Lisianthus POV
Aku kira dia tidak akan muncul lagi. Tidak akan bertatap muka denganku untuk yang kedua kalinya. Aku kira itu terakhir kalinya kami bertemu. Begitulah pemikiranku sebelumnya, sampai ....
Dia datang.
***
Pagi hari. Seperti biasanya, aku berjalan kaki menuju sekolah. Tepat seperti dugaanku. Amarantha, Hanna, dan Farensa sudah memulai permainannya
Begitu sampai di kelas. Mejaku sudah dalam keadaan penuh coretan di atasnya yang disebabkan oleh mereka bertiga. Dan mereka, hanya menatapku sambil tertawa.
Aku memandanginya sejenak dan segera membersihkan coretan di mejaku tanpa berkomentar sedikit pun.
Aku tidak sedih atas semua perlakuan mereka bertiga kepadaku. Merasakan bahagia saja belum bisa. Apalagi sedih?
***
"Anak-anak, hari ini kita kedatangan siswa baru. Silahkan perkenalkan dirimu nak," wali kelasku mempersilahkan siswa di sebelahnya untuk memperkenalkan diri.
"Perkenalkan, namaku Akhza Maulana Pratama. Tetapi kalian bisa memanggilku Akhza. Salam kenal semuanya." Akhza tersenyum.
Bahagia itu, bagaimana rasanya?
"Nah, kalau ada yang mau bertanya, silahkan tanyakan ke nak Akhza sewaktu istirahat saja ya?" Ujar wali kelasku sembari menyapukan pandangannya ke seisi kelas.
"Baiklah, nak Akhza. Sekarang kau duduk di ... sebelah Lisianthus ya," ucap wali kelasku seraya menujukku.
Itu hal yang lumrah, jika wali kelas menempatkan Akhza duduk di sebelahku. Karena hanya tempat itulah, satu-satunya bangku yang masih kosong.
Akhza ....
Adalah orang pertama yang mengisi bangku kosong di sebelahku.
***
Begitu bel istirahat berbunyi, aku langsung pergi ke kantin. Keadaan kantin sangat ramai. Tidak sedikit siswa yang langsung pergi ke kantin begitu mendengar bel tanda istirahat telah berbunyi.
Setelah membeli nasi goreng, aku memilih duduk di kursi kantin paling tengah. Dan menyantap nasi gorengku disana.
Baru saja hendak menyuapkan satu sendok nasi goreng yang masih hangat. Seseorang menghampiri mejaku, dan duduk di depanku.
"Kita bertemu lagi ya, Lisian?"
Aku mengangkat kepalaku untuk melihat siapa yang mengajakku berbicara. Akhza.
Aku hanya diam menatapnya.
Aku hendak melanjutkan makan siangku yang terganggu oleh kedatangan Akhza, tetapi seseorang dengan sengaja menjatuhkan nasi gorengku ke lantai. Kursi tempat dudukku ditarik ke belakang, sehingga aku jatuh dalam posisi terduduk. Lalu-
KAMU SEDANG MEMBACA
Too Bad (2)
Novela JuvenilWarna Warni Kehidupan itu dipenuhi warna Begitu pun semua orang Mereka, tertawa Menangis Marah Kecewa Dan Bahagia Semuanya begitu kecuali diriku Yang sebatang kara Aku ... aku sudah rusak tapi aku pun terus dirusak Apakah Tuhan membenciku? Apaka...