Prolog

61 10 11
                                    

Dark Side
.
.
.
.
.
Typo adalah keindahan yang haqiqi
.
.
.



Detingan jam berdetak lamban, gesekan antara lantai dan sepatu terdengar intens di dalam ruangan itu.

"Tolong maafkan aku" pria bertubuh gemuk itu memohon, menatap seorang pria berambut perak dengan manik sewarna darah yang juga menatapnya dingin.

"Aku akan memberikanmu semua uangku, tolong maafkan aku!" Pria berambut perak itu menarik kurva membentuk senyuman tak berarti, di tangan kanannya tergenggam Katana yang sudah berlumuran darah.

Darah dari anak dan istri pria di hadapannya yang sudah kehilangan nyawa mereka terlebih dahulu.

"Kau akan memberikan semua harta yang kau punya padaku?" Suaranya terdengar dalam dan sedikit berbahaya, pria paruh baya di hadapannya mengangguk cepat, wajahnya memasang tampang sumringah karena berhasil membujuk si pembunuh di hadapannya.

"Tentu saja jika kau me—"

Sebuah kepala terlempar ke lantai yang di hiasi karpet bulu, pria paruh baya itu belum menyelesaikan perkataannya namun sabetan katana membuat nyawanya terputus begitu saja.

"Sayangnya, tuan. Aku tidak suka harta yang kau tawarkan"

Setelah itu, ia menghilang di balik bayangan. Meninggalkan mayat mayat tak berguna yang tercincang oleh katana miliknya, tak ada yang tau siapa dia, tak ada yang pernah melihat ia, dan di setiap aksinya, ia tak pernah meninggalkan jejak.

Sedikitpun.



To be continued

— Diel

Dark SideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang