H-2

23 4 0
                                    

Siangnya, kabar kematian Erin dengan cepatnya tersebar di Sekolah. Bahkan sebelum guru mengumumkan, sebagian siswa-siswi telah mendapat berita tersebut. Seluruh siswa-siswi turut berduka atas kejadian itu.

Erin meninggal dalam sebuah kecelakaan. Saat hampir sampai ke tempat tujuan, tiba-tiba sebuah truk dengan kecepatan tinggi menabrak mobil yang sedang Erin dan ibunya naiki. Mobil tersebut hancur begitu saja, kerusakannya sangat parah. Sedangkan truk tersebut, kondisinya tak separah mobil Erin dan supirnya telah dibawa ke Kantor Polisi setempat. Supir truk tersebut ternyata tengah mengantuk—alasan dimana banyak kecelakaan yang terjadi sebab hal tersebut. Dan mungkin ibu Erin yang sedikit lelah pun agak ceroboh akan hal itu, saat berada di tikungan ia tak terlalu fokus dan mengira truk tersebut tak akan menabraknya—begitulah perkiraan yang diberikan.

Kath yang mendengar kabar tersebut langsung merasa terguncang. Perasaan campur aduk kini tengah dialaminya. Ia tak tau harus bereaksi seperti apa. Bodoh, bukan? Itulah yang dipikirkannya.

Jam pulang sekolah dipercepat dan hampir seluruh siswa-siswi di sekolah tersebut menghadiri makam Erin dan ibunya. Kath hanya diam tak berkutik, memerhatikan sebagian orang yang mengenal dan dekat dengan Erin tengah menangis.

Siswa-siswi berangsur-angsur pulang menuju kediamannya masing-masing. Cukup lama bagi Kath dan kerabatnya berdiam di makan tersebut sampai akhirnya Kath memutuskan untuk pulang.

Maaf.

===

Kath termenung menatap langit-langit kamar. Ia merasa kosong. Erin meninggal sehari setelah mereka bertengkar, bahkan mereka belum berbaikan sama sekali.

Kath menyesal, sangat. Ia ingin mengulang waktu dan meminta maaf pada Erin. Ia ingin melihat Erin kembali. Gadis yang cuek bebek bahkan memiliki tingkah absurd itu adalah salah satu orang yang mengisi kekosongan hidupnya. Erin yang sangat perhatian tetapi tak memperlihatkannya secara langsung pada Kath, Erin yang selalu ada disamping Kath, Erin yang selalu menyayangi Kath layaknya saudara sendiri.

Hati Kath sangat sakit, terlebih mengingat ucapannya pada Erin ketika mereka bertengkar waktu itu.

Kath memejamkan matanya.

Biarlah Erin berkumpul bersama keluarganya disana.

===

Kath melangkah kan kakinya dengan malas di sepanjang koridor. Ia menangis malam itu, ketika ia mengingat hampir semua tentang Erin.

Saat Kath memasuki kelasnya, ia langsung fokus pada sebuah benda yang berada di atas mejanya. Ia mendekat lalu mengambil sepucuk surat yang tidak diketahui siapa pengirimnya. Karena rasa penasaran yang begitu kuat, Kath segera membuka dan membaca surat tersebut.

Teruntuk Kathrine,
Buka loker nomor 13.

Kath terdiam sejenak. Loker 13 adalah loker milik Erin, untuk apa ia membukanya? Lagipula siapa pengirim surat ini dan apa tujuannya? Mungkin iseng, tepis Kath dari berbagai macam pikiran yang masuk ke dalam otaknya.

Di jam istirahat, Kath kembali mendapat surat dan isinya tetap sama dengan yang ia dapati tadi pagi. Ia merogoh tasnya dan mengambil surat yang ia simpan. Berarti pengirimnya kembali mengiriminya surat tersebut.

Tak ambil pusing, Kath pun pergi ke Majelis Guru dan menemui wali kelasnya untuk meminta kunci loker nomor 13 tersbut, kunci cadangan yang disimpan untuk berjaga-jaga.
Wali kelas Kath sempat bertanya untuk apa ia meminta kunci loker tersebut, kemudian Kath menceritakan tentang surat yang telah ia dapat dua kali.

Kath pun pamit dengan wali kelasnya yang memintanya untuk berhati-hati tak lupa wajahnya yang menampilkan kekhawatiran.

Sesampainya di kelas, Kath menuju loker milik Erin tersebut lalu dengan beberapa saksi mata. Tumpukan kertas terjatuh begitu saja ke lantai. Begitu banyak hingga tercecer kemana-mana.

Isi dari kertas tersebut bermacam-macam. Kath membaca kertas tersebut walau tak semuanya dengan jantung yang berdegup kencang dan bulu kuduk yang meremang. Beberapa teman sekelasnya pun ikut memerhatikan lembar demi lembar dari banyaknya kertas tersebut.

Pergi.

Mati.

Sampai jumpa.

Neraka menunggumu.

Dan masih banyak lagi. Setiap lembar hanya berisi sebaris kalimat ataupun kata. Kath tak habis pikir, orang kurang kerjaan mana yang melakukan ini semua?

Hampir seluruh penghuni kelas ini panik, anak kelas lain pun berbondong-bondong mendatangi kelas ini.

"Semuanya harap tenang. Kathrin, wali kelas menunggumu di Majelis. " ucap sang ketua kelas. Kath mengangguk kemudian berlalu.

===

"Saya rasa kasus ini perlu di tindak lanjuti." Ucap sang wali kelas. Kath hanya mengangguk setuju dan Kepala Sekolah kini menatap mereka berdua secara bergantian.
"Baiklah, mulai saat ini kita akan berusaha untuk menyelidiki kasus ini." balasnya.
"Kita akan mencoba untuk mencari pelakunya." lanjut Kepala Sekolah itu.

Kemudian Kath dipersilahkan keluar dan ia pun segera berkemas untuk pulang. Ya, waktu sekolah baru saja berlalu beberapa menit yang lalu.

"Kath." panggil seseorang, Rosa. Kath menoleh.
"Gue denger kelas lo lagi ada masalah, kenapa?" tanya Rosa. Kath hanya mengedikkan bahunya, sungguh ia tak ingin membahas kembali masalah itu sekarang, ia ingin segera pulang dan beristirahat di kamarnya.
"Besok deh, paling lo juga bentar lagi tau." balas Kath akhirnya lalu berpamitan pada Rosa.

Dibalik Kath, Rosa hanya tersenyum.

===•••===

Terimakasih telah membaca❣️

—an, 7 Januari 2019

3 DAYS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang