2

37 8 2
                                    


Saat Cyberus itu benar-benar menghilang bagai ditelan bumi, Crimson menaikkan sedikit ujung bibirnya, tanpa disadari oleh Irina.

"Ah, pasti tadi ada orang yang melihatnya dan bisa saja langsung menjadi berita hangat, ditambah dengan kerusakan sekolah..." gumam Irina pelan namun masih dapat didengar Crimson.

"Soal itu serahkan padaku." ucap Crimson lalu pergi meninggalkan Irina bersama dengan kebingungan.

Irina POV

  Rasanya konyol memang, karena aku mengkhawatirkan nasib orang lain yang mungkin disangka gila atau nasib sekolahku yang hampir remuk ini, sementara aku seolah-olah sudah dapat menerima semua ini.

Padahal tidak.

Aku tidak ahli soal poker face atau teman-temannya. Aku memang tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi tetapi aku tidak bertindak dan tidak ingin bertindak seperti kebanyakan tokoh cerita yang terlalu heboh.

Mereka menanggap semuanya mimpi, tapi aku tidak. Aku sadar ini memang sulit dipercaya, tapi nyatanya ini terjadi di depan mata. Aku masih dapat merasakan dan membedakan mana ekspektasi mana realita, meski ini semua lebih mirip dengan ekspektasi.

Author POV

"Sekarang, kuantar kau pulang." ucap Crimson yang tiba-tiba berdiri tepat di depan Irina, membuat Irina terlonjak kaget.

Detik itu Irina sadar bahwa keadaan di sekitarnya kembali seperti sedia kala.

'Hebat'

Setidaknya mungkin itulah yang ada si benaknya saat ini.

Irina menengok ke arah jam dinding di kelasnya yang menunjukkan pukul setengah tujuh tepat.

Sontak Irina terkejut.

"Apaa?!"

'Huft...kenapa bisa sampai jam setengah tujuh?'

"Sudahlah, aku telah 'mengedit' ingatan mereka, beruntung hanya sedikit yang melihat. Hanya seorang tukang kebun dan 2 orang satpam serta 2 orang yang tidak sengaja lewat di dekat sini." Crimson menjabarkan panjang lebar.

'Lalu aku harus lega begitu?' batin Irina.

"Sudahlah, jangan mengeluh. Sekarang kuantar kau pulang."

"Terserahlah."

Irina bukan mensyukuri karen diantar oleh 'cogan', tetapi mengingat kejadian tadi sedikit membuatnya takut. Mungkin saja dia bertemu dengan sesosok hydra atau medusa di tengah jalan? Irina mungkin sudah dapat 'menghilangkannya' ralat 'memindahkannya'. Tetapi dia tidak mungkin bisa memperbaiki kerusakan yang disebabkan monster monsteri itu sendiri. Kejam memang pemikiran gadis itu.

"Ayo."

Mereka berteleport keluar zona sekolah.

"Kenapa tidak sekalian teleport ke rumah?!", protes Irina.

"Belajarlah menghemat energi."

"Yaya terserah."

Satu kata diantara mereka 'sunyi' dan 'canggung'. Oh ayolah dimana perginya orang-orang yang keluyuran mencari makanan di maam hari? Di manakah kebisingan kota ini sekarang?

Ah, sepertinya mereka juga mendukung agar momen ini berakhir romantis layaknya film romansa ala remaja.

Tetapi, apa yang bisa diharapkan dari triplek  dengan gadis polos seerti itu? Ah, sudahlah daripada ngelantur kita kembali saja pada mereka berdua.

Mungkin ada kata yang harus diralat yang canggung hanyalah dari pihak si gadis, Irina sementara di pihak si pria, tidak pasti ekspresi apa yang ia tunjukkan, muka tripleknya itu tidak memberi clue apapun.

Dan aku juga harus meralat, sepertinya para warga bukan ingin menciptakan momen romantis, tetapi cenderung takut pada patung es berwajah triplek tampan dengan aura membunuh yang ajaibnya dapat berjalan ini.

Akhirnya setelah tidak ada satupun yang membuka mulut, mereka sudah sampai di rumah Irina. Rumah bergaya Eropa klasik yang mewah.

"Besok, temui aku di lahan kosong belakang sekolah saat istirahat kedua. Ada hal yang harus dibicarakan."

"Sekarang saja, besok aku ada urusan."

"Tidak bisa, harus besok. Tunda saja dulu urusanmu."

"Ini tentang hidup dan mati juga kehancuran." lanjutnya.

"Kalau begitu sekarang saja."

"Besok. Ini mutlak (oke kenapa jadi mirip Akashi_-"). Lagipula aku tidak akan bertindak bodoh tanpa alasan."

"Kau mengatakan bahwa tindakanmu bodoh."

"Sudahlah, yang jelas kau tak bisa berlama-lama di dimensi ini."

"Kenapa?"

"Aku, maksudku kami tidak ingin kau dalam bahaya."

"Bahaya seperti apa?"

"Satu spesies dengan yang tadi."

"Satu hal lagi", masih Crimson yang berbicara. "Besok, mungkin kau tak lagi bisa atau hampir mustahil untuk kembali kemari."

"Apa? Kenapa?"

"Karena itu kujelaskan besok, sekalian aku ingin membuat kesepakatan denganmu yang sebaiknya kau pikirkan baik-baik. Berkaitan dengan 'kau tak lagi bisa kembali ke dimensi ini'"

"Baiklah, aku akan berusaha menerimanya."

"Masuklah, udaranya semakin dingin." kata Crimson lalu menghliang

"Dasar orang aneh, kalimat terakhir yang diucapkan Irina lalu menghilang dibalik daun pintu itu."

Holaaaaaa.... Author Lianns back... Huhuhu gomenasai, baru sempet up. Author rada lufa dengan alurnya mehehe... Dan kebiasaan mau up di hari -hari menjelng ujian. Maap ya readers klo author banyak salah kata, alur gaje dn mengecewakan

Sekian
-Liann-

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 06, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DimensionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang