Chapter 1 : Harapan

3 1 0
                                    

Semua manusia yang hidup didunia ini mungkin sudah ditakdirkan sejak lahir namun kita hidup didunia ini dengan tekad dan jalan masing-masing. Zaki sudah ditakdirkan sejak lahir memiliki cacat ditubuhnya, dia tak memiliki tangan kiri. Dia tinggal dikeluarga yang kurang mampu terkadang sepulang sekolah saat SD dia bersama adiknya ikut mengamen didekat terminal. Itu semua dilakukan karena untuk menafkahi keluargnya, sebagai pengganti ayahnya yang meninggal dibunuh saat dia berumur 5 tahun.

Sejak kecil dia selalu mendapat perlakuan buruk dari ayahnya, lebih parah pada saat dia berumur 4 tahun. Dia menjadi korban akibat ayahnya kalah judi dan sejak itu ayahnya dililit hutang yang sangat banyak bahkan dia tak tau berapa jumlahnya. Saat meninggal terbunuh, mayatnya ditemukan disemak-semak dengan kondisi ginjal dan bola mata telah menghilang. Sungguh mengenaskan. Kini beban itu harus ditanggung oleh Zaki sebagai anak pertama, dia tinggal bersama Ibu dan adik laki-lakinya yang hanya beda sekitar 2 tahun lebih.

Terkadang yang kita inginkan tak jadi kenyataan, namun sesuatu apapun itu pasti dimulai dengan berharap. Zaki sejak kecil mengamen bersama adiknya, menghadapi kerasnya dunia ini terus berusaha. Dia juga sering menenukan barang-barang bekas yang dia olah menjadi lebih baik, seperti membuat robot dari potongan besi kiloan ala kadarnya dan kerajinan tangan lainnya yang dia buat kemudian dijual.

Adiknya juga pandai membuat tas dari bungkus kopi dan sedotan, entah bakat dari mana, dia bisa melakukan hal itu sendirinya, seperti anugrah dari Allah yang maha kuasa. Setiap pasar malam dimalam minggu didekat rumahnya mereka berdua selalu berdagang menjual hasil kerajinan tangan mereka. Banyak yang meminatnya, sehingga mereka terkadang mendapat pesanan yang lumayan.

Saat kelas 5 SD ditahun 2009 ada seorang pengusaha yang ingin bekerja sama dengannya, ya seperti pencarian bakat dan mulai saat itu keadaan keluarga mereka sedikit perlahan berubah. Zaki saat itu bekerja sampingan di suatu toko yang cukup besar untuk merakit mobil-mobil mainan, remote control dan tamiya yang saat itu menjadi mainan populer.

...

Zaki termenung di teras sekolahnya mengingat kenangan yang telah ia lalui selama ini.
"Hei!! Jangan melamun gitu peak..." Zuhra kekasih tersayangnya itu sengaja membuyarkan lamunan Zaki.
"Hei Tayo, Hei Tayo. Kenapa coba??" Dia mencoba bergeser pandangan ke arah 45° kanannya.
"Ya mulai dah peaknya. Makan ayo, belum sarapan kan? Di tas aku ada tuh, aku buatin spesial buat kamu lho, roti bakar telur keju pasti kamu suka."
Mereka berjalan menuju kelas.

Suasana kelas yang sepi, hanya ada beberapa anak yang main ponselnya disana.
"Nih, makan ya." Zuhra duduk disampingnya.
"Duuh, maaf ya ngerepotin tau." Zaki mulai membuka tempat makan itu, namun sedikit sulit karena dia hanya memiliki satu tangan.
"Sini aku bantu." Zuhra yang mengerti dengan keadaan Zaki saat itu, langsung cepat tanggap membantunya.

Dua roti bakar yang sedikit gosong dipinggirnya, aroma yang mencuat dan asap yang sedikit terlihat membuat roti itu semakin membuat perut lapar.
"Terima kasih ya." Mereka berdua mulai menyantap hidangannya.
"Kadang rasa cinta tuh aneh ya, bisa membuat seseorang jadi lebih berjuang." Zuhra menatapku lembut.
"Iya, duh mulai gila dah haha, ya terima kasih banget atas perhatiannya dan mau terima kekurangan fisik aku ini"
"Aneh dasar peak, lebay dah haa..."Zuhra mencubit pipiku.
" Apa sih kan bener, dasar gila, gila, aneh dasar! Huu..."
"Zak, masih ada yang ledekin kamu gak?" Kata Zuhra kembali melanjutkan makan roti bakar.
"Dimana? Kalau disekolah gak ada, kalau dirumah kadang diledekin tangan buntung mulu sama anak kecil, tapi aku sabar kok kan kata kamu harus sabar. Masih bersyukur kok tangan kanan aku masih ada." Zaki meluruskan tangan kanannya kemudian menatap kearah kirinya yang cacat itu.
Tak lama kemudian bel pun berdering.

Jam pelajaran berlanjut, mereka berdua sebenarnya sudah saling mengenal sejak 7 tahun yang lalu, ketika awal dia masih bekerja di tempat Pak Rian sebagai perakit mainan. Saat itu sebenarnya dia ingin pulang bersama adiknya yaitu Rivai dalam perjalanan menuju rumahnya, Zaki melihat seseorang perempuan sepantarannya yang habis mengaji, dia adalah Zuhra. Mereka saat itu belum kenal mengenal, namun seiring berjalannya waktu Zuhra terkadang datang ke tempat Pak Rian yang merupakan tetangganya itu untuk melihat pembuatan mainan. Semenjak saat itu Pak Rian mulai memperkenalkan Zuhra padanya dan mereka pun mulai berteman.

Mecha-Ro-Ni ろ にTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang