PROLOG

35 4 0
                                    

Erin memikirkan kembali kejadian yang begitu mengganggu pikirannya saat ini. Dimana ia bertemu dengan seseorang —yang bahkan tak dikenalinya— menyampaikan bahwa kematian mereka akan datang tiga hari setelah pertengkarannya dengan Kath —
sahabatnya— dalam waktu tiga hari.

Tentu saja ia berusaha untuk tidak memercayai ucapan orang itu. Tetapi, tetap saja hal itu mengusik pikirannya tersebut.

Kini, Erin memikirkan apa yang menjadi penyebab kematian mereka jika ramalan itu benar-benar terjadi. Apa salah satu dari mereka akan ada yang membunuh? Ah, tidak mungkin. Separah-parahnya persahabatan yang terpecah, mereka tak akan saling membunuh bukan?

Erin berusaha untuk menjernihkan pikirannya, dan bagaimana jika ia memberitahu Kath tentang hal konyol yang tengah berlabuh di otak Erin? Ia tidak yakin dan mungkin saja hal yang menjadi pikirannya saat ini akan menghilang begitu saja nantinya.

Ya, pasti. Batinnya mantap.

Tak ingin terus-menerus terjebak dalam pikirannya saat ini, ia menyusul Kath yang tengah berada di kantin saat ini. Tentu saja untuk makan dan sebisa mungkin tak menyebabkan sesuatu yang mengakibatkan mereka berkelahi.

===

2 bulan telah berlalu.

Kini Erin telah melupakan beban pikirannya belakangan ini —tentu saja secara perlahan-lahan.

Saat ini, Kath tengah berada di toilet. Merasa bosan, Erin beranjak dari kelasnya dan pergi menuju taman yang berada tepat di belakang kelasnya.

Ketika sedang bersantai sambil menghirup udara segar, Ethan —gebetan Kath yang belakangan ini mendekati Erin tanpa Erin sadari— menghampirinya.

"Hey, Rin." sapa Ethan yang membuat Erin menoleh.
"Hey," balasnya kemudian mengangkat alisnya, bertanya 'ada apa' kepada Ethan. Ethan hanya terkekeh lalu duduk di samping Erin.
"Gue mau bilang sesuatu sama lo Rin," Ethan menatap Erin sambil tersenyum. Dan Erin kembali membalas dengan cara mengangkat alisnya. Ethan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Lo bisa bicara gak sih Rin?" Ethan sedikit kesal dengan Erin.
"Hm," balas Erin cuek. Ethan menghela napas, kemudian ia memberi Erin sebatang cokelat.
"Rin, selama ini gue suka sama lo," ungkap Ethan. "Lo mau gak jadi pacar gue?" tanya Ethan masih setia menatap Erin. Kini mereka saling tatap, karena Erin menatapnya balik.

"Rin?" panggil Kath yang membuat Erin menoleh, ia melihat mata Kath yang berkaca-kaca. Erin terkejut melihat Kath yang datang secara tiba-tiba ditambah dengan ekspresi Kath saat ini.

Oh tidak, Kath pasti salah paham. Batin Erin sambil menghela napas kasar.

Erin beranjak meninggalkan Ethan tanpa membalasnya dengan apapun, ia terus melangkah ke tempat dimana Kath tengah berdiri.

"Gak usah deket-deket ama gue lagi Rin," Kath menatap Erin penuh kebencian. Kath benar-benar salah paham dengan apa yang sedang terjadi. Kath berlari meninggalkannya dan Erin dengan segera mengejar Kath.

"Kath, gue bisa jelasin semuanya. Lo salah paham." teriak Erin pasrah, lelah mengejar Kath. Kath terdiam, kemudian ia membalikkan tubuhnya. Ia menatap Erin penuh amarah. Ia benar-benar tak ingin mengerti apa yang tengah terjadi, yang jelas itu pasti akan membuatnya sakit hati.
"Gak ada yang perlu lo jelasin Rin. Semua udah jelas, ternyata gue gak salah dengar." Kath tersenyum kecut.
"Maksud lo?" tanya Erin bingung. Ia benar-benar tidak mengerti dengan maksud Kath. Ia menatap Kath minta penjelasan.
"Rosa sempat bilang ke gue kalau lo, dibelakang gue dekat dengan Ethan. Lo gak bilang ke gue, sengaja kan?" ucap Kath sedikit membentak.
"Jadi lo lebih percaya Rosa daripada sahabat lo sendiri, Kath?" tanya Erin emosi, tapi ia tak menampilkannya dan memasang wajah sesantai mungkin. Erin tidak suka marah.
"Gak selamanya sahabat bisa dipercayai, dari belakang mereka bisa menusuk lo kapan aja." sindir Kath pada Erin, kemudian ia meninggalkan Erin yang tengah terdiam di koridor sekolah. Ia tak lagi berniat mengejar Kath dan menjelaskan semuanya. Hatinya sakit, benar-benar sakit.

Bukan karena seorang pria, seseorang juga bisa sakit hati karena sahabatnya sendiri.

===

"Erin, besok mama pergi perjalanan dinas ke suatu daerah. Maaf mama baru bilang." ucap Ibu Erin menyempatkan makan malam bersama Erin saat ini. Erin menangguk.

"Erin ikut ma."

===•••===

Hai semuanya ❤️
Maaf kalau cerita ini masih berantakan dan sulit dipahami.
Dan terima kasih telah membaca cerita ini.

— an, 1 Januari 2019

3 DAYS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang