Pergi saja ku bilang, tapi kau malah kekeh berdiri di sana. Lantas cahaya menerpa bersamaan terbukanya pintu besi hitam raksasa.
Pergi saja ku bilang, tapi kau malah melangkah mendekatiku, meski terseok kakimu yang berdarah. Lantas aku bisa apa? Saat gerombolan angin topan menghampirimu.
Suara tak sampai ketelinga, apa isaratku sulit kau terima. Dengan gamblang kau tanya soal rasa. Padahal hujan pun tak rela, dengan menghapus ribuan kilo jejak yang telah kau ukir. Menyisakan bau aspal, layaknya gerimis menyapa jalanan ketika terik.
Apa perkara rasa lebih penting ketimbang kamu, Le. Pergi ku bilang, jangan sembrono dengan tetap melangkah menghampiriku.
Aku tak tahu menahu dengan rada yang kau pertanyakan, Le. Pergilah, sebelum angin kembali bersama hujan. Takutnya kali ini kau tak mampu !enahannya.
Ku pasrikan tahun depan. Tida.... Tahun depan sudah berganti sekarang. Maka akan ku sampaikan mengenai rasa yangvkau tanya, meski berbeda dengan jawaban yang kau pinta.
Maaf Le, sudah ku kata. Pergi saja ku bilang, tapi kau malah kekeh berdiri di sana.
![](https://img.wattpad.com/cover/172937083-288-k290686.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Rasa
PoesíaPerihal rasa yang terbalut kenangan, membawa waktu masa kini dengan segudang aksara