Kanaya berjalan di koridor dengan cemberut. Lagi-lagi, Tian tidak bisa menjemputnya pagi ini. Pacarnya yang sekaligus ketua ekskul PA (Pencinta Alam) itu kini sedang bersiap siap untuk pergi mendaki di Gunung Semeru. Padahal dia sudah kelas 12. Tetapi adik-adik kelasnya selalu meminta Tian untuk ikut. Katanya tidak ada yang bisa membimbing seperti Tian. Cih, Kanaya yakin itu Cuma bualan agar mereka bisa memandang Tian yang notabennya cowok ganteng di SMA Ganesha. Apalagi banyak sekali cewek-cewek yang ikut ekskul PA.
Menurut Kanaya cewek-cewek manja seperti mereka tidak cocok untuk ikut ekskul itu. seharusnya sebagai pendaki itu harus berani mandiri dan menyatu dengan alam. Beda dengan dedek-dedek gemes yang sudah jejeritan karena ada ulat yang menempel di bajunya. Padahal bukan ulat bulu. Dan mereka selalu mengeluh apabila melewati medan sulit. Dan lebih parahnya lagi. Mereka membawa alat-alat make up lengkap dengan eye shadow dan segala tetekbengek nya. Heh dek, kalo mau nyalon ya salon bukan di gunung. Walaupun ada sih beberapa yang memang beniat ikut dan menunjukkan ketertarikan nya dengan alam seperti Tian.
Mengapa Kanaya bisa tahu ? Karena dia pernah ikut ekskul itu di kelas sepuluh. Yang diketuai Tian sebagai kakak kelasnya di kelas sebelas. Dia tertarik ikut ekskul itu karena ada Tian. Lumayan bisa deket-deket sama Tian. Banyak juga fangirl-fangirl Tian yang ikut ekskul ini termasuk kanaya dulu. Dan Yah, seperti yang sudah terlihat sekarang, dia berhasil menakhlukkan Tian. Padahal dia tidak menunjukkan ketertarikannya pada Tian secara terang-terangan. Dia lebih terlihat cuek, walaupun sering lirik-lirik ke Tian. Dan entah Karena mata Tian belo atau emang dia suka beneran dengan Kanaya, Tian menembak Kanaya saat mendaki. Gunung Semeru lah yang menjadi saksinya.
Sekarang Kanaya tidak mengikuti ekskul PA lagi. Bukan karena Tian sudah menjadi pacarnya. Tapi karena Kanaya disuruh mamanya untuk ikut les bimbingan setiap minggu. Dan itu sangat mengganggu ekskul PA nya. Padahal Kanaya selalu berangan-angan mendaki sambil berpacaran dengan Tian. Seperti saat –saat awal mereka mendaki dan Tian sudah menjadi pacarnya. Tangan Kanaya tidak pernah lepas dari genggaman Tian.“ Buset dah, tu bibir udah mau jatuh aja” komen Rara yang melihat Kanaya masuk kelas dengan tampang cemberut dengan bibir manyun.
“Bukan bibir, tapi pipi” tegas Rama yang duduk dimeja belakang Kanaya.
Pipi Kanaya memang berlebih. Pipinya yang chubby memang selalu menjadi bahan bullyan Rama. Seperti “ tu pipi lo kasih fermipan ya, ngembang terus”, “Itu muka bukan sih ?, kok pipi semua”, dan Kanaya akan selalu membalas ucapan Rama dengan menendang, menabok, menjitak, dan memukul badan lelaki itu dengan ganas.
Jiwa war Kanaya akan bangkit saat seperti itu. Tapi hari ini dia tidak mood berdebat dengan Rama dan hanya membalas ucapan Rama dengan berdecak dan menjatuhkan bokongnya di mejanya. Dia tidak punya semangat hari ini. Seolah Ketidakhadiran Tian membuat jiwa Kanaya hilang.
“Panggil dah pawang nya” celetuk Udin si belangsak yang duduk disamping meja Rama sambil memainkan hp.
“Gak ada din” sahut Rama sambil terus mencatat sesuatu di buku tulisnya. Sudah pasti dia lagi mengerjakan tugas .
“Kemana ?”Tanya udin mengkerutkan keningnya menoleh sebentar pada Rama.
“Biasa, ke gunung”
“Ngapain?”
“Nyari kitab suci”
Kanaya sontak menoleh dengan cepat ke arah Rama yang duduk dibelakangya dengan muka geram, “Lo kira cowok gue sun go kong” Kanaya tidak terima pacarnya yang ganteng seantero sekolah disama-samakan dengan manusia kera yang ada film-film sedang mencari kitab suci yang nggak ketemu-ketemu.
“mirip sih” celetuk rama dengan santai. Setelah mengucapkan itu, Kanaya dengan membabi buta memukuli badan lelaki itu dengan buku ccetak matematika tebal yang berada di meja Rara. Rara tertawa dengan kencang melihat Rama tersiksa. Sedangkan Udin yang melihat Rama dipukuli di depannya malah terkekeh sambil memberi dukungan pada Kanaya, “Ayo, ya, lagi ya”
Kara yang mendapat dukungan dari Udin dengan refleks mengikuti perkataan Udin untuk memukuli Rama lagi dan lagi tanpa memedulikan Rama yang terus mengeluh sakit dan meminta maaf pada Kanaya
“Aduh..iya ya cowok lo ganteng kok”
“meskipun lebih gantengan gue, duh,,iya ya …maap.. aduh.”Kanaya masih memukuli cowok itu tanpa kasihan sampai bu marsha guru bahasa inggrisnya masuk kelas. Dengan muka kesal dia kembali menoleh menghadap ke depan setelah bu Marsha memasuki kelas. Dia menarik kursinya ke depan dengan gusar.
“shhhhh…aduh sayang sakit badan abang” rengenk Rama di belakang Kanaya sambil mengelus-ngelus badannya sendiri dengan tampang terluka. Kanaya tidak memedulikan Rama. Rama memang cowok absurb yang sering memanggil Kanaya dengan sebutan aneh-aneh, seperti “sayang”, “Baby”,”kekasih”, dan lebih parahnya lagi dia memanggil Kanaya dengan sebutan “istriku”. Tanpa segan-segan Saat Tian bersamanya saja, Rama dengan santai nya memanggil Kanaya dengan panggilan itu dengan sengaja memanas-manasi Tian. Tak terkecuali si Udin anaknya ustadh itu juga ketularan rama dengan memanggil Kanaya dengan panggilan menjijikkkan itu. Rama dan Udin memang dua klop yang senang sekali mengganggu Tian saat bersama Kanaya.
Rama yang merasa di abaikan oleh Kanaya tiba-tiba menyeringai dengan seyum miring nya.
Brak
“BANGSAT” semua pasang mata di kelas ini sontak menoleh bersama ke arah Kanaya tidak terkecuali Bu Marsha yang sudahduduk di mejanya. Kanaya merutuki dirinya sendiri setelah dengan spontan mengatakan kata itu dan mnggebrak meja dengan keras saat Rama dengan sengaja menjabak rambutnya ke arah belakang dengan kejam.
“KANAYA!!!!!!!” bentak Bu Marsha
“aduh, mampus gue”rutuk kanaya dalam hati sambil meringis pelan.