Dibalik Tegarnya

18 1 0
                                    

💧 *Kolaborasi Cerita Mini* 💧
TEMA :Antara Ibu dan Tahun Baru
JUDUL : Dibalik Tegarnya
NAMA GROUP :Kelompok Lidi☘
NAMA ANGGOTA:
1. Khalilatul Jannah
2. Mama Rifky
3. Yesyailla Abzani Alfath

ISI:

Seusai sholat isya' berjamaah, aku segera saja membuka mukena, menyimpan dengan rapi pada rak kayu  di ruang sholat keluarga, kulihat Ibu masih khusyuk merapal doa, butiran tasaabih(tasbih) di tangannya bergerak turun ke bawah. Ibu memejamkan mata, kusentuh tangannya mencium punggungnya, Ibu mengangguk pelan.

Ku berjingkat menuju ke dapur, membuka tudung saji di meja makan terlihat masakan Ibu yang jauh dari kata mewah namun tersuguh dengan penuh cinta, entah mengapa selera makanku hilang tertimbun pikiran yang tak tenang.
Piring-piring kubiarkan tertelungkup.

"Ini pipi apa kue serabi? " suara Abangku dari balik punggungku, kedua lengannya melintas di atas pundakku, mencubit kedua pipiku.
"Apaan seh! " kudorong ujung siku menonjok bagian perutnya, meski tak keras tapi cukup mewakili protesku.

"Kalian makan saja dulu, Ibu menunggu Ayah. "

"Nanti saja, Bu, lihat muka adek cemberut jadi kenyang! " Abang bangkit menyusul Ibu ke ruang depan, aku turut serta di belakang.

"Adek, kenapa cemberut? " tanya Ibu.

"Bingung.. lepas SMA aku ingin melanjutkan kuliah, tapiiii...apa Ayah punya biaya, Bu? "

Abangku  tidak melanjutkan sekolah, karena orang tua tak punya dana.Sedari kecil aku bercita-cita jadi perawat dan Ibu tahu itu.
"Adek pasti bisa kuliah, tenangkan pikiranmu, jangan cemberut lagi ya! " kalimat Ibu bagai oase pada gersangnya pikiranku, kupeluk erat Ibu.
"Ibu emang yang paling mengerti dedek" bisikku dalam pelukan. Lalu kami larut dalam heningnya malam. Sejak itu aku bertekad mewujudkan mimpiku bagaimanapun caranya, begitulah sifat keras kepalaku.

"Bermimpilah maka Tuhan akan memeluk mimpi-mimpi mu" Kata bijak Andrea Hirata yang selalu ku ingat

▪▪
Owam....." Aku menggeliatkan tubuh, menyambut fajar yang mulai
menyingsing, mengusir malas yang perlahan menggerogotiku. Sejak itu ku mulai hari ku dengan semangat yang baru dan menggebu untuk menuai impianku.

Tak terasa perpisahan sudah di depan  mata, jadi otomatis pendaftaran kuliah sudah dibuka.
Tiba-tiba beel pulang telah berbunyi, membuyarkan lamunanku bertanda jam pelajaran telah usai. Setelah baca do'a aku segera pulang.

Aneh, jam segini Ayah sudah di rumah, apa Ayah enggak kerja hari ini?
Kucium tangan Ayah juga Ibu.Tanpa mengganti seragam putih abu-abu aku duduk di sofa bareng kedua orang tuaku.
Sepertinya Ibu menyembunyikan sesuatu, ketika kudekati Ibu menggeser duduknya seolah takut berbenturan dengan badanku.

"Adek,mulai sekarang persiapkan dirimu memasuki bangku kuliah, lebih rajin belajar dan ingat selalu berdoa agar Tuhan memudahkan jalanmu menggapai cita-cita! "

"Ibu.. yang bener, adek bisa kuliah? "

"Iya, Abangmu juga kuliah,Alhamdulillah Ibu sudah mendapatkan biaya untuk kalian berdua."

▪▪▪
Di malam pergantian tahun aku menghirup nafas kelegaan dengan melihat percikan kembang api yang menjulang tinggi ku mulai untuk mengajak ibu dan ayah untuk melihat suasana malam itu nadiku berhenti berdetak sama sekali tak terpikirkan olehku bagaimana ibu mendapatkan uang sebanyak itu. Hingga akhirnya tanpa sengaja mendengar pembicaraan mereka membuat sendi tulangku lemas.

Langsung saja diriku bersujud "bu, terima kasih atas semua cinta tulus yang engkau berikan tak akan pernah bisa aku balas. Ibu! Maafkan anakmu yang keras kepala ini  dan  membuatmu kecewa, atas ulahku yang menyebabkan transplantasi ginjalmu diambil di rumah sakit untuk dijual." walaupun Ibu tahu tentang hukum
Memperjualbelikan organ dapat dikenakan tindak pidana, ibu nekad demi memenuhi impianku.
Bahkan Ibu bersikeras melakukannya, biar Ia yang diambil ginjalnya, Ayah yang kondisi kesehatannya tidak memungkinkan terpaksa mengizinkan Ibu melakukan semua itu.

Ibu hidup dengan satu ginjal, sejak itu ibu mudah diserang penyakit tapi rasa sakit itu sama sekali tak ditampakkannya, semua rasa sakitnya ia balut dengan senyuman di bibir indahnya.

"Bu, kenapa Ibu melakukan semua ini, Ibu tau kan ini sangat beresiko?"
"Sudahlah nak, ini belum seberapa bagiku kebahagiaan anak-anakku lebih penting dari pada hidup Ibu" Ucapnya sambil mengelus rambutku
"Tapi, aku tidak mau kehilangan Ibu" Tangisku pecah
"Ssst... anak Ibu yang cantik gak boleh cengeng, hidup ini keras. Kamu harus bisa menggapai impianmu, buktikan kalau kamu bisa" Ucapnya lirih, sambil memelukku penuh hangat.
Malam itu adalah malam dimana aku diberikan kejutan istimewa dipergantian tahun baru adalah seorang wanita yang merelakan apapun demi anaknya walau jiwa jadi taruhannya.
....

Nusantara, 22 Desember 2018

Tantangan Kilat | #KOSANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang