"Arga"
Sandra meyakinkan dirinya bahwa pria itu adalah Argha Ramadha Putra.Walaupun terdengar samar, tetapi Arga masih bisa mendengar seseorang memanggil nama nya.
Ia menoleh pada pusat suara.Setelah mengetahui siapa yang memanggilnya, Arga dengan santai nya memalingkan pandangannya lagi, entah tidak peduli atau apapun itu.
Arga sibuk dengan kegiatannya sendiri. Ia melepas jaket jins nya yang basah kuyup dan menyisakan kaos polos berwarna putih yang basah juga. Karena kaos nya yang basah, dapat terlihat jelas bentuk tubuh atletis bagian atas nya.
Dada bidang otot perut dan lengan atas yang terbentuk menunjukan bahwa ia menjaganya dan rutin berolahraga.
Sandra yang memperhatikan gerak gerik Arga, SALAH lebih tepatnya hanya memfokuskan pada area bagian tubuh athletis milik Arga, sampai tidak sadar bahwa mulut nya tidak tertutup rapat sedari tadi.
Sandra berfikiran bahwa jika tidak ia pandangi pemandangan indah di depannya ini, ia merasa sangat kufur nikmat. Ya,menyianyiakan nikmat yang di beri oleh tuhan, dan kapan lagi coba bisa liat live cowok athletis yang basah kuyup keujanan, Woahh.
Geli gua bayanginnya.Arga mengibaskan jaket jins basahnya, yang otomatis menimbul kan suara nyaring.
"Awas liur lo netes" ucap Arga tanpa melihat objek yang ia ajak bicara dengan nada dingin nya.
Sandra yang tersadar, jadi salah tingkah sendiri. Ia tidak menyangka bahwa Arga sedari tadi merasa bahwa sedang di perhatikan. Sandra lantas berdeham untuk mencair kan suasana.
"Apaan si lo!".
ucap Sandra sambil memperhatikan Arga yang mengenakan kembali jaket jins nya.
"lagian siapa juga yang liatin lo, orang gue liatin abang tukang bajigur yang tadi lewat. Kan enak gitu dingin dingin gini minum yang anget." ujar Sandra mengeles, padahal tidak ada satu orang pun di dekat mereka.Setelah kejadian tadi Sandra dan Arga kembali diam. Tidak ada di antara mereka yang berniat untuk memulai topik pembicaraan.
Sepi. Hanya ada mereka berdua di halte bahkan jalanan yang biasa nya ada beberapa kendaraan yang lewat lalu lalang pun kini tidak ada sama sekali. Hanya ada suara gemercik hujan di antara mereka.
Sandra dan Arga kompak duduk tepat di bagian bangku paling ujung. Bukan, bukan duduk bersama saling berdekatan di bagian ujung kursi halte, tapi saling berjauhan. Sandra bagian ujung paling kanan dan Arga ujung kiri, walaupun bangku itu tidak terlalu panjang, hanya menyisakan tempat untuk satu-dua orang lagi duduk di antara mereka. Lucu memang.
Waktu terus berjalan. Sekarang sudah pukul sembilan malam, mereka sudah menunggu hampir satu jam, tapi hujan tidak kunjung reda, menurutnya malah tambah deras.
Tidak ada satu pun angkutan umum yang lewat, bahkan handphone nya juga mati. Sandra takut kalau orang rumah khawatir.
"Mau sampai kapan terus disini"
Kalimat itu memecah keheningan diantara mereka berdua.Setelah mengatakan kalimat tersebut Arga bangkit dari duduk nya.
"Gue anter lo pulang" ucap Arga sambil menatap Sandra. Dingin
"Helm buat gue mana?" ucap Sandra yang masih terkejut atas tawaran Arga, ia reflek menengadahkan tangan nya di depan Arga.
"Gada.Cuma satu" jawab nya dingin
Sandra berdecak sebal 'Dingin banget sih ni cowo! Berasa ada di kutub gue'.
"Mantel nya?" pinta Sandra.
Arga mendekatkan wajahnya ke arah Sandra, lalu menatapnya lekat. Sedangkan Sandra ia perlahan memundurkan kepalanya kebelakang, waspada atas setiap gerak gerik pria didepannya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Espresso
Teen Fictionespresso kb. e. coffee sari kopi, kopi yang sangat keras, kopi pekat. Begitu lah agak nya hidup. Bisa di ibaratkan dengan secangkir espresso. Keras dan pahit. Namun di balik pekat rasa ekspresso malah banyak orang yang menikmatinya.