1

40 16 4
                                    

Irina POV

Diastateis tis Pixydas,

Kompas Dimensi... bahasa itu memang bahasa Yunani tapi bukan Yunani kuno seperti yang sebelumnya. Tapi yang terpenting,

"Apa-apaan semua ini!!!"

teriakku sedikit alay, untungnya mungkin hanya ada aku dan tukang kebun sekolah serta beberapa guru yang memang sangat betah di sekolah ini.

Terbesit di benakku untuk mengembalikan buku ini ke gudang yang entah kenapa tak kulakukan sejak tadi. Namun baru saja aku hendak mengambil buku itu, tiba-tiba halamannya terbuka dengan sendirinya di halaman kedua, perlahan muncul sebuah tulisan, kali ini berbahasa Inggris

"Apapun yang sudah dimulai harus diselesaikan hingga akhir,"

Memangnya aku memulai apa? Aku tak habis pikir dengan ketiga benda misterius di depanku ini. Ditambah semua yang terjadi benar-benar diluar nalar.

Tentu saja, semua yang terjadi sungguh aneh, memangnya ada buku yang seperti itu, di dalamnya juga ada benda mirip alethiometer yang pernah kutonton di film dan kristal segi enam berwarna biru.

Tapi ah, sudahlah itu mungkin hanya anak-anak yang usil membuat prank. Apresiasi besar untuk anak-anak yang bisa membuat prank sehebat ini. Sudah cukup dengan semua itu, aku tetap akan mengembalikannya. Tetapi halaman buku itu kembali terbuka, di halaman ke 5 tepatnya, dan aku merasakan tubuhku tak dapat digerakkan, seperti menjadi patung saja.

Di tengah -posisi diamku- setelah cukup lama, tiba-tiba muncul sesuatu seperti hologram, namun terasa lebih nyata dan...dekat, ini mirip dengan VR.

Author POV

Gadis itu tampak membeku dengan irisnya yang mentap buku 'diastateis' tanpa berkedip. Irina seolah-olah tengah terjebak dalam ilusi.

Hampir.

Lebih tepatnya, Reality History.

Kini, buku itu telah menemukan pemiliknya kembali,
reinkarnasi dari Elizabeth Gregory.

Irina Wilson

Namun, Irina masih belum mengetahui jati dirinya yang sebenarnya.
Tapi, setelah tersadar dari reality history itu, dia akan tahu meski belum tentu dia mempercayainya.

"Bruk..." tampak Irina terjatuh dari tempat duduknya dengan tuduh lemas dan penuh dengan peluh, dengan kesadaran yang masih sedikit terkumpul, efek dari reality history.

"Cih... A-apa apaan tadi itu, kenapa..." umpat Irina kesal setelah kesadarannya terkumpul dan berusaha bangkit.

Namun, tanpa ia sadari, seseorang telah mengawasinya sedari tadi.

"Brak..." pintu kelas terbuka dengan keras (untung gk copot ganti lu ntar :v). Menampakkan seseorang berjubah hitam, yang mungkin si pelaku tadi, tetapi kelihatannya ia tak membukanya dengan tangan kosong karena jaraknya cukup jauh dari pintu.

Otomatis, Irina menolehkan kepalanya menuju pintu dan nampak si pelaku mulai memasuki kelas dengan sedikit tergesa. Seketika, aura menjadi dingin, namun mimik wajah Irina malah memancarkan ekspresi terheran terhadap si pelaku.
Ternyata, dia adalah

"Crimson? Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Irina keheranan pada sosok itu yang ternyata adalah Crimson, rivalnya. Namun ada yang berbeda darinya, iris matanya menjadi semerah darah.

"Lalu, apa yang kau lakukan di sini? Dan siapa kau sebenarnya? " Crimson balik bertanya.

"Umm... Etto, kan masih hujan, lagipula aku ini kan Irina, apakah kau ini amnesia?"

"Cih, bukan itu maksudku, sudahlah lupakan. Kita harus segera pergi dari sini. Tak lama lagi, pasti ada yang mengincarmu. "

"Apa maksud-"

"Duar... " tiba-tiba terdengar bunyi ledakan yang dahsyat di tengah hujan yang mengguyur. Nampak dari jendela, seekor Cyrberus yang berusaha memporak-porandakan sekolah,matanya jeli menatap kesana kemari , seperti tengah mencari sesuatu, namun belum dapat ia temukan.

"Wow, kukira hanya mitologi." Irina terkagum-kagum

"Kau kagum di saat yang salah. Kita harus pergi, ayo!"

"Tunggu, dia mengejarku kan?"

"Ya, dia dapat mencium baumu."

Cyrberus itu, kini mulai mendekati mereka.
"Ah sial, dia sudah menemukan kita, sebaiknya ayo segera pergi!" ucap Crimson

"Percuma, biarkan dia mengikutiku, aku ingin mencoba sesuatu."

Irina mencoba membuka kompas itu dengan kristal dan berhasil, sementara Crimson yang dengan mengejutkan, mencoba menahan Cyrberus yang semakin dekat.

Irina mengamati kompas itu. Seperti kompas biasa namun terdapat berbagai gambar makhluk mitologi dan fiksi.

Bagian itu dapat dibuka lagi dan tampak seperti kompas biasa namun tak ada N, S, W, E sama seperti tadi, tetapi dengan gambar gugusan bintang, bulan, bumi dan gambar seperti api.

Irina kembali mengingat-ingat apa yang ia lihat dalam 'reality history'.

Ia pun memutar jarum pada kompas, menggunakan bagian yang seperti digunakan untuk memutar jarum jam, tepat pada gambar api.
Ia pun menggumamkan kata-kata berbahasa Yunani kuno dan mengarahkan kompas itu pada Cyberus dan makhluk itu pun menghilang.

Halo lagi minna, ketemu lagi sama Author. Gimana ceritanya? Garing kah? Mohon kritik dan sarannya yah... Jangan lupa vote juga, karena comment, vote, saran dan kritik kalian akan sangat berguna untuk author. Terima kasih

Lian~


DimensionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang