2. Intermezzo : risk and bullying

1 0 0
                                    

Pagi hari ini cerah sekali, baru menjelang siang tapi matahari sudah tinggi. Perkenalkan, aku Gina. Dan inilah ceritaku.

Aku sedang turun dari bis kota, rambutku diikat, bercelana jeans, sepatu kets, dan baju blouse kuning, menenteng tottebag kanvas putih berisi paper art A3 dan perintilan menggambar lainnya, yah kau tahu perkakas anak teknik, aku melangkah ke kampusku. Fakultas teknik kimia, gedungnya sudah di depan mata.

Beginilah, pagi kuliah, siang menyicil skripsi, sore berlatih basket bersama tim kampus, malam beruntung jika tidak ada jadwal ngampus.

Berjalan di hall kampus, tiba-tiba tanganku ditarik kakak tingkat, ke toilet terdekat. Aku didorong ke pojok. Ah, aku tau arah keadaan ini. Dia adalah mantan tim basket putri kampus ini, dikeluarkan entah kenapa, kasus yang aku tak perlu tau. Ini pasti tentang kejadian liga semalam.

“ Hei, hei..lihat. Ini dia si anak basket bertalenta, Giinaa..,” sambil menaikkan salah satu alisnya,

“..yang semalam sengaja membelokkan bola di kesempatan emas kita. Lhat apa hasilnya? Lu mau nya apa sih, Gin? Jangan malu maluin tim basket kampus kita dong!..
..Jangan-jangan lu attention seeker yaa? Lu mau diperhatiin banyak orang? Dibicarain karna itu adalah pertama kalinya bola meleset dari tangan lu? Ha?”

Haha. Inilah, bullying.

Hanya kubalas diam dan rolling eyes, berusaha keluar toilet. Maaf, aku kebal. Mungkin kakak tingkatku merasa tidak kuhormati, tapi ia tidak tahu apa yang terjadi, kenapa aku melepaskan bola itu. No one really cares about you. Sudahlah, masih banyak yang harus kugambar di atas kertas yang sedari tadi kutenteng.
#

Fin GinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang