H-1

25 4 0
                                    

Selamat menunggu.

Sebuah pesan dengan nomor tak dikenali masuk ke dalam ponsel Keth. Mungkin salah kirim atau iseng, pikir Kath positif.

Ia bergegas untuk berangkat ke Sekolah. Ia berangkat sepagi ini hanya untuk menyalin tugas dua puluh soal milik teman sebangkunya.

Beberapa hari ini, Kath terlalu banyak pikiran hingga tidak fokus dan memilih untuk menyalin tugas milik temannya dan meminta untuk menjadi tutor sebayanya juga.

Lira —teman sebangku Kath telah datang lebih dahulu daripada Kath, dan memang seperti itulah Lira hampir setiap harinya.

Kath segera menyalin tugas Lira setelah itu Lira menjelaskan materi apa saja yang tidak masuk ke otaknya sama sekali.

Jam istirahat pertama, Rosa datang menghampiri Kath. Tetapi Kath lebih memilih untuk berdiam diri di kelas dan menanggapi Rosa seadanya. Terlihat dari raut wajahnya, sesekali Rosa tampak kesal.

"Oh iya Kath, nanti siang makan di kantin gimana?" tanya Rosa. Kath tak mengerti ada apa dengan Rosa, biasanya ia tak seperti ini. Entahlah, hanya saja Kath merasa ada yang berbeda.

Kath hanya mengangguk sebagai jawabannya kepada ajakan Rosa. Seketika, Kath teringat pada Lira.
"Gue ajak temen ya." ucap Kath pada Rosa.
"Sip." balas Rosa.

Tibalah jam istirahat kedua, dimana waktunya jam makan siang telah tiba.

"Rosa, lo duluan aja." ucap Kath setengah berteriak pada Rosa yang telah menunggu di depan pintu.
"Gue pesenin sekalian ya, kayak biasa, kan?" balas Rosa tak kalah kerasnya.
"Iya, dua porsi sekalian buat temen gue." terlihat rosa mengacungkan jempolnya.

Kath dan Lira akan menyusul ke kantin karena mereka berdua mendadak dipanggil oleh wali kelasnya.

===

Setelahnya, mereka beranjak menuju kantin setelah ditanyai beberapa pertanyaan dari wali kelas mereka.

Rosa melambai kepada mereka berdua, lalu dengan segera Kath dan Lira mengambil posisi. Seperti biasa, Kath akan duduk dihadapan Rosa, sedangkan Lira disampingnya.

Rosa hanya tersenyum kepada mereka berdua.
"Eh cepetan makannya dong Kath, ntar temenin gue ya? Mules nih." Rosa nyengir kuda dibalas oleh Kath yang menangguk disusul dengan Lira yang tampak menahan tawa dengan selera humor rendah yang ia miliki.

Selesai makan siang, Kath dengan segera menemani Rosa, sedangkan Lira terlebih dahulu kembali ke kelas.

Kath memasuki toilet terlebih dahulu disusul dengan Rosa. Rosa hanya tersenyum miring kemudia mengunci pintu utama toilet tanpa Kath sadari. Rosa melempar kunci toilet tersebut keluar melewati etalase pintu.

Kath yang menyadari adanya hal ganjil yang terjadi segera menoleh dan seketika mendapati lampu yang telah padam. Kath kaget, ia berteriak tetapi dengan cepat Rosa memintanya untuk diam.

Kath merasakan dengan jelas ada yang aneh dengan Rosa.

"Kath, lo jangan sedih mulu. Bentar lagi juga nyusul Erin." Rosa mendekati Kath, Kath yang merasa didekati tersebut mencoba untuk mundur lalu masuk ke salah satu toilet dan menguncinya dari dalam.

"Kath, lo takut? Pengecut banget." Kath hanya diam, sedangkan Rosa tak henti-hentinya untuk memanas-mansi Kath.

Merasa tak mendapat respon, Rosa menggedor-gedor toilet yang dimasuki Kath. Meski lampunya padam, tak sepenuhnya toilet ini diselimuti oleh kegelapan.

Kath membekap mulutnya sendiri, ia benar-benar merasa ketakutan dan ia tak tau harus melakukan apa. Sibuk dengan pikirannya sendiri. Rosa berhasil menghancurkan pintu plastik yang digunakan untuk toilet ini, tak lupa Kath yang berada di dalamnya.

Kath meringis. Ia sadar, hidupnya tak akan lama lagi.

Rosa semakin mendekat, kemudian ia mengeluarkan pisau yang sepertinya sejak tadi ia simpan.

Kath diam, ia pasrah dengan keadaannya saat ini. Dengan sedikit keberanian, ia menatap apa yang akan dilakukan Rosa.

Rosa mengacungkan pisau tersebut diatas kepala Kath, kemudian teriakan kecil terdengar. Kath mengintip dengan sebelah matanya, Rosa menusuk dirinya sendiri tepat di atas kepala dan dadanya. Ternyata ia membawa dua pisau. Rosa tumbang, darah bercecer dimana-mana. Matanya melotot sedangkan mulutnya terus-menerus mengeluarkan.

Sungguh, ini adalah hal terburuk yang pernah Kath lihat sepanjang hidupnya. Ia ingin segera keluar tapi tak tahu bagaimana caranya. Akhirnya ia berdiri di depan pintu utama dan menggedor-gedor dari dalam. Berharap seseorang mendengarnya dan membantunya keluar.

Sret...

Sret...

Sret...

Semakin dekat. Kath tak ingin membuka matanya, yang pasti hal yang tak diinginkannya akan terjadi.

Kakinya ditarik paksa, keseimbangannya hilang. Kath terjatuh, tanpa aba-aba ia membuka mata dan melihat Rosa menyeret tubuhnya sendiri dengan susah payah mendekat ke arah Kath —ia tak tau Rosa sebenarnya masih hidup atau tidak.

Kath ketakutan setengah mati. Hingga ia menutup matanya rapat-rapat kemudian pandangannya benar-benar menggelap seketika ketika lengan kirinya ditusuk bersamaan dengan pintu toilet yang terbuka keras dari luar.

===•••===

an, 7 Januari 2019

3 DAYS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang