● L [1/2]

24.4K 3.6K 142
                                    

Bibir pinkish itu tak berhenti melontarkan gerutuan--beberapa kali umpatan yang ditujukan tentu pada temannya. Ia sungguh takut dengan hutan. Terlebih lebih traumanya membuatnya gemetar bukan main. Jika saja bukan karena jeno, jaemin ogah-ogahan berurusan dengan hutan.

Kakinya berjingkat-jingkat. Berusaha memperkecil kemungkinan adanya suara dari langkahnya. Daun daun kering rupanya cukup mengganggu, beberapa kali bergesekan dan membuat jantungnya berdebar keras. Beberapa kali jeno terdiam, namun tidak menoleh. Hanya matanya yang memicing--tak jarang melirik kebelakang. Semilir angin yang mampu membuatnya merinding, menambah kekesalannya pada renjun--entah mengapa.

Kriyak...

Untuk beberapa kali bunyi dedaunan kering hancur--akibat ulahnya--terdengar. Beberapa kali pula ia mengumpat karenanya. Idenya sangat buruk. Mengecewakan. Ia sejujurnya ingin kembali pulang dan membatalkan rencananya. Masa bodo-lah pada jeno, namun semuanya terlanjur. Ia sudah mengikuti jeno cukup jauh, hingga tidak mengingat jalan pulangnya.

Jaemin terdiam, saat melihat jeno tidak bergerak. Sudah sampai?

Tidak. Belum sepertinya. Jeno merangkak, mengaum. Dan terakhir, jeno berubah. Menjadi sosok yang ia benci. Sosok yang membuatnya trauma selama ini. Sosok yang membayanginya dengan mimpi buruk.

Serigala

Jeno adalah seorang werewolf. Jaemin berlari. Berlari sekencang mungkin. Tidak memedulikan pohon liar yang memberi goresan luka di kakinya. Jaemin kecewa. Ia kecewa pada dirinya sendiri. Beberapa kali ia tersandung, terjatuh. Namun hatinya begitu hancur hingga tak dapat merasakan sakitnya.

Perihnya tidak sebanding perih hatinya. Jaemin merasa terbohongi--padahal tidak sama sekali. Tidak ada yang membohonginya, tapi ia--

BUAGH!

          

°ALPHA||NOMIN°

Cahaya putih menyeruak memasuki retina matanya secara penuh. Pandangannya menangkap lingkungan asing.

Dimana ia?

Kepalanya nyeri. Sakit. Serasa ada luka besar disana. Ah, jaemin ingat, ia tadi membentur sesuatu. Tapi apa? Jaemin belum sempat melihat. Tadi ia langsung kehilangan kesadarannya sebelum sempat melihat objek yang ia tabrak atau sekedar memegang dahinya.

"Apa yang kau rasakan?"

Jaemin terkejut. Kepalanya masih pening, namun tetap ia paksakan menoleh kearah suara.

Jeno!

Jika saka jaemin belum tahu bahwa jeno adalah werewolf, maka jaemin akan merasa senang.

Tapi jaemin benci jeno. Jeno yang ternyata seorang werewolf.

"Aku ingin pulang,"

Jaemin tidak melirik jeno. Padahal, hati kecilnya mengakui bahwa jeno berkali kali lipat lebih tampan disini.

"Kau ada dipackku. Akan sulit bagimu untuk pergi."

Jeno tahu, beberapa alpha mengincar jaemin karena menganggap jaemin adalah mate nya. Jeno terbilang cukup kuat, hingga alpha yang tidak bisa mengalahkannya secara langsung akan mencari celah untuk mengalahkan jeno.

Untuk menguasai daerah kekuasaan jeno yang terbilang luas.

"Aku ingin pulang! Jisung akan khawa--akh!"

Jaemin beranjak namun setelahnya memegangi kepalanya. Terasa pening.

Jeno cepat cepat mendekatinya. Namun saat jeno hendak menyentuhnya, jaemin menepisnya.

"Jangan mendekat! Aku ingin pulang!"

Jeno menghela nafas. Sulit untuknya mengajak jaemin pulang. Jaemin terantuk batu besar hingga tak sadarkan diri. Beruntung jeno sedari tadi sadar jika jaemin mengikutinya. Dan mengejarnya saat berlari.

Jika tidak, jaemin berada ditangan alpha lain.

Jeno merasa beruntung karena dapat menyentuh jaemin, yah biarpun saat ia tidak sadarkan diri.

Dan ia sadar, jaemin itu manis.

Bagaikan gula. Sifatnya kekanakan, lucu dan imut. Tidak, jeno menampik segala pikurannya itu.

Ia tidak terjatuh dalam pesona seorang na jaemin, titik!

TBC

[COMPLETE] ALPHA || NOMIN° Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang