"Ku rasa awal yang baik bukan dalam hal perencanaan tetapi awal dari perjuangan untuk melaksanakan. Lebih baik hanya mengangankan berjalan diatas salju saja dan detailnya setelah menjadi kenyataan"
- Gracia
L_I_B
Ilalang bergoyang terhembus angin yang membawa suhu dinginnya sore. Hujan telah datang sebelum senja. Kini senja muncul tanpa hujan setetes pun. Senja menebarkan pesonanya. Memukau mata yang menangkap keindahannya. Namun gadis kecil itu mengabaikan senja hanya karena ilalang. Entah seberapa menariknya hingga pandangannya tak lepas dari itu.
Gracia Karline Permata. Gadis kecil dengan rambut panjang yang tergerai. Matanya tak teralihkan dari ilalang-ilalang kecil. Tubuhnya menghiraukan suhu dingin yang menerpanya. Pikirannya pun tak sepenuhnya menatap ilalang itu.
"Besok gimana ya, bener nggak ya pilihanku sekolah sama kak Mik. Emang dari dulu aku kan suka ngintilin kakak. Ya, mungkin ini udah tepat. Pasti ngga da apa-apa kan ada kak Mik" batin Gracia.
"Kok rasanya aneh ya, kayak ada yang mau kesini trus ini kok ada angin-angin apa sih. Perasaan ku nggak enak deh. Aku coba nengok" batin Gracia lagi setelah tiba-tiba ada deru nafas di leher samping.
Gracia menengok perlahan meski detak jantungnya tak menentu.
Kira-kira Gracia sedang jatuh cinta atau apa ya (batin author).
"Aaaaaaa.... kak Mik, kaget loo" jerit Gracia saat tau ada wajah kakaknya tepat didepan wajahnya. Jaraknya hampir tidak ada membuat deru nafas kakaknya terasa. Padahal bayangan horor menghantui angan Gracia. Jika bayangannya itu benar, nasib buruk baginya.
"Hahahaha" yang bikin kaget malah ketawa.
"Ketawa terus aja sampai ilang tuh suara kakak" dumel Gracia karena sang kakak yang super jail.
"Hahaha" kata Mikle tapi hanya gerakan mulut tanpa suara.
"Bodo"
"Dek, suara ku ilang" kata Mikle tanpa suara.
"..."
"Beneran" tanpa suara lagi.
"..."
"Liat kakak, dek" sambil narik dagu Gracia agar lihat Mikle. "Suara kakak nggak ada" jelas Mikle tanpa suara.
"Apain sih kak, narik-narik dagu adek"
"Suara kakak ilang dek" tanpa suara lagi.
"Trus"
"Balikin" tanpa suara lagi.
"Ngomong apa sih kak. Aku dari tadi nggak paham lo kakak ngomong apa" gerutu Gracia.
"Anjiiir, dari tadi kakak belain ngomong pelan-pelan biar adek paham. Eh, nggk paham-paham" jawab Mikle dengan suara lantangnya.
"Lha, tuh dah balik suara kakak" kata Gracia sambil nahan tawa.
"Adek siapa kamu ngeselin tau, niatnya mau bikin kesel tapi kesel sendiri" kata Mikle dengan nada kesal yang tertahan.
Mikle sangat menyayangi adik satu-satunya yang bisa dibilang kaya saudara kembar. Bukan karena hanya karena wajahnya yang mirip, tetapi kebiasaan mereka melakukan hal secara berdua entah bermain, makan, belajar hingga pakaian yang mereka gunakan pun kadang-kadang sama. Padahal mereka berbeda, Gracia cewek dan Mikle cowok. Tetapi itu hanya berlaku dulu sebelum salah satu dari mereka memiliki impian masing-masing.
"Dek, tutup tuh jendela sebelum ada yang nongol dari luar" suruh Mikle sambil bergegas ke kamarnya.
"Ada apaan coba, ada-ada aja kak Mik" kata Gracia menanggapi ucapan Mikle.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Is Beautiful
Teen FictionGracia adalah anak desa dengan penampilan biasa, tidak terlalu pintar tapi melebihi standar. Sebut saja dia itu anak rumahan. Keluar rumah hanya untuk membeli sesuatu dan kerja kelompok, itu pun masih satu lingkup. Parah.... Pernah sih keluar rumah...