Chapter 2 : Cinta Menghiasi Hatimu

3 0 0
                                    

Laki-laki yang mempunyai kekurangan itu membuka pintu rumahnya, setelah lelah bekerja.
"Aku pulang." Zaki menutup pintu.
"Kak, makan dulu tuh udah disediain Ibu." Rivai sedang bersantai diatas kursi sambil bermain ponselnya.
"Ibu kemana?" Dia berjalan menuju tempat makan dan membuka tudung saji.
"Ibu dikamar, warung hari ini ramai sekali jadi Ibu lelah."
"Oh ya kan aku bawa sate tadi, astaga ketinggalan." Zaki berlari keluar, disaat ingin membuka pintu ada suara seseorang mengetuk pintu.
"Assalamualaikum." Terdengar itu suara Zuhra. Dia membukakan pintu untuk kekasihnya.
"Eh iya, lupa sate nya aduh maaf." Zaki ingin mengambil plastik makanan itu, namun tangannya ditepis Zuhra.
"Yee, bukannya jawab salam dulu, dasar peak." Zuhra menyembunyikannya kebelakang.
"Ya Waalaikumsalam. Haha maaf maaf bisa ketinggalan gitu, kamunya juga gak ngasih tau huu, sini makanannya." Dia meledek Zuhra dengan ciri khas lidah dan kedipan matanya.
"Nih, dasar peak pelupa. Aku balik dulu ya, Assalamualaikum." Zuhra tersenyum tipis.
"Waalaikumsalam." Zaki menutup pintu,

mengintip Zuhra dari balik jendela.

Dia berjalan kearah adiknya itu dan memberikan makanan pada adiknya.
"Makasih, tumben baik haa..." Rivai meletakan ponselnya lalu membuka bungkus sate itu.
"Ya iya, makan gih, gw mah baik dari dulu." Zaki masuk kekamarnya menutup pintu.

Menatap kearah langit-langit, mengingat kejadian beberapa tahun lalu saat adiknya sakit kelelahan. Selepas dia pergi ke apotek bersama Zuhra, dia pulang kerumah membawa obat untuk adik tersayangnya.

...

"Gimana keadaan Rivai , Bu?" Zaki masuk kedalam kamar adiknya.
Ibu sedang mengompres anak tersayangnya yang tertidur lelap. "Lagi istirahat, biar aja nanti besok sembuh kok Insyaallah."
"Nih obatnya bu, aku juga mau istirahat dulu ya. Nih aku juga ada sedikit uang buat pengobatan adik." Zaki memberikan uang 100 ribu serta obat untuk Rivai lalu keluar dari kamar.

Keesokan harinya keadaan adiknya semakin parah, demam semakin tinggi juga muntah-muntah. Ibu sedikit mengeluarkan air mata melihat keadaan anaknya.
"Dibawa kerumah sakit aja bu, aku masih ada simpanan uang kok." Zaki tak kuasa menahan airmata yang kini mengalir dipipinya, dia duduk disamping adiknya yang terbujur lemah.
"Iya, Ibu khawatir. Ibu juga ada tabungan juga" Ibu hanya tertunduk.
"Kamu kuat kan kerumah sakit? Naik angkot aja." Zaki berusaha merangkul adiknya untuk berdiri.

Dengan tertatih-tatih Rivai bersama Zaki dan ibunya menunggu diperempatan jalan, mereka naik angkot yang letaknya lumayan jauh dari sana. Setelah perjalanan sekitar 20 menit, mereka akhirnya sampai dan langsung keruangan UGD. Kata dokter penyakitnya sudah lumayan parah, terkena DBD namun juga muntaber akibat keadaan rumah yang kotor dan banyak nyamuk.

Kursi roda membawa Rivai menuju lantai 4 ruangan 7 untuk dirawat inap. Suasana minggu pagi dirumah sakit cukuplah ramai, Zaki kecil termenung menatap pemandangan kumuh dari arah jendela.
"Hidup ini apa? Tujuan ku hidup apa?" Zaki menatap telapak tangan kanannya, dan menatap kearah tangan kirinya yang tak sempurna. Dia menoleh kearah adiknya yang sedang tertidur lemas diatas kasur, dan Ibu dengan cinta dan kasih sayangnya berusaha membuat anaknya tertidur pulas menyanyikan lagu Lullaby.

Didalam ruangan ini hanya terdapat 2 pasien, disebelah ada seorang anak kecil laki-laki yang sakit juga mungkin berumur sekitar 6 tahun.

Telepon berdering, Zaki mengangkat itu dari kekasihnya, Dia mengajak untuk jalan-jalan seperti biasa namun Zaki tak bisa karena keadaan adiknya itu. Mereka sudah saling mengerti dengan keadaannya, Zuhra memilih untuk menjenguk adiknya Zaki dirumah sakit.

Hampir sekitar satu jam Zuhra akhirnya tiba. Dia memanggil Zaki yang sedang duduk diteras depan kamar perawatan.
"Zak, gimana keadaan adik kamu?" Perempuan manis itu duduk disampingnya.
"Ayo masuk dulu kedalam."

Zuhra bersamanya masuk kedalam ruangan itu, bersalaman dengan Ibunya Zaki dan memberikan jeruk dan pisang yang ia bawa.
"Ini bu, saya ada buah. Maaf ya cuma segini aja."
"Aduh, maaf ya ngerepotin. Makasih banget ya, kamu udah terlalu baik." Ibunda Zaki mengusap rambut Zuhra dengan lembut.
"Ibu gak jualan? Ibu jualan aja, aku aja yang jaga Rivai." Ujar Zaki duduk disamping tempat tidur adiknya.
Ibunya hanya mengiyakan dan kembali pulang kerumah untuk berjualan.

Mengingat semua kenangan itu membuat Zaki tertidur pulas malam ini.

...

Hari semakin berlalu, ini adalah tahun terakhir mereka sekolah yang kini sekarang sudah kelas 12. Saat di 31 Desember 2018 ini, mereka berdua akan berjalan bersama.

Langit sore yang dihiasi sinar berwarna jingga membuat suasana cukup tentram, gemercik air di dedaunan yang terjatuh serta kupu-kupu yang hinggap diatas bunga biru itu menyadari kita betapa indahnya didunia ini.
Berjalan bersama seorang wanita menyusuri jalan menuju pasar malam untuk melihat festival kembang api di malam tahun baru ini.
"Humm, Jangan diam gitu napa Zaki? Lagi gak mood? Ada masalah?" Seorang wanita berambut panjang menepuk pundak Zaki.
"Gak apa-apa kok Zuhra, sudah ayo kesana keburu malam." Saat itu jam menunjukan pukul 5 sore.
"Hmm, Ayo!" Zuhra menggenggam tangan Zaki lembut, mereka berjalan menuju festival itu.

Cinta? Dia mencintainya! Mereka saling mencintai, menjalin sebuah komitmen akan selalu bersama. Sudah mengenalnya semenjak SD, dia sudah tau segala tentangnya, kepribadiannya.

"Zaki, Aku mau es krim, enak tau kalau suasana gini makan es krim, ya iya, yaaah pliiiisss." Zuhra menunjuk kearah toko yang menjual es krim difestival tahun baru ini.
"E-ehh... Bentar." Dia berbalik badan, merogoh saku yang terlihat hanya ada uang 20 ribu.
"Kenapa? Aku bayar sendiri kok jangan khawatir, kamu aku beliin dah, udah ayo cepet." Dia menarik tangan Zaki dan berjalan menuju toko itu.

Festival yang sangat meriah bukan? Mereka melihat banyak sekali acara pertunjukan, mulai dari penampilan ondel-ondel, sulap bahkan ada panggung untuk dangdutan. Tak terasa hari semakin malam, jam menunjukan pukul 10 malam.
"Duduk dulu sini, capek tau."

Saat sedikit lelah mereka berdua duduk ditepi jalan, dikejauhan ada suara alunan musik, angin pun berhembus berdawai. Langit penuh bintang berkelap-kelip membuat suasana malam ini terkesan romantis.
Jdooor Jdaaarr!!
"Yaah, Ahh kaget!" Zuhta menutup telinga ketakutan mendengar kembang api yang tiba-tiba meledak dilangit.
"Haa lucu tau!" Zaki menertawakannya, ekspresinya lucu, pipinya memerah.
Kami bertatapan, aku menatap matanya menyentuh pipinya.
Jdooor Jdaaar!! Kembang api kembali meletus menghiasi langit membuat Zuhra terdiam, namun kali ini dia sudah tak kaget mendengarnya. Zaki menatapnya tertawa.
"Dih ketawa awas yaah." Dia mencubit lengan Zaki lembut.

Malam ini dilalui hanya bersamanya, walau festival tahun baru ini ramai, namun mereka berdua merasa festival ini hanya milik mereka. Berharap waktu malam ini berhenti, dan tak cepat berlalu. Malam tahun baru yang indah, bersamanya.
Aku mencintainya.

Mecha-Ro-Ni ろ にTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang