Proposal itu selesai dua hari kemudian, dan Chanyeol menyelesaikan demonya dengan berkali-kali merekam, mengubah banyak bagian, sesekali Wendy menyanyikan bagian-bagian tertentu. Chanyeol menemaninya ke kantor untuk menyerahkan dan membicarakan proyek tersebut, dan menungguinya pada hari berikutnya untuk jadwal-jadwal rapat tentang penyelesaian proyek tersebut.
Wendy baru keluar dari gedung pukul delapan malam, setelah Chanyeol menulis enam macam lirik berbeda, yang akan disimpannya untuk suatu saat nanti.
Perempuan itu datang padanya dengan senyum semringah, persis seperti saat ia pertama kali menandatangani proyek tersebut dan membawanya pada Chanyeol.
"Aku sudah mengontak koreografer yang akan membantu Jongin." Wendy menutup pintu mobil Chanyeol dengan sangat bersemangat, bahkan sampai berbunyi nyaring. "Demonya sudah kaukirim pada Jongin?"
"Sudah." Chanyeol masih sibuk dengan ponselnya, ternyata untuk menunjukkan sesuatu pada Wendy. "Sepertinya mereka sudah bertemu." Ditunjukkannya percakapan antara ia dan Kai, Kai mengatakan sudah berada di ruang latihan bersama seorang koreografer.
"Aku memberinya nomor telepon Jongin-kontrak dengan koreografer itu belum ditanda tangani, tapi sepertinya dia sudah tidak sabar, ya." Wendy pun tersenyum. "Tampaknya kau harus segera keluar dari studio dan mulai menggerakkan badanmu itu, oppa."
Chanyeol berpura-pura sebal dengan mengernyitkan hidungnya, tetapi tawa Wendy membuatnya tidak berhasil memalsukan ekspresi. Mereka sama-sama tertawa, Wendy sampai menjatuhkan kepalanya di bahu Chanyeol, dan Chanyeol mengacak-acak rambut Wendy.
"Apakah kita harus membuat perayaan?" Chanyeol pun menyalakan mesin mobilnya. "Aku akan membayarkanmu makan di mana pun kaumau."
"Pekerjaan baru saja dimulai." Wendy menggeleng. "Jangan langsung bersenang-senang."
"Tapi aku sedang bahagia." Chanyeol mencengkeram setirnya erat-erat, batinnya sedikit terusik, karena bisa saja setelah kebahagiaan ini Wendy masih belum goyah akan keputusannya. Namun apa yang belakangan ini terpatri di kepalanya hanyalah; dia harus menikmati saat-saat ini saat hal itu terjadi, tak perlu menengok ke belakang atau menerka-nerka terlalu jauh ke depan.
"Apa yang membuatku bahagia sekarang adalah sirup maple."
"Aku ikut." Chanyeol pun mulai menjalankan mobilnya. "Panekuk di malam hari, kenapa tidak? Dan jika itu masakanmu, aku tidak bisa menolak."
Chanyeol begitu konsentrasi menyetir sampai-sampai tak sadar Wendy sedang mengamatinya sambil tersenyum.
. . .
Wendy menyaksikan dari tepi ruangan bagaimana Kai mencoba untuk menyeragamkan gerak dengan koreografer itu, dan berunding untuk bagian-bagian terbaik. Sementara itu, Chanyeol diajari oleh Seulgi untuk bagian-bagian yang sudah mantap, terutama bagian awal.
Tak ada yang tahu ia datang. Ia sengaja duduk saja di sudut sekian lama, sesekali memotret mereka.
Chanyeol yang pertama kali menyadari keberadaannya, saat ia menjauh sebentar dari Seulgi untuk mengambil sesuatu dari tasnya yang sekarang dipangku oleh Wendy.
"Nona CEO datang!" celetuknya, sembari menggandeng perempuan itu dan duduk tepat di sisinya.
Wendy mencoba mendiamkannya dengan hush yang pelan, tetapi hal itu malah mengundang tawa Chanyeol. Seulgi mengedipkan matanya dari tengah-tengah ruangan, Kai melambaikan tangannya sekilas, dan koreografer itu menunduk sebentar sebagai salam, tetapi kemudian lanjut berdiskusi dengan Kai di depan dinding cermin. Wendy mendengarnya sekilas, Kai sedang membicarakan soal tango dan salsa, kapan waktu yang cocok untuk memasukkan dua unsur tersebut berikut transisinya agar tetap terlihat natural, tidak terkesan dipaksakan.
![](https://img.wattpad.com/cover/173131948-288-k395602.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
light on me
FanfictionWendy datang dengan sebuah rencana yang matang, Chanyeol mengulurkan tangannya. Seulgi telah menyelesaikan kursusnya, Kai mengajaknya pulang ke Seoul bersama.