Part 6 - Maura dan Cintanya

7 2 0
                                    

Lelaki itu.
Lelaki yang namanya tak boleh disebut. Lelaki yang hanya dengan mendengar nama nya saja sudah membuat dunia Maura terasa hancur.

Lelaki itu.
Lelaki yang pada awalnya memberikan Maura kebahagian pada akhirnya memberikan penderitaan yang amat pilu.

Lelaki itu.
Lelaki yang Maura kira adalah seorang yang indah parasnya indah pula perilakunya.

Lelaki itu.
Lelaki yang telah membuat masa remaja Maura menjadi penuh dendam dan kebencian.

Lelaki itu.
Tak pantas lagi untuk disebut sebagai lelaki.

..........

Nama lengkapnya Dava Ferdinant. Berusia dua tahun lebih tua dibandingkan Maura. Tubuhnya atletis. Tinggi. Tegap. Ideal.

Ia merupakan anak pertama dan memiliki seorang saudara perempuan dari seorang perwira tinggi TNI dan seorang guru. Kesehariannya biasa saja. Tak terlalu istimewa. Malah awalnya ia bercita-cita ingin menjadi seorang dokter gigi.

Katanya ia benci "senjata" karena kerap kali menjauhkan seseorang dari keluarganya. Ayahnya sering ditugaskan memimpin beberapa pasukan untuk menjalankan tugas di berbagai kota di Indonesia hingga di manca negara.

Ibunya seorang guru sekolah dasar. Wajahnya seperti peranakan China walaupun kenyataannya ia tidak memiliki darah China. Kulitnya putih seputih kapas. Rambutnya tergerai sebahu. Matanya sipit. Perangainya amat baik. Kata-kata yang terucap dari mulutnya tak pernah tak memiliki manfaat.

Adik perempuannya, Rindi Amelia terpaut usia kurang lebih hampir 10 tahun dengannya. Ia sangat menyayangi adiknya.

Untuk urusan percintaan ia memang pemilih. Tak sembarang orang bisa dekat dengannya. Bukan urusan paras yang jelita. Namun ini lebih kepada hati. Hati yang bisa mengasihi dirinya.

Bisa dikatakan Maura adalah gadis yang beruntung. Atau keduanya memang saling memiliki peruntungan yang baik. Mereka berdua nyaris sempurna saling melengkapi. Dava adalah cinta pertama Maura.

Namun sayang Dava belum memiliki keberanian untuk mengikrarkan cinta. Dirinya sendiri pun tidak mengerti apa yang ia inginkan. Tak paham apa yang seharusnya ia lakukan.

Pernah sekali ia menelfon Maura tengah malam lalu membiarkan Maura tertidur dan memintanya untuk tidak menutup telfon. Dava mengatakan ia sungguh menyayangi Maura namun ia tak berani jika harus mengatakan hal tersebut kepada Maura secara langsung. Maura kaget. Ia jelas belum tidur pada saat itu. Ya maklum namanya juga anak kelas 1 SMA. Jujur ia senang. Namun keesokan harinya saat ia berusaha "memancing" Dava malah pura-pura tidak tahu.

Singkat cerita, setelah kelulusan SMA Dava tidak dinyatakan lulus pendidikan kedokteran gigi yang ia inginkan. Lantas ia terpaksa harus masuk jurusan yang sama sekali tak diminati nya di universitas swasta.

Mungkin tanpa ia sadari, dirinya malu. Malu terhadap Maura yang pada saat pembagian rapor semester dua mendapatkan predikat juara umum dan siswa teladan di sekolahnya.

Entah mengapa, tiba-tiba Dava mengikuti kemauan ayahnya untuk mengikuti test penerimaan taruna akabri. Dan ia lulus.

Bulan depan, ia akan melaksakan Praspa. Segera ia akan resmi dilantik sebagai perwira muda.

Kini ia merasa sangat percaya diri. Ia ingin kembali meminta maaf kepada Maura. Pada kenyataannya, ia menjauhi Maura bukan karena ia memiliki orang lain ataupun ia membenci Maura. Ia ingin hidup bersama Maura. Ia ingin berkomitmen didepan penghulu dan orang tua mereka. Ia merasa pacaran hanya untuk lelaki yang pengecut.

Unconditional LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang