Mamaaaa

8 0 0
                                    

  Aquina bergegas mengenakan jaket merahnya dan sneakers putih kesukaannya. Ia buru-buru menyetop taxi yang lewat di depan rumahnya.

"Ke RS Permata Mutiara ya,Pak"

"Iya mbak"

  Sesampai di rumah sakit..
Aquina mencari keberadaan Papa dan Mamanya.

From : Papah
Quin, Mama di ruangan Axel no 12

  Ketika Aquina sampai di ruangan ia mendapati Papa sedang menunduk di depan pintu ruangan Mamanya dirawat.

"Pah, Mama kenapa? Mama sakit apa?" Aquina panik melihat Papanya lesu.

"Sayang" kata Papa Robert lirih

"Mamamu sakit..."

"Sakit apa pahh"

"Mamamu sudah nggak ada nak" ucap Papa Robert sambil memeluk Aquina.

"Enggak, Papa bohong kan, nggak mungkinnn" teriak Aquina sambil memukuli dada Papanya

  Aquina menangis terisak, ia langsung masuk ke ruangan dan melihat Mamanya sudah terbujur kaku tertutup kain putih.

"Mamaaaaaaaaaa"

"Mama kenapa ninggalin Quin, Quin sayang Mamaa huhuhu.." Aquina menangis semakin keras.

Papa Robert yang melihat Aquina anak semata wayangnya menangis keras langsung masuk menenangkannya. Padahal Papa Robert juga sangat terpukul dengan kepergian Istrinya.
"Quin, ikhlaskan kepergian Mama nak" ucap Papa Robert sambil menangis.

"Papaah" lirih Aquina

"Aquina, Mama sempet nyiapin sesuatu buat kamu sebelum Mama meninggal. Coba nanti kamu lihat di ruangan kecil sebelah kamar kamu" kata Papa Robert sambil memeluk Aquina yang masih menangis.

  Setelah pemakaman Mama Aquina..

  Sudah 3 jam Aquina menangis dikamarnya, ia tak mau keluar kamar. Mandi makan pun ia tidak mau. Sampai akhirnya ia keluar untuk melihat apa yang ada di ruangan kecil seperti yang dikatakan Papanya tadi.

'krekkkk'
  Perlahan Aquina membuka pintu itu, Aquina memandang sekelilingnya. Ruangan kecil itu tampak masih terawat, banyak foto keluarga Aquina dipajang disitu. Mulai foto Aquina yang masih bayi, hingga foto pesta pernikahan Papa Mama Aquina terpajang rapi di meja. Aquina melihat satu persatu foto Mamanya, ia kembali menitikkan airmata.

  "Mama" ucap Aquina lirih

Aquina melihat di sudut ruangan terdapat sesuatu yang ditutup kain hitam, ia penasaran lalu membukanya.

'srekk'

Terlihat sebuah gaun pink semi putih yang tergantung di manequin. Aquina terbelalak.

"Gaun siapa ini" bisik Aquina

  Aquina menemukan sebuah kertas di atas meja sebelah manequin gaun tersebut. Ia membukanya.

'Aquina sayang, ini gaun untuk pernikahanmu nanti. Umurmu kan sudah 22 tahun, habis ini sudah waktunya. Gaun ini Mama buatin dengan tangan Mama sendiri.. Semoga kamu suka ya nak. Biglaff Mama❤'

"Mamaaaaaaaaaaaaaa" teriak Aquina sambil menangis

  Papa Robert yang mendengar teriakan Aquina langsung menuju lantai atas untuk melihat apa yang terjadi dengan gadis cantiknya itu.

"Whats happen,Quin? kamu sudah waktunya mengikhlaskan kepergian mamamu" ucap Papa Robert sambil menghampiri dan memeluk Aquina.

"Tapi pah, Quin masih ingin Mama disini. Quin gakmau sama Papa" tangis Aquina semakin menjadi-jadi. Dengan masih terisak Ia teringat kejadian 3 tahun lalu saat ia duduk di bangku SMA.

3 tahun lalu...

"Quin, sarapan dulu nak. Mama juga udah nyiapin bekal nih buat kamu" ucap Mama Rianti

"Gamau ah Ma, Aku makan disekolah aja. Dadah Mamaa" Aquina berlari keluar sambil menjinjing tasnya

"Aquina tunggu nak.. uhuk..uhuk " Mama Rianti terbatuk dan sedikit mengeluarkan darah.

  Mama Rianti lupa tissu yang dibuat untuk mengelap darahnya ditaruh di meja makan. Sehingga, saat Aquina pulang sekolah..

"Mamaaaa Aquina pulanggg" teriak Aquina, tapi tak ada jawaban dari Mama.
"Loh ini darah siapa" Aquina menemukan tisu Mamanya diatas meja.

Aquina bergegas mencari Mamanya di kamar, tapi hasilnya nihil. Mamanya tidak ada disana. Aquina berlari menuju kamar mandi,ia tekejut ketika melihat Mamanya yang tergeletak di bathub dan mulutnya ada bekas darah segar. Ia melihat di sebelah bathub tergeletak ponsel Mamanya, terpampang jelas foto Papa Robert dengan seorang cewek, entah siapa yang tega mengirim foto itu.

Tangan Aquina mengepal marah. "Papa" batinnya. Aquina segera memapah Mamanya ke Kamar. Ia menyuruh Bi Ijah mengganti pakaian Mamanya. Dan Aquina sendiri? Ia pergi menemui Papanya di kantor.

Aquina bergegas memesan ojek online, dan menuju kantor Papanya. Dengan mengenakan jaket jeans dan celana streetnya yang membuat Aquina terkesan agak tomboy. Memang sengaja ia mengubah penampilannya.

___

PenyesalanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang