1

57 3 0
                                    

Cerita ini mengandung unsur LGBT. Untuk yang di bawah umur dan yang merasa tidak nyaman dengan ceritanya disarankan untuk tidak melanjutkan membacanya.

***

-Aleya pov-

"Aleya jangan lari-lari di koridor sekolah!" teriak seorang guru.

"Hehe iya bu , mulai besok aja ya gak lari-larinya" teriak ku untuk membalas.

Begitu sampai di depan kelas, aku merapihkan seragam ku yang sedikit berantakan akibat berlari tadi. Tangan ku menarik tuas pintu kelas , aku berdoa semoga saja guru di jam pertama belum masuk, setelah terbuka pintunya aku melihat ada sosok yang begitu asing bagi ku, dia yang sedang berbicara kepada teman-teman sekelas ku jadi terpotong karena kehadiranku yang dadakan seperti ini, dia melihat kearah ku dan perlahan mulai berjalan mendekatiku.

"hai, siapa namamu?" dia bertanya dengan suara yang sangat lembut menurutku.

"N..Nama saya Aleya.. Ka" jawab ku dengan sedikit ragu

"Hmm..Nama yang bagus, baiklah kamu boleh duduk di tempatmu Aleya" jawabnya dengan senyum yang sangat manis.

aku segera duduk di tempat ku dan teman sebangkuku hanya tersenyum dan menggeleng-gelengkan kepalanya, mungkin dia sudah tidak bisa berkata-kata lagi atas kecerobohan ku ini, aku membalasnya dengan cengiran dan garukan kepala yang sebenernya tidaklah gatal sama sekali.

"Kita lanjutkan kembali ya pembicaraan tadi, jadi saya disini akan menjadi guru pengganti di mata pelajaran Geografi selama 6 bulan, saya akan sangat senang jika kalian menganggap saya sebagai teman saja dan tidak perlu kaku seperti ke guru asli kalian, tapi tetap harus sopan dan memiliki tatakrama. bukan berarti karna saya perbolehkan kalian menganggap saya seperti teman kalian , kalian bisa melakukan hal yang tidak sopan kepada saya. Oiya walaupun saya memberi kebebasan seperti itu tapi saya paling anti sama yang namanya contek-mencontek. jadi, saya harap ketika saya sedang memberi ujian nanti kepada kalian, kerjakan dengan kemampuan kalian sendiri ya, mengerti?"

"Mengerti ka" serentak seluruh isi kelas menjawab.

Bel istirahat berdering dengan keras keseluruh penjuru sekolah, banyak siswa yang keluar dari kelas menuju langsung ke lapangan untuk bermain bola, dan banyak juga yang bergegas ke kantin untuk memuaskan hasrat lapar nya termasuk diri ku, aku ke kantin bersama teman sebangku ku Tania.

"Tan , lu cari tempat duduk terus gue yang beli makanan ya, lu mau makan apa?"

"Hnm.. samain aja sama lu Al"

"Okay tunggu sebentar ya"

aku berjalan menyusuri kantin memilih menu makanan yang tidak begitu banyak pembelinya, dan akhirnya aku memutuskan membeli mie ayam semoga aja tania ga protes deh.

"Pak mie ayam 2 ya , yang satu gak pake daun bawang. Nanti di antar ke meja yang itu ya pak" aku menunjuk meja yang ada tanianya

"Ok siap neng" ucap si bapak.

Untunglah tania bisa dapat tempat duduk kalau engga bisa-bisa kita makan di kelas lagi, sebenernya aku pribadi gak masalah makan dimana aja tapi tania keliatan lagi males makan di kelas.

"Mana makanannya al?"

"Nanti di anter, tunggu aja. Eh.. Btw tadi nama kakak yang jadi guru pengganti itu siapa?"

"Oh itu namanya Edrea Leta, kenapa? Tumben kepo"

"Gapapa cuma mau tau aja, kan dia guru pengganti masa gue gak tau namanya"

"Iya sih.. Eh eh tuh yang lagi diomongin muncul, kayanya dia lagi nyari tempat buat makan deh"

"Yaelah nanti juga ada yang ngasih tan, secara gue perhatiin dari tadi anak-anak cowo kesemsem banget sama dia"

"Misi neng, ini mie ayamnya ya" potong si bapak mie ayam

"Oiya ya pak, makasih " ucapku sambil tersenyum

"Gue kan lagi menghindari produk-produk berbau mie al, kok lu malah beli ini sih" protes tania setelah bapak mie ayamnya menjauh.

"Sorry tan, tadi tuh yang gak begitu rame itu doang, gue juga baru inget kalo lu gak makan mie pas udah mesen hehehe"

"Hhh yaudah gue makan" dia langsung menarik mangkok mie ayamnya untuk lebih dekat ke dia

Saat makan tidak ada perbincangan satu sama lain antara aku dan tania, karena tania tidak suka adanya perbincangan saat sedang makan. Aku telah selesai makan lebih dulu dari tania, aku melihat sekililing kantin yang mulai sepi.

Tak sengaja mata ku menangkap sosok ka edga yang sedang asik dengan hp nya sendiri. Entah mengapa aku terus memperhatikannya dan sialnya sepasang matanya tiba tiba bertemu dengan mataku, aku langsung memalingkan wajah ku, berpura-pura bahwa aku tidak sedang memperhatikan dia. Selang beberapa menit aku melihat ke arah mejanya lagi, tapi dia sudah tidak ada di tempat tersebut, entah kenapa aku sedikit merasa kecewa.

Akhirnya jam pelajaran terakhir telah usai, semuanya merapihkan buku dan tas, bersiap untuk pulang.

"Bersiap, berdoa menurut keyakinan masing-masing di mulai"

Sebagian berdoa dengan serius, sebagian lagi masih tetap mengobrol walaupun berbisik

"Selesai, memberi salam"

"Selamat siang bu"

Setelah itu langsung semua teman teman sekelas ku berlomba lomba untuk keluar dari kelas, mereka bagaikan tahanan penjara yang telah bebas dari masa kurungan.

"Al, jangan sampe telat dateng ya" teriak teman ku febby, dia adalah temen seangkatan beda kelas dan kebetulan kita berdua masuk exkul voli.

"Siap bos" ucapku sambil memberi jempol kepadanya.

Sesampainya di rumah aku melihat ayah yang tertidur dengan posisi tv ruang tengah menyala, aku menyetuh mukanya yang terlihat sangat lelah, terlihat terdapat keriput di dekat matanya, rambutnya juga mulai beberapa ada yang memutih walaupun masih bisa dihitung dengan jari.

"Umm.. Eh udah pulang kamu , baru sampe atau dari tadi"

"Baru kok yah, ayah kenapa tidur disini nanti badannya sakit sakit loh"

"Ayah tadi lagi nonton india eh malah ketiduran, oiya kamu laper ga? mau ayah buatin makanan?"

Aku hanya tersenyum dan menggelengkan kepala, aku yakin ayah sangat lelah tapi selalu menutupi itu dari ku dan juga adik ku . Semenjak bunda sudah tiada
semuanya ayah yang memegang kendali, mulai dari mencari nafkah hingga urusan dapur dan rumah tangga, sesekali aku membantu kalau memang aku sedang tidak ada kegiatan.

"Yowis ayah lanjut nonton lagi ya"

Aku hanya tersenyum dan mulai beranjak menuju kamar. Selesai menyiapkan kebutuhan , aku langsung bergegas berangkat menuju ke sekolah lagi.

Begitu aku sampai ternyata sudah banyak yang datang, termasuk febby. Aku melihat ke semua penjuru lapangan, banyak anak kelas 1 baru ingin bergabung di ekskul voli. Senang sekali rasanya karena ekskul ini akan memiliki banyak anggota, semoga tetap bertahan seperti ini dan tidak ada yang keluar secara mendadak seperti angkatan ku dahulu, yang hanya tersisa 7 orang dari 15 orang.

"Baru dateng al?"

"Iya nih, lu kok tumben banget cepet fa"

Yang bertanya pada ku itu adalah Lathifa, dia pemain voli paling handal dan cerdas di angkatan ku. Dia juga memiliki tinggi badan yang cukup tinggi, tp tidak sesuai dengan berat badannya, dia terlihat sedikit kurus. Yang ku dengar dia yang akan menjadi ketua tim voli di sekolah ku kelak menggantikan ketua yang sekarang, ya aku sih sudah pasti sangat setuju kalau memang dia.

"Iya kan banyak anak baru cuy, jadi harus mencontohkan yang baik" cengirnya

"Yaelah bilang aja mau cari mangsa baru kan lu"

"Hahaha tau aja, udah yuk ke lapangan, udah mau mulai tuh"

Kami bergegas ke lapangan dan melakukan pemanasan yang di pimpin ka Rio, dia ketua voli tim putra. Selesai pemanasan kami yang kelas 2 latihan smash bersama dengan anak kelas 3 , sedangkan ka Ema ketua kami memberi ilmu dasar tentang voli ke anak kelas 1.

Satu persatu temen ku melakukan smash yang di oper oleh ka Mae, aku berhasil melakukannya, kini giliran lathifah. Setelah melakukan smash dengan kencang ternyata bolanya melesat ke arah anak anak kelas 1, dan...

After The RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang