Seunghee masih sibuk dengan sisir dan gel rambut ditangannya. Gadis itu sangat telaten menata rambut Sehun yang lebat dan tebal. Ia tahu harus menata surai itu dengan model seperti apa untuk meningkatkan ketampanan Sehun yang memang sudah tampan. Tangannya menyisir rambut Sehun keatas, membiarkan dahi Sehun terekspos.
"Apa ini tidak berlebihan?" tanya Seojun yang membuat Seunghee melirik sekilas, kemudian melanjutkan aksinya dengan memberi gel pada rambut Sehun. "Aku harus membuat Oppa terlihat lebih tampan dari biasanya."
"Apa itu perlu?"
Seunghee mendelik saat Seojun memasang wajah tanpa ekspresi. "Tentu saja! Calon istrimu itu orang penting dan kau tidak boleh terlihat jelek sedikitpun."
Seojun sudah mencari tahu mengenai calon istri Sehun. Namanya Soojung, gadis cantik berdarah Amerika-Korea dengan tinggi diatas rata-rata dan wajah cantik luar biasa. Ia juga mendapat informasi jika gadis itu adalah gadis yang sama dengan pemilik wajah di beberapa sampul majalah. Kesuksesannya mengantarkan Soojung berkarir di dunia modelling Internasional dan harus menetap di Paris dalam waktu yang cukup lama.
Satu-satunya pertanyaan Seojun adalah, mengapa Sehun terlihat acuh pada kekasihnya?
Dan jawabannya ada pada sepucuk surat yang terselip diantara lembaran buku memasak yang Sehun simpan di rak, di ruang kerjanya. Disana tertulis sebuah permohonan maaf dari seseorang yang tidak diketahui namanya. Seojun sangat yakin jika itu adalah surat dari seorang gadis untuk Sehun. Mungkinkah mantan kekasihnya? Jika memang benar, artinya Sehun adalah pemuda brengsek yang dengan sengaja berani mematahkan hati seorang gadis dan meninggalkannya begitu saja untuk menikah dengan gadis lain. Bodoh.
"Selesai, bagaimana?" tanya Seunghee menunggu pendapat kakaknya yang masih menilai. Pemuda itu tertegun pada keahlian Seunghee yang tidak terhitung. Ia bagai mesin yang bisa melakukan apapun dengan hasil fantastis. Seojun merasa sangat tampan dengan tubuh Sehun yang berbalut kemeja biru tua, celana kain berwarna abu-abu dan sebuah jas dengan warna senada dengan warna celana yang ia kenakan. Rambutnya tertata rapi dengan poni naik yang memperlihatkan dahi lebar Sehun.
"Luar biasa," tutur Seojun yang disambut baik oleh Seunghee. Gadis itu memekik senang dan memeluk pemuda itu erat. "Kalau begitu belikan aku satu set Maccaron, ya?"
"Baiklah, berpapun yang kau mau."
"Yey!" pekik Seunghee sebelum melepas pelukanya dan berlari keluar kamar. Seojun dapat mendengar gadis itu berteriak senang pada beberapa pelayan, mungkin juga ibu Sehun yang sedang menikmati tehnya. Karena dari lantai dua kamar Sehun, Seojun bisa mendengar suara tawa lembut dari wanita paruh baya itu.
Entah harus iri atau merasa senang, Seojun merasa Sehun adalah pemuda yang sangat beruntung karena memiliki keluarga yang hangat. Dan kini ia telah menjadi bagian dari itu, meskipun hanya untuk sementara. Seojun tahu, suatu saat, Sehun akan tersadar dan kembali mengambil alih tububnya dan mau tidak mau, Seojun harus pergi dalam artian yang sebenarnya.
•••
Gadis dengan gaun berwana merah yang menampilkan bahunya yang mulus itu sedang menunggu dengan penuh kesabaran. Sesekali senyumnya terukir saat ekspektasinya tentang kedatangan Sehun dengan penuh rasa rindu terbayang dalam pikirannya. Kedua pipinya bersemu, menciptakan rona kemerahan yang nampak samar. Beberapa kali Soojung harus mengecek riasannya melalui kamera depan ponsel pintarnya, dan kesekian kalinya ia harus menata rambutnya yang mengembang dengan gelombang besar yang jatuh dibawahnya. Ia adalah gambaran kesempurnaan. Tidak salah jika beberapa pengunjung meliriknya untuk bisa mengabadikan wajah cantik Soojung dalam ingatan mereka.
Kling.
Gadis itu menoleh saat pintu restoran terbuka. Matanya menangkap sosok Sehun yang sedang menoleh kesana-kemari untuk mencari sosok yang harus ia temui siang ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Red Thread [Hunrene]
Fanfikce"An invisible red thread connects those who are destined to meet, regardless of time, place, or circumstance. The thread may stretch or tangle, but will never break." Seojun diberikan sebuah kesempatan untuk hidup kembali. Waktu yang terbatas membua...