Chanyeol akhirnya bisa tenang saat ia menekan angka-angka kunci apartemen Wendy. Wendy telah memberinya akses tak terbatas pada apartemennya sejak bulan lalu.
Ia sangat terburu-buru di jalan, tidak sabar, dan begitu menyadari bahwa ia dan Wendy akan punya sisa semalaman penuh untuk berbicara berdua, ia menjadi lega. Atau, bahkan ditambah hari esok karena tidak ada jadwal apa-apa. Ia juga ingat beberapa pakaiannya juga masih ada di lemari Wendy, sehingga ia tak perlu mengkhawatirkan apa-apa.
Pintu itu terbuka, dan ruang tengah Wendy masih menyala, suatu kebiasaan setiap kali ia mengundang Chanyeol datang.
Di kejauhan, lagu Céline Dion terdengar. Chanyeol langsung menuju kamar Wendy, yang pintunya terbuka lebar. Di dalmnya, Wendy menyalakan lampu kelap-kelip berwarna kuning di dinding dan lampu baca putih di samping tempat tidurnya. Dia duduk di kursi dengan kaki menyelonjor lurus ke atas tempat tidur. Di pangkuannya terbuka sebuah buku, tetapi tangannya sibuk dengan ponsel.
"Son Seungwan~" Chanyeol memanggilnya dengan nada dibuat-buat seperti sebuah lagu riang.
Wendy melemparkan ponselnya ke atas tempat tidur, mematikan lampu baca dan menyalakan lampu utama.
Chanyeol duduk di lantai, di dekat kaki tempat tidur, dan Wendy pun segera menuju tempat tidur, bertiarap di atasnya dan berbicara dengan senyuman lebar menempel pada wajahnya,
"Kita coba pengetesan pasar dengan sebuah single digital dari unit. Lempar ke pasaran, baru kita tahu apa yang akan kita lakukan setelahnya!"
"Hmm. Kukira kau akan memulai dengan album secara total?"
"Chanyeol-oppa, aku baru memulai ini. Ini debutku dalam mendapatkan privilese sebagai creative director. Hal-hal sederhana pun sudah menjadi hal besar dalam kesempatan ini. Ini sudah terhitung sebagai puncak." Wendy mengetuk-ngetuk tempat tidur. "Aku ingin konsep yang mengarah ke hip-hop, tetapi mereka berdua bisa 'waltz'," ia membentuk tanda kutip imajiner dengan jari-jarinya. "Kau, oppa, kau menulis lagunya. Aku bisa membantumu. Koreografi, aku yakin Jongin bisa menciptakan sembilan puluh persennya, hanya perlu pengarahan sedikit dari koreografer."
"Lagu, beres." Chanyeol duduk menghadap Wendy, menyilangkan kakinya, tangannya bertopang pada tepian tempat tidur. Tidak ada yang peduli sedekat apa mereka. "Aku bisa melakukannya. Tapi, Seungwannie, kau baru memutuskan soal apa yang akan mereka tampilkan. Bukan seperti apa 'diri' yang akan mereka tampilkan. Apa yang akan mereka bawa? Sekadar hip-hop? Banyak. Kau tidak bisa mengetes pasaran tanpa konsep inti yang kokoh."
Senyuman Wendy merekah. Dia meraih buku yang hampir jatuh di tepian lain tempat tidur. Ditunjukkannya sampulnya pada Chanyeol, diketuknya bagian kaver itu. Baru Chanyeol sadari itu buku yang baru saja Wendy beli, tragedi Yunani. "Dewa dan dewi. Kau akan jadi siapa, Jongin dan Seulgi siapa, itu bisa diatur, aku sudah memiliki daftar nama. Kita buat konsepnya seperti di sebuah panggung teater."
"Konsep untuk photoshoot, video, promosi dan lain sebagainya?"
Wendy menjentikkan jarinya. "Tepat sekali!"
Chanyeol menjauh sedikit dari tempat tidur untuk berdiri dan bergabung dengan Wendy di atasnya-duduk di tepiannya dan membuka buku Wendy ke sebuah halaman secara acak, mencari tahu sekilas tentang isinya.
"Bagaimana kalau aku punya ide lain?"
"Hmmm, aku menerima saran, tentu saja."
Chanyeol mengempaskan dirinya di atas ranjang, membaca bagian yang ia temukan-yang ternyata cukup menarik. Sebuah contoh naskah tragedi yang dipentaskan di amfiteater, ditilik dari segi analisis teatrikal oleh seorang pengamat. Wendy bergeser untuk memberikannya ruang.
![](https://img.wattpad.com/cover/173131948-288-k395602.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
light on me
FanfictionWendy datang dengan sebuah rencana yang matang, Chanyeol mengulurkan tangannya. Seulgi telah menyelesaikan kursusnya, Kai mengajaknya pulang ke Seoul bersama.