk mengakhiri cinta sendirinya itu.
Tee ingat bahwa Ibu P’Tae pernah mengatakan kalau P’Tae memanglah orang yang cuek, jadi wajar saja jika ia memperlakukan orang lain dengan dingin. Karena itu juga Tee menerima semua perlakuan Tae yang acuh tidak acuh padanya. Tae hanya akan bersikap hangat pada orang – orang yang benar- benar dekat padanya saja. Maka saat ia melihat interaksi antara Tae dan Tizzy, perlahan pertahanan hati Tee mulai terkikis. Tae tidak pernah memperlakukan Tee seperti ia memperlakukan Tizzy.
Setelah Ia tidak mendapatkan buku catatan Tae, Tee mulai berpikir bahwa ini mungkin adalah salah satu pertanda dari dewa kalau ia harus mengubur perasaan yang bahkan Tae tidak ketahui ia miliki. Tee belajar menghapuskan perasaannya, ia menahan dirinya untuk tidak menghampiri Tizzy hanya untuk melihat dari dekat buku catatan yang Tae tinggalkan. Ia pernah bermimpi, walaupun perasannya pada Tae tak sampai, ia ingin sekali memiliki satu bagian dari diri Tee untuk menjadi kenang- kenangan untuk dirinya. Oleh karena itu, ia sangat mengharapkan buku catatan itu, buku yang berisi tulisan tangan Tae, buku yang diisi oleh Tae dengan segenap hatinya, rasanya sama seperti Tae telah membagi mimpinya dan masa yang Tae lewati dalam hidupnya dengan Tee.
Benteng yang gerbangnya mulai terbuka itu kembali terkunci saat Tae hadir kembali dalam hidup Tae, datang dengan sikap dan kehangatan yang sebelumnya hanya bisa Tee dambakan. Hatinya kembali memiliki angan dan harapan dengan Tae.
Disaat ia merasa sudah sangat dekat dengan target yang selama ini ia kejar, Tee kembali lagi harus mengahapi kenyataan bahwa orang yang dicintainya selama ini sudah membagi cintanya dengan yang lain. Ia berada di ujung pertahanannya, dan kali ini benteng itupun runtuh.
Ia berkali- kali harus mengingatkan dirinya sendiri untuk tidak berteriak pada Tae karena rasa sakit yang ia rasakan setiap kali mereka bertemu. Ia mati- matian menghindari Tae, tapi yang dihindari justru semakin gigih mencari cara untuk menghubunginya.Disisi lain Tee juga menyadari perasaan yang Top miliki untuknya, ia tidak ingin Top merasakan sakit hati karena terus mengharapakan seseorang. Oleh karenanya, Tee memilih untuk berbicara pada Top, karena jujur, ia masih mencintai Tae dan ia tidak ingin menerima orang lain di hatinya saat ia belum 100% merelakan Tae dari hatinya. Syukurnya Top bisa mengerti dan menerima keputusan Tee, Top sangat terkagum akan keteguhan hati Tee, Tee tidak egois dan menjadian orang lain pelarian dari Tae.
*
Top sedang menceritakan soal teman satu kelasnya yang berdebat dengan dosennya tentang teori gravitasi yang dihubungkan dengan urusan cinta saat ponselnya bergetar karena sebuah pesan masuk
“ Semoga berhasil, aku percaya padamu” . Tee menghela napasnya panjang dan memasukan ponselnya kembali
Tidak sulit untuk Tee mengartikan person itu yang dikirimkan dalam kode morse itu, dan tidak sulit juga untuknya menebak siapa pengirim pesan tersebut.
Tae Darvid.
Tee menghela napas nya.
Ia sudah tahu kalau Tae dan Tizzy tidak berpacaran, rasa sayang itu masih ada, tapi Tee buru- buru menghapuskan keinginan untk bersama Tae lagi.Tae terlalu silau untuknya. Sama seperti sinar mentari pada siang hari yang terik.
Cukup untuk ya memperhatikan Tae dari jauh, dar tempat yang tak terlihat, sama seperi saat ia memperhaitikan Tae dari sela pagar belakangnya itu
Tapi ada satu yang mengganggu Tee saat ini, mengapa Tae menggunakan kode morse untuk berkomunikasi dengannya?
KAMU SEDANG MEMBACA
In The Backyard
Teen FictionHalu sama kreatif beda tipis ngga sih? Ini adalah salah satu dari coret- coretan yang dibikin secara ngga sadar, sambil nunggu, ngilangin suntuk karena macet, pelarian karena ngerasa awkward ditongkrongan baru, dan tau- tau pas diliat udah bisa jadi...