Dulu, disini selalu berisik. Ramai, karna suara dan tingkahmu.
Sekarang, cuma ada keheningan di tempat ini. Tempat yang kau buat untuk kita.
Aku tahu saat itu aku salah, mengkhianatimu hanya karena ada yang lebih baik darimu, kurasa.
.Tapi aku menyesal, aku membutuhkanmu.
Membutuhkan nasehat-nasehatmu, celotehanmu, dan pelukanmu.
Dan jika boleh aku meminta kepada Tuhan. Aku ingin kau kembali kesini, menemaniku.
.
--
."Ran, aku bakal naro macem-macem benda disini. Mulai dari foto kita dulu, lukisan buatan aku, gitar, biola kamu, ah. Macem-macem deh" ia merangkul pundakku dari samping. Aku menoleh kearahnya, tersenyum tipis.
."Kalau nanti kita nikah, aku pasti bakal ngasih rumah pohon ini buat anak-anak kita nantinya. Bakal aku kasih perosotan di bawah, jungkat-jungkit, ayunan biar mereka seneng," lanjutnya dengan antusias, sekali lagi. Aku membalas ucapannya dengan senyum.
"Oh, ya. Nanti malem ada acara?" tanya Radit menatapku dengan teduh.
Aku menatapnya bingung, aku tak tau harus jawab apa. Karena sudah kesekian kali aku menolak ajakannya untuk pergi. Dan sekarang ia menanyakan itu lagi.
."Eum, Dit. Aku lagi males keluar nih. Tugas juga lagi numpuk, maaf ya" balasku pelan sambil menunduk, aku tak ingin melihat wajah murung Radit karena jawabanku. Aku tau ia pasti sedih.
.Radit mengangkat dagu ku agar menatapnya. Dengan senyum tipis ia berucap "Gapapa, mungkin lain waktu kita bisa jalan"
Aku hanya diam, mengetahui betapa baiknya Radit. mengetahui betapa dia menyayangiku dan bersabar dengan alasan-alasan yang selalu kubuat.
.
--
.~
"Enak ngga? Ini toko roti favorit aku lho." pria itu menyuapi sepotong cheesecake untuk gadis yang kini tengah mengunyah lembut suapan pria dihadapannya.
Gadis itu tersenyum. "Enak banget gila! Mungkin, sekarang ini bakalan jadi toko roti favorit aku juga" balas gadis itu tersenyum senang.
"Bagus kalo gitu, kita bisa sering-sering mampir kesini buat makan roti bareng" pria itu mengacak gemas rambut gadisnya, ia tersenyum tipis.
_
"Oh ya, gimana sekolah kamu?" tanya pria itu,
"Baik kok, Bas. lancar-lancar aja." Ran tersenyum girang."Oh ya Ran, aku boleh minjem uang buat bayar cicilan action figure yang aku beli kemarin ngga? Soalnya aku lupa bawa dompet, jadi uang sisaku ketinggalan, kamu tau sendirikan aku lagi dihukum juga sama ortu gara-gara bandel terus sekarang ngga ditransferin uang, hehe. Dan aku harus bayar cicilannya untuk bulan ini 30 menit lagi. Temen aku udah nunggu" ucap Bastian, pria itu memegang tangan gadisnya dan memberikan senyuman maut pada Ran.
."Oh boleh kok, berapa?" tanya Ran tersenyum
"500 ribu, ada?" tanya Bastian membelai lembut rambut gadis di depannya. Gadis itu mengangguk sembari menyodorkan uangnya. Sebenarnya ini uang tabungan Ran yang memang selalu Ran bawa kemana-mana. Namun, demi Bastian ia akan meminjamkannya.
"Makasih sayang" perlahan wajahnya mendekat ke wajah gadis itu, bibir tebalnya mencium kedua pipi gadis itu bergantian.
"Iya sama-sama""Aku bakal ganti kok secepatnya" ucap Bastian "Santai aja kali, aku percaya sama kamu" balas Ran membelai rahang pria didepannya.
.Prolog End