RedAnt adalah nama sekolah yang akan ia datangi pagi ini, sebelumnya ia bertanya tanya apa itu Redant, dan kenapa orang itu menyuruhnya masuk kesana, apapun itu ia sekarang telah berada di sebuah mobil yang di setir oleh supirnya menuju Redant.
Kurang lebih 30 menit untuk mencapai lokasi sekolah itu dan sekarang ia tepat berada di depan bangunan yang penuh dengan coret-coretan yang ia yakini adalah ulah para siswa sekolah itu.
Lelah mengamati, ia kemudian turun dari mobil dan berdiri di sebelah mobil masih dengan pandangan meneliti setiap sudut sekolah yang terjangkau oleh penglihatannya
'sialan'
Benaknya langsung mengeluarkan satu kalimat umpatan kala telah mengetahui sekolah macam apa yang akan ia masuki tersebut
Ya. Ia tidak salah karna ia akan menjadi murid baru disana, Redant adalah sekolah yang memiliki reputasi terburuk di seoul, sekolah ini adalah sekolah kejuruan, hampir seluruh siswa yang bersekolah di redant adalah berandalan, gangster dan mantan kriminal. Meski sekolah buangan atau terburuk namun sekolah ini tidak akan pernah di tutup karena banyak anak kolongmerat yang bersekolah disana.
Mobil yang tadi ia tumpangi kemudian meninggalkannya yang masih berdiri di depan gerbang, ini sudah jam 8 dan siswa masih banyak yang berlalu lalang melewati gerbang
Ia tak ambil pusing kemudian pergi dari tempat semula ia berdiri melangkah maju memasuki area sekolah barunya, ia berjalan dengan wajah datar, melirik kesana kemari bangunan sekolah yang benar benar merusak matanya itu, sekolah ini benar-benar berbanding terbalik dengan sekolahnya dulu, murid murid sekolah ini bahkan memakai seragam mereka secara aburadur dan bahkan ada yang ke sekolah memakai sendal dan tidak membawa tas.
Sebenarnya ia tidak peduli toh tujuannya masuk kesini hanya karna ia dikeluarkan dari sekolah lamanya dan juga orang itu yang menyuruhnya masuk kemari, baginya sekolah dimanapun itu sama saja tidak akan ada bedanya bagi seoarang predator sepertinya.
Ia sedikit menarik ujung bibirnya tatkala membayangkan calon korban barunya yang akan ia siksa
.
.
.
.Saat memasuki ruang kelas barunya bersama seorang guru lelaki berumur 60 tahun, yang ia yakini adalah wali kelasnya nanti, Ia mencium bau asap rokok dan berbagai bau lainnya yang menyeruak masuk ke indra penciumannya, itu kesan pertamanya pada kelas itu, kelas yang ia masuki adalah kelas Fashion tahun ke 2 semester pertama.
Ia masuk mengikuti wali kelas, ia berdiri di depan kelas, sementara sang guru berdiri di antara meja dan kursinya di area pojok depan kelas, bahkan kedatangannya dan sang guru tidak di hiraukan sama sekali oleh orang orang seisi kelas, mereka sibuk dengan kegiatan masing-masing, ada yang sedang bermain game sambil mengisap rokok, ada yang hanya bermain handphone namun kedua kaki berada di atas meja, ada yang sedang main poker dan masih banyak lagi, satu hal yang pasti mereka semua menimbulkan kegaduhan.
Tentu pemandangan itu membuatnya agak sedikit keheranan, dalam benaknya ia berfikir sebenarnya sekolah macam apa yang ia masuki ini.
"Anak-anak diam dulu dan dengarkan, kalian memiliki teman baru disini..." Tidak ada yang peduli bahkan suara kegaduhan dari para murid menjadi lebih keras
"Huftt, terserahlah kau langsung duduk saja ditempat"
Tanpa menjawab Reinna langsung melangkah menghampiri meja yang ditunjuk oleh wali kelas sebagai tempat duduknya, ia duduk di kursi nomor 3 barisan tengah, sebelum duduk ia sedikit memerhatikan teman sebangkunya, dapat disimpulkan bahwa teman sebangkunya sepertinya orang yang mudah emosi, ia tak berniat berbasa basi sedikitpun dengan teman sebangkunya maupun dengan orang lain dikelas tersebut
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
[END]REVISI] THE X BULLYING
Teen FictionIa adalah tukang bully yang berubah menjadi korban bully lalu bertransformasi menjadi pemimpin para pembully. #Bullying [190507].1