Bagian 1

147 31 69
                                    

Ulangan matematika.

Dua kata yang mampu membuat siapapun yang mendengarnya pasti sudah dibuat pusing duluan. Membayangkan isi soal yang sulit dan dipenuhi dengan berbagai macam rumus yang entah diciptakan oleh siapa, membuat otak rasanya mumet seketika.

Belum lagi, jika menemukan soal yang tidak ada di materi yang dipelajari dan saat itu pula guru tetap menyuruh muridnya untuk tetap mengerjakan sebisanya, disitulah terkadang murid merasa kesal dan stres mendadak.

Hal itulah yang sekarang terjadi di kelas 10 IPA 3. Baru saja rasanya bisa bernafas lega setelah mengerjakan tugas fisika, dan sekarang malah disuguhi soal ulangan yang susah tiada duanya. Kurang komplit apa coba?

"Huh, akhirnya selesai juga nih soal." Sheila tersenyum senang saat melihat semua nomer telah diisi olehnya.

"Lo udah? Kumpulin yuk, gue juga dah kelar nih," kata Bella.

Sheila mengangguk, "yuk ah, gue juga dah puyeng ngeliat nih soal." Sheila beranjak dari tempat duduknya begitupun dengan Bella.

Setelah mengumpulkan soal, mereka berdua pun keluar kelas. Diluar banyak teman temannya yang asik mengobrol setelah selesai ulangan.

"Gimana nih ulangannya gampang ga?" Tanya Lauren. Cewek itu kini ikut bergabung duduk dengan kedua temannya.

"Sumpah ya itu soal susah banget! Apalagi tiga nomer dari akhir!" Protes Bella kesal saat mengingat soal yang tadi.

Lauren terkekeh melihat ekspresi kesal Bella. "Makanya orang mah belajar semalem biar pas ngerjain soal ga bego bego amat,"

"Kan gue ga inget kalo ulangan hari ini," kata Bella mencoba membela dirinya.

"Lagian lo juga pelit si ga mau ngasih jawaban ke kita, mana langsung keluar duluan lagi." Sahut Sheila dan diangguki oleh Bella.

Lauren nyengir, "mana gue tau, lagian lo pada tadi anteng anteng aja tuh makanya gue kira pada bisa, yaudah deh gue keluar duluan."

Sheila dan Bella mendengus saat mendengar ucapan Lauren.

"Yaudah ke kantin skuy? Haus nih, gue traktir deh." Ajaknya dan disetujui oleh Bella.

"Lo pada duluan aja, gue ke toilet dulu." Ucap Sheila yang langsung ngacir ke toilet.

Bella dan Lauren hanya menggelengkan kepalanya saat melihat tingkah Sheila.

***

"Sheila!"

Sheila yang baru saja keluar dari toilet dan hendak menyusul temannya itu, menoleh saat ada yang memanggil namanya.

"Eh bu Arum, kenapa bu?"

"Kamu tolong kasih ini ke kelas 11 IPA 5, ada titipan tugas dari Pak Erwin." Ucap Bu Arum sambil memberikan selembar kertas padanya.

"Saya nih bu?" Tunjuknya pada diri sendiri.

"Iya kamu, siapa lagi emangnya." Sheila nyengir saat Bu Arum berkata seperti itu. "Udah cepet kamu kasih tugas itu ke mereka, biar mereka ada kerjaan."

Sheila mengambil kertas itu dan memasukan ke saku roknya. Setelahnya cewek itu pamit dan langsung pergi ke lantai 2.

Koridor kelas 11 memang baru saja selesai di pel. Sheila yang tak tau akan hal itu kehilangan keseimbangan saat menginjak lantai yang masih basah, untungnya ada dua tangan dari belakang yang memegang badannya agar tidak terpeleset ke belakang.

"Kalo jalan tuh liat liat makanya." Kata cowok itu dingin.

Sheila langsung berdiri tegak dan membenarkan roknya. "Hehe, btw makasih ya ka."

Aldric mengerutkan dahinya bingung, "lo ngapain disini Sheil?" Tanyanya.

"Oiya lo anak 11 IPA 5 kan? Bentar ka," Sheila mengambil kertas yang tadi dari saku roknya, Aldric yang melihat itu mengangkat sebelah alisnya. "Nih ka," kata Sheila sambil memberikan kertas itu.

"Apaan nih?"

"Itu tugas titipan dari Pak Erwin, tadi Bu Arum nitip ke gue katanya suruh kasih ke anak 11 IPA 5. Kebetulan ada lo makanya gue kasihin deh," jelas Sheila.

Aldric menatap kertas itu, "gurunya ga ada tapi, tugas tetap dikasih." ucapnya.

Sheila terkekeh, "Yaudah ka gue balik dulu ke kelas," pamit Sheila

"Thanks," ucap Aldric sambil melihat ke arahnya. Sheila mengangguk singkat.

"Kalo jalan liat liat, nanti takutnya kepeleset lagi."

"Yakan tadi gue gatau ka."

"Untung ada gue tadi, coba kalo ga ada udah jatoh kali lo." Ejek Aldric.

Sheila memasang muka juteknya. "Udah gausah dibahas lagi napa."

"Habis lo jalan ga liat liat."

Sheila mengacuhkan ucapan Aldric, cewek itu pun berjalan meninggalkan Aldric. "Yah kok ngambek si Sheil? Kan gue cuman bercanda." Teriaknya di koridor.

Sheila merasa malu saat beberapa senior yang sedang berlalu lalang melihatnya karena teriakan Aldric.

"Jangan ngambek Sheil gue cuman bercanda." Ucap Aldric lagi.

Sheila yang masih mendengar itu semakin mempercepat langkahnya menuju kelas. Ia tidak jadi menyusul kedua temannya itu karena sudah terlanjur kesal dengan seniornya itu.

Tau gitu mending tadi gue ga usah nurutin perintah Bu Arum deh daripada kayak gini jadinya. Ucapnya dalam hati.

***

Tbc.

YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang