"Are you okay?"
- Gracia
"Ternyata aku selemah ini"
-Al
L_I_B
Gracia telah melewati hari-hari awal di sekolah barunya. Mulai dari pengenalan, upacara pertama sampai rutinitas pagi sebelum pelajaran dimulai. Walau sekarang dia masih belum begitu hafal nama semua anggota kelas. Sampai pada hari pemilihan pengurus kelas. Dan Gracia masuk sebagai salah satu kandidatnya.
Hmmm... waw(ngapain coba).Gracia yang si pendiam ini dijadikan kandidat. Siapa yang milih ya... pasti dia milih hanya melihat cover. Eh, tapi Gracia nggak berwibawa juga, trus apa dong alasannya? Udah tau pendiam dan nggak gaul. Mana ada yang pilih? Nggak ada yang kenal juga, kan? Kalo author boleh jujur, Gracia itu nerd alias cupu. (Author jahat... buat bahagia Gracia dikit kenapa sih. Apa salah dan dosa Gracia, kenapa author tega). Stop!! Kembali lagi.
Gracia hanya dipilih oleh dua teman barunya. Bukan sebuah penderitaan baginya, dari awal dia tak berminat. Malahan Gracia ingin sekali sujud syukur tak terpilih.
"Hmm... nama kamu Gracia, kan?" Tanya teman sebangkunya. Namanya Widya.
"Widya, masa kamu belum hafal sih, ini dah hari ke berapa coba?" Jawab Gracia yang tak habis berfikir.
"Iiih... aku hafal, aku tadi tuh cuma mau nanya panggilan kamu biar aku enak manggilnya. Aku panggil Grac? Gras? Aci? Cia? Sia? Sia aja ya..." cerocos Widya sambil berfikir nama panggilan untuk Sia.
"Nggak mau Wid, emang aku sianida gitu" Tolak halus Gracia.
"Eh, apa tadi? Sianida? Sianida apaan?"
Widya bingung arah bicara Gracia."Sianida itu temennya psikopat, suka bunuh orang. Apalagi orang jail kayak kamu" jawab Gracia. Gracia ingin tertawa tapi tidak jadi, takutnya Widya nanti marah. Bukannya Gracia tidak ingin memberitahu. Gracia hanya tidak ingin dipanggil Sia. Menurutnya panggilan Sia membuat kesan horor bagi Gracia.
"Masak sih Sia. Eh, maksudku Gracia. Kalo gitu aku mau minta maaf, dimaafin nggak ya. Aku janji deh nggak jail lagi" Widya begitu takut kalo menyangkut nyawa. Widya masih kecil, cita-citanya juga belum terwujud. Nanti kalau Widya beneran dibunuh. Kasihan orang tuanya tidak punya anak lagi. Widya itu anak tunggal.
"Gimana ya... ngg..." kata-kata Gracia terputus.
"Bantuin aku ya.. biar dimaafin. Aku mau lakuin apa aja, asal dimaafin" potong widya.
"Wid, aku belum selesai ngomong. Iya aku maafin, hmm maksudnya aku bantuin kamu biar dimaafin. Kamu nggak perlu lakuin apapun Wid. Pasti dimaafin kok, tenang aja" jelas Gracia yang tak tega melihat teman barunya sedikit terlihat ketakutan. Sebenarnya Gracia merencanakan sesuatu tapi karena tidak tega jadi gagal.
Bel masuk telah menyuruh anak-anak berbondong ke lapangan utama untuk melaksanakan rutinitas selanjutnya. Rutinitas selain upacara adalah murotal juz amma.
L_I_B
Ardi bersiap untuk berangkat sekolah. Ia memakai dasi dan topi dengan rambut diponi depan.
"Keren" gumam Ardi diikuti cengiran. Mungkin karena memuji diri sendiri.
"Rasanya badanku kayak nggk enak gimana gitu" gumam Ardi sambil berjalan keluar rumah.
Sampai di sekolah ia berlari melawan arus. Padahal yang lain menuju lapangan sedangkan ia menuju kelas untuk menaruh tas. Biasa, tukang telat.
"Hufh, sam-pai ju-ga nih ke-las" kata Ardi tersengal karena berlari. Ia merasa kelasnya pindah dan membuat jaraknya begitu jauh. Kemudian melempar asal, tetapi tepat di atas mejanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Is Beautiful
Teen FictionGracia adalah anak desa dengan penampilan biasa, tidak terlalu pintar tapi melebihi standar. Sebut saja dia itu anak rumahan. Keluar rumah hanya untuk membeli sesuatu dan kerja kelompok, itu pun masih satu lingkup. Parah.... Pernah sih keluar rumah...