Gue terjungkal kaget ditengah-tengah gue buka kulkas buat ambil air putih saat denger teriakan di dalam rumah. Setelah kesadaran gue terkumpul sepenuhnya, gue cuman berdecak kesal. Siapa lagi kalau bukan Rama, yang kerjaannya tiap hari nyatronin rumah gue. Entah itu ngerecokin gue, numpang makan, ataupun main ps sama abang gue yang bikin dua laki-laki itu teriak-teriak nggak jelas. Tau sendiri suara cowok tu gede. Berkat kolaborasi mereka berdua, bikin rumah gue kaya kena demo. Pernah gue kaget sampai-sampai gue lari keluar kamar karena gue nyangka itu suara orang demo saat gue sedang enak-enak nya rebahan di kasur dan hampir terlelap. Yah, meskipun bikin kesel ada sedikit rasa kasian sama Rama. Ibunya sakit keras sejak lama. Ada mbok darmo yang jagain ibunya di rumah. Mungkin itu yang bikin Rama cuma bisa teriak-teriak di rumah gue.
Lagi-lagi gue terlonjak kaget saat ada seseorang yang berdiri di samping ngeliatin gue yang lagi fokus bikin mie. Dia Cuma nyengir ke arah gue.
"Tau aja tu idung gue lagi masak mie" sewot gue pada Rama yang lagi berdiri di samping gue .
Dia Cuma nyengir lebar. Dan gue udah terlalu hafal dengan kata-kata di selanjutnya"Sekalian dong, gue laper belum makan, di rumah nggak ada yang masak" katanya dengan seenak jidatnya nyuruh gue.
"Lo nya aja nggak mau makan di rumah, buktinya bi sarti aja tiap pagi ngencanin bang sapto di depan rumah."
Ya, Bi Sarti adalah anaknya mbok Darmo pembantu di rumahnya Rama. Dia sekarang yang menggantikan mbok Darmo untuk membersihkan dan memasak di rumahnya Rama karena mbok Darmo yang akan mengurusi segala keperluan ibunya Rama.
Tiap pagi saat mau berangkat ke sekolah gue selalu ngeliat Bi Sarti dan mbak Ani pembantu di rumah gue godain bang Sapto yang menjadi pujaan hati pembantu-pembantu di komplek ini.
"Nggak enak tau makan sendirian di rumah" katanya dengan tampang memelas yang dibuat-buat sambil ngambil toples berisi cemilan di meja dapur.
Tau sendiri kan, rumah gue itu udah dianggep rumah sendiri bagi Rama. Tapi bodohnya gue tetep aja kasian ngeliat dia tiap inget keluarganya yang terkadang bikin gue nggak tega. Gue Cuma berdecak, karena lagi-lagi gue nggak bisa menolak permintaan Rama."Ck, iye-iye sana ah" usir gue sambil mendorong dia dari hadapan gue. Dia tersenyum kemenangan ke arah gue sambil menjauh dengan membawa satu tples cemilan ke ruang tv.
"pake telur sama sawi ya mbak" teriak dia sambil jalan menjauh dari gue. Kampret kan. Dibaikin ngelunjak.
Gue membawa nampan yang berisikan 2 mangkok ke ruang tv dimana Rama dan abang gue. Mereka sudah tidak berisik lagi kaya tadi setelah nonton adegan naruto sedang mengeluarkan kyubinya. Emang ya, semua cowok itu sama. Suka game, anime, naruto, dan hal-hal nggak penting lainnya yang nggak gue suka. Beruntungnya gue, calon suami gue "Tian" nggak terlalu suka dengan hal-hal seperti itu.
Gue meletakkan satu mangkok ke hadapan Rama.
"Rama doang yang lo buatin" protes abang gue,
sementara Rama dengan semangat 45 menjauh dari abang gue karena adegan selanjutnya adalah abang gue yang ngintilin Rama saling rebutan mie semangkok itu. Dan gue tanpa peduli duduk dengan santai di depan sofa dengan menonton chanel kesukaaan gue KBS tv. Melepas sejenak kepenatan dirumah ini dengan menatap cowok-cowok kuriya yang selalu bikin gue ketagihan bahkan harus rebutan remot dengan mama gue tiap malem yang ingin menonton acara dangdut kesukaannya.Gue berjalan menuju gerbang sekolah meninggalkan Rama yang sedang memparkirkan motornya.
"Nay" Gue menoleh mendapati Rara yang memanggil gue sambil berlari menyusul gue."Lo kenapa ? Sakit? " tanya gue melihat Rara yang tidak biasanya memakai masker saat sekolah. Dia menggeleng. Lalu sambil celingak celinguk dia membuka sedikit maskernya. Dia menunjuk beberapa jerawat kecil didagunya.
"Apaan ?" Tanya gue bingung