3. KESALAHAN KEDUA

42 5 1
                                    

Pagi-pagi sekali Zena dan Ulfa berangkat ke sekolah, tiba sekitar sepuluh menit kemudian. Seperti biasanya sekolah masih sangat sepi, Zena sedang memakirkan mobil Kak Farai dan tentu saja yang mengemudikan Ulfa.

"Terus Ul."

Dengan ala-ala tukang parkir, Zena berusaha agar mobil Kak Farai tidak lecet karena Zena salah memarkir dan berujung lecet karena terbentur sesuatu.

Sepuluh menit kemudian mobil Kak Farai sudah terparkir di parkiran sebelah kelas Zena. Zena dan Ulfa berjalan masuk ke dalam kelas dan baru dua orang yang tiba ditambah Zena serta Ulfa jadilah empat orang.

"Zena, tadi Kak Syid nyari elo," kata Ghiva, sambil membagikan buku literasi di depan meja Zena. Zena mengeryit bingung.

"Terus?"

"Gue bilang aja, Zena belom dateng dan dia langsung pergi." Zena berpikir keras, ada apa Kak Syid mencarinya? Apakah Zena membuat kesalahan? Rasanya tidak mungkin, kan Zena belum kenal dekat dengan Kak Syid. "Lo lagi deket ya sama dia? Buset dah, baru tiga hari masuk sekolah udah dapet gebetan aja, dulu SMP lo gak gini amat," ucap Ghiva, disertai seringai khasnya yang membuat pipi perempuan manis di depan Zena menjadi semakin terlihat.

Zena terkekeh dan menggeleng kecil. "Idih, apaan dah? Kenal aja enggak, hahaha," balas Zena, diiringi tawa renyah diakhir ucapannya. Zena tidak memusingkan masalah itu, yang paling penting sekarang apakah Kak Farai masih marah dengannya? Sebenarnya Zena pun juga sudah kesal dengan Kak Farai karena Kak Farai tidak lebih dari seorang kakak kelas yang pemaksa dan pengatur.

"MISI." Tiba-tiba pintu kelas di ketok dengan keras oleh seseorang. Zena mendongak dan melihat Kak Farai tengah menatap Zena secara tajam dan lurus. Zena dibuat ciut seketika, Zena menjadi kehilangan kata-kata padahal tadi ia sudah menyusun layaknya orang yang ingin wawancara pekerjaan.

"Sini lo!" perintah Kak Farai. Zena berjalan medekat menuju Kak Farai. "Lo niat gak sih benerin mobil gue?" Zena mendongak dan menampakkan wajah tidak terimanya.

"Maksud kakak?"

"Mobil gue masih lecet goblok."

"HAH?"

Zena langsung berlari menuju parkiran tempat mobil Kak Farai diparkir. Zena berjalan mengelilingi mobil dan benar saja bahwa bagian belakang mobil Kak Farai lecet. Eh tapi kan Zena hanya menabrak bagian depan saja, kenapa pula bagian belakang dipermasalahkan, Zena tidak tahu-menahu.

"Heh kak! Seenaknya aja, gue nabrak bagian depan, kenapa musti ganti bagian belakang juga?" Zena berteriak tepat di depan wajah Kak Farai.

"Gak mau tau, itu mobil sebelum sama lo masih bener-bener mulus ya, gue beli aja baru dua minggu yang lalu," bela Kak Farai.

"Lo yang beli? Orang tua kakak kali!" Zena tertawa meremehkan.

"Iya, iya! Intinya ganti rugi juga bego," sewot kak Farai.

"GAK! GAK. MAU. DAN. GAK. PEDULI."

"Anjing lo, ganti!"

"Siapa kakak?"

"Pacar. Mulai sekarang lo jadi pacar gue! ngerti lo?"

Kak Farai meninggalkan Zena yang diam terpaku tidak bisa berkata apa-apa lagi, ini semua seperti mimpi. Apa yang barusan terjadi denga dirinya? Apa yang barusan dikatakan oleh Kak Farai? Ini nyata? Apa ini nyata? Tolong bangunkan Zena dari mimpi ini. Tetapi Zena merasa sedih disatu sisi karena Zena tahu Kak Farai memutuskan seperti itu dengan rasa terpaksa bukan karena suka atau sayang.

"Zen!" teriak Ulfa. Arw menoleh.

"Ul, dia resmiin gue jadi pacarnya?"

Seketika, semuanya menjadi gelap. Zena tidak melihat apa-apa lagi.

ALONEWhere stories live. Discover now