[01]

335 60 18
                                    

Dunia ini tidak adil dan kejam! Penuh dengan rasa sakit tidak berujung dan luka tanpa belas kasihan.

(+++++)

Helaan napas pelan keluar dari mulut seorang laki-laki yang sedang duduk sendiri, sementara di sekelilingnya penuh dengan suasana ramai. Dia tidak terlarut dalam suasana, itu karena dia menyadari dia tidak akan bisa diterima.

"Awas!!!"

Terdengar sebuah teriakan peringatan, namun laki-laki itu tidak menghiraukannya, dia berpikir itu hanya sebuah candaan yang dilakukan teman-temannya, hingga sebuah benda melayang dan mengenai kepalanya dengan keras, kemudian benda itu memantul dan menggelinding.

"Wah, maaf. Tanganku tadi licin, jadi tanpa sengaja bolanya terhempas begitu saja dan mengenaimu" ucap orang yang —memang sengaja— melempar benda tersebut.

Dia tahu dengan pasti itu memang sengaja, bukan hal baru jika dia menjadi sasaran seperti itu.

"Jaejoong, apa kau baik-baik saja? Jika kepalamu sakit, sebaiknya kau temui guru kesehatan dan istirahat di sana" tanya seseorang yang nampak mengkhawatirkan dirinya.

Sakit? Tentu saja, tetapi dia lebih memilih diam dan mengalah, dia tidak ingin berurusan lebih dengan orang itu, dia yakin dia akan kalah jika melawannya.

"Aku tidak apa-apa, Kris. Terima kasih sudah mengkhawatirkanku" ucapnya dengan tenang, walaupun sebenarnya dia merasakan kepalanya berdenyut sakit. "Aku ke ruang kesehatan dulu"

"Perlu kuantar?"

Jaejoong menggelengkan kepala, lalu beranjak pergi meninggalkan seseorang yang nampak mengkhawatirkan dirinya, tanpa menyadari ada yang menatap tidak suka padanya yang dalam benaknya telah tersusun rencana untuk mengerjai lebih parah dari yang baru saja dia lakukan.

(***)

Jaejoong berjalan pelan menuju ruang kesehatan sambil memegangi kepalanya yang berdenyut-denyut, dia sangat tahu dengan pasti jika benda yang mengenai kepalanya memang sengaja diarahkan padanya, bagaimana bisa sebuah bola melayang begitu saja dan dengan sangat tepat mengenai kepalanya.

Dia terus melangkah, hingga akhirnya dia tiba di depan sebuah pintu berwarna putih.

"Permisi, seonsaengnim" ucap Jaejoong saat membuka pintu, namun ruangan itu terlihat sepi.

Sepi sekali, apa dia sedang keluar?

Jaejoong melangkahkan kakinya masuk ke dalam dan mencari guru yang menjaga tempat itu namun sepertinya sedang tidak ada, hingga akhirnya telinganya mendengar suara.

"Ah.....ugh.....ah.....nngh....."

Jaejoong mengerutkan dahinya, berusaha mencari asal suara itu, hingga dia menyadari jika suara itu berasal dari arah ranjang yang berada di ujung ruangan yang tertutup tirai.

Jaejoong yakin jika suara itu berasal dari sana, karena di ruangan itu terdapat tiga buah ranjang yang disusun berjejer di sisi kiri ruangan, dan masing-masing terdapat tirai yang akan ditutup jika ranjang tersebut sedang dipakai. Dan hanya ranjang di bagian ujung saja yang tirainya tertutup sedangkan dua lainnya tidak.

Dengan langkah sepelan mungkin dia mendekati ranjang itu, tapi saat sudah berada di dekat ranjang tersebut matanya melihat sesuau yang membuatnya terkejut.

Dia melihat seseorang sedang duduk di ranjang, kepalanya menengadah ke atas dengan mata terpejam, di hadapannya berdiri seorang pria dengan kepala tertunduk, dan dia mengenali salah satunya.

"Karam?"

Gumam Jaejoong pelan, namun sepertinya pria yang berdiri di hadapan Karam menyadari keberadaannya, dia mengangkat kepalanya dan menatapnya tajam, saat itulah Jaejoong melihatnya dengan jelas sebuah seringai terpasang di sudut bibirnya.

DesireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang