AWA: a night to remember

10 0 0
                                    

Sabtu, 5 Januari 2019, 10:46 malam.

"Ada yang bawa motor lagi gak?" Tanya gue begitu rapat selesai.

"Nggak!" Kata mereka serempak.

"Oke." Kata gue.

Disitu ada dia. Orang yang selama ini mati-matian gue coba jauhin. Tapi ya namanya juga gue. Wacana ngejauhin. Realita, begitu ada kesempatan pasti gue ambil.

"Di, bawa motor ga?" Tanya gue, ngarep.

"Kaga." Katanya.

"Oke." Kata gue yang diem-diem kecewa.

"Duluan ya semuanya!" Kata gue pada akhirnya.

"Na, lo jalan kaki?" Tanya salah satu dari mereka.

"Iya nih." Kata gue yang langsung dijawab hati-hati ya sama mereka.

Emang dasar pada ga peka.

Gue jalan aja sendiri. Biasanya berdua, bareng temen kosan gue. Tapi dia lagi ga di Bandung. Nasib.

Tiba-tiba gue denger ada orang lari dari belakang.

"Na!"

Gue nengok. Lah?

"Lo ngapain?" Tanya gue.

"Lo sendiri?" Dia balik nanya.

Gue ngangguk.

"Lo pulang naik apa?" Gue nanya lagi.

"Gatau nih mau ke kosan Ramadhan apa balik ke kosan." Katanya.

"Jalan kaki?"

"Kalo ke Ramadhan mah jalan orang deket. Tapi gatau dah."

"Oh."

Kita jalan lagi. Agak aneh aja sih jalan berdua sama dia malem-malem gini.

"Jadinya lo mau kemana?" Tanya gue begitu kita udah sampe di gerbang kampus.

"Ke kosan aja deh. Lo ada paket ga? Tetring dong!"

"Mau pesen gojek? Pake gojek gue aja biar gue dapet poin!"

"Eh tar dulu." Katanya. "Lo pulang naik apa?"

"Jalan."

"Serius?"

"Iya lah orang deket."

"Jauh gila dari sini ke kosan lo."

"Kaga, deket." Kata gue. "Ini lo pulangnya kemana? Kosan lo daerah mana?"

"Jalan aja dah ayo."

"Hah?"

"Ayo jalan."

"Lo mau jalan ke kosan sampe kosan?" Tanya gue heran.

"Ga lah. Jalan ke kosan lo dulu maksudnya, nanti dari kosan lo baru pesenin gojek."

"Lah ngapain?"

"Biar lo ga sendiri ayo gue temenin." Katanya.

Gue bingung banget asli. Tapi gue ayoin aja. Begitu kita lagi jalan, rasanya aneh banget. Dianter pake motor udah sering sih. Tapi begitu jalan kaki rasanya beda. Kita ngobrolnya jadi lebih banyak. Obrolannya juga lebih jelas. Nggak kaya biasanya, kebanyakan "HAH? APA? GA KEDENGERAN!" karena gue mendadak budek kalo di motor. Kita ngobrol-ngobrol aja gitu. Ketawa-ketawa. Ada hal aneh dikit diketawain. Gue gatau kalo dia se receh ini.

"Jauh juga ya kosan lo." Katanya.

"Makanya lo ngapain nemenin gue segala."

"Daripada lo sendiri. Mending sama gue."

Iya juga sih, kata gue dalam hati.

"Lo hati-hati tau kalo pulang malem gini. Besok-besok kalo Bila ga ada lo ga usah rapat. Atau ijin pulang duluan."

Dia kenapa sih? Tumben.

"Kan ada lo yang suka gojekin gue." Kata gue nyoba buat bercanda.

"Iyasi. Tapi kalo gue ga bawa motor?"

"Jalan lagi aja kaya sekarang."

"Cape ah."

Gue ketawa.

Ga kerasa. Tau-tau udah sampe di gang. Sambil nunggu gojeknya dateng, kita ngobrol lagi. Gue coba nanya hal-hal yang agak bersifat pribadi. Biasanya dia cuma jawab aja. Tapi tadi dia balik nanya. Jadi gue seneng karena gue orangnya emang suka cerita.

"Duluan ya na!" Katanya begitu gojeknya dateng. "Makasih!" Dia dadah-dadah.

Nggak, Di. Gue yang makasih.

dear, ...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang