Hari Minggu memang hari libur, tetapi hanya untuk sekolah. Di rumah, saatnya bekerja keras membersihkan seluruh sudut rumah. Walau anggota keluarga kami banyak—aku anak ketiga dari empat bersaudara, membersihkan rumah tetap saja melelahkan. Aku salut karena ibu bisa membersihkan dan merapikan rumah setiap hari, walau tidak sampai sedetail saat kami semua bergotong royong.
Setiap gotong royong pasti ada saja hal lucu yang terjadi. Seperti saat ini, Kak Adit—kakak pertamaku sara bara saat melihat seekor kecoa di sudut sofa. Wajahnya pucat pasi dan tubuhnya sedikit gemetar. Sejak kecil Kak Adit memang fobia kecoa.
"Tenang, Kak, udah aku buang," kataku saat melihat Kak Adit masih pucat.
"Adit, kamu harus lawan fobia kamu," ujar ayah sambil membawa kantung sampah keluar rumah.
"Itu kan nggak gampang, Yah," elak Kak Adit yang perlahan berubah normal. Aku tertawa. Kadang memang ketakutan Kak Adit akan kecoa membuat gelak tawa di rumah ini.
"Nanti kamu kan akan menikah, masa mau takut kecoa terus. Nanti kalau ada kecoa siapa yang buang kecoanya? Istrimu?" Ucapan ayah memang selalu ada benarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
31 Days Writing Challenge
Krótkie OpowiadaniaTantangan menulis selama 31 hari di bulan Desember 2018 dengan kata kunci yang berbeda setiap harinya. © N A B I L A 2 0 1 8