9. Jawaban surat kak Amar

496 32 0
                                    

Aku mengajak kak Amar untuk ketemuan di perpustakaan tanpa mengajak Lala. Yah tujuan nya agar Lala tidak salah paham, lagi pula aku hanya ingin menjawab pertanyaan kak Amar tempo hari. Sebenarnya bisa bicara lewat chat, tapi aku tidak suka itu. Karna menurutku bicara dan menjelaskan alasan secara langsung lebih baik. Ku harap kak Amar bisa mengerti dan menerima jawaban ku nanti.
Dan ternyata kak Amar sudah menunggu ku dari tadi.

"Maaf kak terlambat" kata ku sembari menghampiri kak Amar yang sedang duduk.

Suasana perpustkaan saat itu sedang sepi, hanya ada seorang guru yang sedang bertugas. Jarak kami duduk cukup jauh, dan nggak mungkin guru tersebut bisa mendengarkan pembicaraan kami.

"Iya dek nggak papa, tumben nggak ngajak Lala" tanya kak Amar.

"Kalau ajak Lala yang ada ntar dia salah paham lagi, Meli nggak mau hal itu terjadi"

"Ok, mau bilang apa sih dek?"

"Hmm... Meli mau jawab pertanyaan dari surat yang kakak kasih" jawab ku gugup. "Meli sayang sama Lala, dia sahabat nya Meli dari SMP"

"Terus?" Kak Amar memotong pembicaraan.

"Kakak benar soal cinta datang karna terbiasa, gara-gara keseringan chattan sama kakak Meli jadi nyaman. Yah nyaman karna perhatian yang kakak kasih, nyaman cuma karna emot yang kakak kirim" aku menundukkan kepala ku.

"Terus apa lagi?"

"Hmmm.... Meli sayang sama Lala, tapi Meli juga nggak bisa bohongin perasaan Meli sendiri" kata ku.

"Iya kakak ngerti maksud kamu, sulit emang kalau harus pilih salah satu. Ikuti kata hati Meli aja, kakak nggak mau paksa Meli" kak Amar menjawab santai.

"Meli mau kita temenan aja, Meli sayang sama Lala"

Dan tiba-tiba aja kak Amar meraih tanganku, oh wow auto kaget dong pastinya.

"Yuk ke kelas, kak Amar anterin" kak Amar bangkit sambil menarik tanganku. Aku cuma bisa ikutin langkah dia sambil melirik tangan ku yang digenggam kak Amar.

Kami berdua jalan menuju kelasku, kak Amar mengambil jalan melewati kelas kak Lintang otomatis nggak melewati kelas nya Lala. Rute terjauh menuju kelasku.

Aku melihat kak Lintang yang sedang duduk dengan si paus pembunuh, udah baikan ternyata. Baguslah, biar nggak gangguin aku lagi.

"Kak jalan nya pelan-pelan dong, ini kita udah kayak dikejar hantu aja" kataku pada kak Amar.

"Nggak mau dilihat Lala kan? Meli diam aja"

Saat sampai di depan kelas ku, kak Amar menyuruhku duduk di bangku ku. Suasana kelas lagi sepi nggak ada orang kecuali aku dan kak Amar. Kok deg-degan yah.

"Ini buat Meli, bukan hadiah ulang tahun bukan buat sogok Meli agar terima kakak juga. Meli kan pengen kita temenan, langkah awal biar bisa jadi teman nya Meli yah ini" kak Amar memberiku sebuah coklat, kenapa dia bisa tau aku suka coklat? Apa dia seorang peramal? Apa dia stalking hidupku selama ini? Hmm... kok bisa yah?. Ini kebetulan saja, mungkin kak Amar juga suka coklat. Aku jadi gr dah kalau dikasih coklat kayak gini.

"Makasih kak, tapi kenapa kak Amar bisa tau Meli suka coklat? Meli jadi takut" kataku.

"Emang Meli juga suka coklat?, kak Amar baru tau pantesan senyumnya manis yah" cess... pipi ku jadi merah, please jangan diwaktu seperti ini.

"Kak Amar gombal, Meli serius juga" aku menunduk menyembunyikan pipi merah ku.

"Hehehe... adik nya kak Amar suka coklat, katanya kalau makan coklat mood jadi baik. Dia perempuan, jadi kakak pikir kamu juga bakalan suka coklat"
Oh cuma karna tau adek nya suka coklat yah, kirain dia stalking terus tentang aku. Gr tingkat dewa dah.

"Tapi kan aku bukan adiknya kak Amar"

"Udah ah, kak Amar mau balik ke kelas. Jangan lupa dimakan yah. Bungkusnya dibuang jangan disimpan apalagi lagi dipeluk-peluk" kak Amar tersenyum.

"Hahaha... nggak sefanatik itu juga sih kak"

"Dah Mel...." kak Amar beranjak pergi.

"Ciee... cie... doi baru lagi nih. Kak Amar lagi, uhuiii...." tiba-tiba aja Yayat masuk dan membuatku kaget.

"Apaan sih loe? Datang tiba-tiba udah kayak hantu" kata ku kaget, apa iya si Yayat dengar pembicaraan ku dengan kak Amar?

"Loe jadian sama kak Amar? Yah berarti gue nggak ada kesempatan dong, udah duluan kak Amar" Yayat duduk di bangku nya.

"Ngaco loh"

Dan seketika juga suasana kelas jadi ramai karna jam istrahat sudah berakhir.

***

Pulang sekolah aku izin pada bunda untuk main ke rumah Lala. Setidaknya sekali seminggu kami habiskan waktu bersama, entah itu saat pulang sekolah atau hari minggu.

"Mel besok loe latihan kan?" Tanya Lala sambil mengunyah kue buatan mamanya.

"Iya harus rajin latihan, bentar lagi ada kemah soalnya"

"Wuih... bakalan ketemu cogan dong ntar" Lala menyenggol bahuku.

"Gue berharap ketemu dia di buper nanti"

"Dia maksud loe siapa?, jangan bilang itu Dimas".
Aku mengangkat sebelah alis ku sambil tersenyum. "Serius loe? Come on Mel, 4 tahun berlalu dan loe masih berharap sama dia. Masih mikirin Dimas yang bodoh amat soal hidup loe"

"Rindu Dimas" aku tersenyum saat menyebut nama itu.

"Cewek susah move on, dasar" Lala menjitak kening ku.

"Ihh... awas ih, btw ngapain sih loe nanya gue latihan apa nggak? Bukan nya besok DB nggak latihan yah?"

"Besok sore kak Amar ada latihan basket, gue pengen lihat langsung dia latihan"

Oh iya, rabu kan emang jadwal latihan basket. Aku sering lihat kak Amar juga sih.

"Gue tau, pasti pengen nebeng gue kan?" Tanya ku.

"Hahaha... tau aja loe"

"Selalu seperti itu" kata ku.

"Mel, emang nya loe beneran suka yah sama Dimas? Dari jaman seragam putih biru sampai sekarang emang nggak ada cowok lain apa yang loe suka?" Tanya Lala.

"Ada sih, tapi gue masih kepikirian aja sama Dimas. Gue ketemu dia saat ikut lomba cc waktu SD, dan pas SMP malah satu sekolah dengan dia. Ini kebetulan atau takdir yah?"

"Maafin gue yah Mel, gue udah jahat sama loe" Lala menunduk.

"Udah ah, yang itu jangan dibahas lagi"

"Iyah Mel"

Kami berdua melanjutkan kegiatan kami yang sempat tertunda karna omongin cowok-cowok pencuri hati.
Wkwkwk.....

Tbc...

Maaf kalau ceritanya bercabang kayak pohon faktor, yah biar ada sedikit efek dramanya. Tapi nggak sampai bingung kan dengan alur ceritanya? Coment aja dah kalau ada bagian yang sulit dipahami atau kata-kata yang typo.
Sorry, nggak ada qoutes buat bagian ini.

Meoza kirim salam, katanya rindu kalian.

Asmara Tunas KelapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang