Sella tidak tahu harus apa. Ia takut kalau ibunya marah soal guci keramik yang ia pecahkan. Wajahnya pucat pasi dengan keringat dingin mengucur dari dahinya.
Saat ibunya datang, Sella mengabit pada Stella—kakaknya untuk berbicara pada ibu, soal siapa yang memecahkannya dan mengapa bisa pecah.
"Bu, Sella nggak sengaja pecahin guci soalnya tadi buru-buru ke depan pintu untuk ambil paket," jelas Stella. Wajah ibu memang sedikit kurang bersahabat, tapi beliau tidak mengatakan apa pun setelah sepuluh menit Stella menjelaskan.
"Kalian tahu kalau ibu marah?" Ibu mengisyaratkan Sella dan Stella untuk duduk di kursi panjang—ibu sudah duduk di sana terlebih dahulu. "Kalian sudah besar dan mengerti kesalahan. Ibu marah, tapi ibu bangga kalian mengerti bahwa kalian salah."
"Maaf, Bu," cicit Sella sambil menahan tangis.
"Tidak apa, Sella. Guci bisa dibeli lagi, tapi anak-anak ibu tidak bisa diganti dan dibeli oleh apa pun."
KAMU SEDANG MEMBACA
31 Days Writing Challenge
Short StoryTantangan menulis selama 31 hari di bulan Desember 2018 dengan kata kunci yang berbeda setiap harinya. © N A B I L A 2 0 1 8