PERGI DI SAAT BUTUH

30 1 0
                                    

Hari demi hari, jam demi jam, menit demi menit, detik demi detik, waktu terus saja berlalu.

Hari ini aku pulang dari rumah sakit. Akhirnya aku bisa bernafas lega. Alhamdulillah.

"Bi..kenapa semenjak salsa sadar umi gak pernah tuh nengokin salsa. Biasanya umi yang auto repot ngurusin caca" ucapku pada abi.

Caca memang panggilan kesayanganku sedari kecil. Umi yang membuatnya.

"Em..anu sa. Umi lagi ke luar kota. Ada urusan penting banget katanya. Makanya gak bisa jagain kamu di rumah sakit" jawabnya gugup.

Terlihat sekali. Raut wajahnya. Seperti ada yang ia tutupi. Meskipun abi sudah bilang umi pergi ke acara gathering, entah kenapa aku selalu ragu.

"Oh ya sa. Senin depan kamu udah pindah sekolah yah. Abi udah urus soal pindahan kamu. Pokoknya kamu tinggal masuk aja. Yahh.. semoga aja kamu suka" pikirnya.

"Emm.." anggukku pelan.

Di jalan, aku hanya memandangi jalanan kota yang penuh dengan gedung tinggi. Entah kenapa, pikiranku selalu tertuju pada umi. Rindu. Ya.. aku merindukannya.

Crigt. Mobilku berhenti di garasi rumahku yang baru. Rumah bertingkat dua dengan hiasan ukiran di pilar teras balkon rumah. Di dominasi dengan cat putih keabuan dengan taman kecil di depannya.

Aku menyadari bahwasanya rumah ini tak seluas dan semegah rumahku dulu. Meskipun begitu, aku tetap bersyukur masih di beri kenikmatan dari allah SWT. Alhamdulillah ya allah..

"Tlak.." kubuka pintu rumah itu. Pintu dengan gagang pembuka nya yang berbentuk bulat.

"Assalamualaikum. Bismillah. Semoga jadi berkah dan makin betah di rumah" ucapku.

"Non salsa. Tas enon udah bapa taruh di kamar atas. Nanti barang barang lain yang masih di mobil, kalo non perlu panggil bapa aja. Nanti bapa ambilin" sarkas pa Salam.

sambil mengacungkan jari jempolku aku berteriak dari bilah bilah tangga. "Oke pakk"

Aku berpikir dalam hati. Kenapa abi menjual rumah kami yang dulu. Bukankah rumah itu sudah strategis. Dekat dengan mall, sekolah, dan tempat kerja abi. Ahh.. entahlah. Yang penting aku sudah memiliki tempat tinggal yang insya allah berkah.

"Nah..mungkin ini kamar baru aku" ucapku pelan sambil melihat sebuah pintu.

Tlak.. ku buka pintu itu dan ku dapati ruangan yang cukup luas berwarna kuning keemasan. Caanntiikk sekali. Dengan beberapa hiasan kaligrafi Allah SWT dan Muhammad SAW di dindingnya.

Beberapa barang sudah di pindahkan abi dari rumah lama ku. Kasur, lemari, dan barang barang lainnya sudah berada di rumah baru ku ini.

Ku buka lemari tempat aku biasanya menyimpan barang barang favoritku. Kudapati sebuah buku yang selalu menjadi tempat curhat di segala keaadaanku.

Ku buka. Lembaran demi lembaran. Ku ambil pena, dan detik itu juga aku mulai menulis. Meluapkan segala perasaanku saat ini.

------------------------------------------------------
Dear allah..

Alhamdulillah. Makasih ya allah. Atas detik demi detak yang kau berikan kepadaku. Hari ini aku sudah merasakan, betapa bahagianya aku menemukan kesederhanaan di balik kemewahanku yang dulu. Mungkin engkau sedang menegurku untuk selalu mengingatmu karena dulu, aku masih saja sibuk dengan keadaan mewah yang kadang membuatku lalai.

Oh Allah. Andai saja aku sedang berlayar, aku seperti sudah melihat tepian di ujung sana. Terlihat sebuah pulau kecil.

Menemukan secercah kebenaran di balik semua pertanyaanku selama ini, apa aku sudah bahagia. Yahh.. sekarah aku bahagia. Bersama orang orang yang aku sayangi. Abi, umi, dan teman temanku yang selalu men-supportku untuk selalu mengingatmu.

Di tengah deru ombak, 2019.
------------------------------------------------------

Allahu akbar... allahu akbar..

Azan berkumandang. Saatnya aku sholat.

"Bii.. kran air buat wudhu di mana. Aku mau wudhu nih" teriakku dari kamar atas.

"Di bawah sayang. Dekat kamar mandi sebelah kanan" jawabnya. Kebetulan saat itu abi berada di lantai bawah.

"Oh yaudah" ucapku.

Aku turun dari kamarku yang ada di atas. Tapi.. tak beberapa anak tangga ku turuni, tiba tiba,

Tok tok tok..

Pintu rumahku di ketuk oleh seseorang.

"Assalamualaikum sa. Ini ka Ali" ucapnya dari balik pintu.

"Ee.. iya ka. Bentar" jawabku dari dalam.

Tumben. Bukannya ka ali gak tau rumah salsa. Kan salsa baru aja pindah. Desirku dalam hati. Lagipula kami baru kenal kan ? Aneh..

Tlakk.. kudapati ka ali sedang berdiri di depan pintu.

"Ada apa ya ka ?" Tanyaku sambil melihat raut wajahnya yang begitu tegang.

"Astagfirullah sa. Kok kamu gak pake kerudung" teriaknya.

Brakk.. tak sengaja ku tutup langsung pintu rumah dan berlari ke kamar.

"Siapa saaa ?" Abi bertanya sembari berjalan menuju pintu yang tadi kututup kencang. Sambil menggelengkan kepala, abi membuka pintu itu.

"Assalamualaikum pa. Pa, bapa jadi kan ngambil lemari yang kemarin" tanya nya.

"Oalahhh.. lemari to. Iya jadi kok. Masuk dulu nak ali" cakap ayah lembut.

Dari atas, kulihat mereka berdua berbincang seperti sudah lama kenal. Entah mengapa mereka sangat akrab.

Aku bingung ?

Akupun turun dan langsung menuju dapur untuk membuat minuman. Sambil berjalan aku melamun. Memikirkan kemana umi. Kenapa beberapa hari ini gak kelihatan.

Begitu sampai di dapur, ku dapati kelopak2 bunga dan air mawar.

"Apa ini. Buat apa abi beli kaya ginian yah ?" Desirku dalam hati.

Aku berlari ke ruang tamu. Dengan membawa kelopak bunga dan air mawar tadi akupun bertanya.

"Bi. Ini buat apa ?" Tanyaku.

Abi menunjukkan ekspresi kagetnya.

"Astagfirullah sa. Kamu dapat itu dari mana sayang ?" Abi terkejut.

"Dari dapur bi. Kenapa sih. Ada apa. Mau ada acara apaan" aku heran

Abi hanya bisa tertunduk dan berjalan pelan menujuku. Ia menatapku dan memelukku dengan erat.

"Maafin abi sa. Abi baru aja bilang. Umi kamu sebenarnya sudah pulang sa" jawabnya sambil menutup setengah mukanya dengan tangan. Air matanya terus saja menggenang di tepi kelopak matanya.

"Hahaa.. abi pasti bohongkan. Ga mungkin umi udah pergi" aku tidak percaya.

" iya sa. Itu benar" ka ali menyela.

Brukkk.. aku pingsan seketika. Aku tak percaya umi meninggalkanku untuk selamanya begitu saja. Tanpa pamit. Tanpa meninggalkan sepatah kata.

3 hari aku hanya merenung dan menangis dalam kamar. Selama itu pula aku tak sekolah. Duniaku hancur. Aku hampa.

Assalamualaikum KAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang