04

227 39 23
                                    

Sean berjalan menghampiri Arzy yang sedang berkutat dengan cucian piring nya. Arzy yang merasakan keberadaan Sean langsung menghentikan aktivitasnya, mengambil beberapa lembar tisu untuk mengeringkan tangannya kemudian berjalan menuju lemari untuk mengambil sepiring pancake yang tadi belum sempat Sean sentuh sama sekali.

"Ini, tadi belum sempat kamu makan" ucap Arzy sambil menyodorkan sepiring pancake itu kedepan Sean. "Atau kamu mau ganti aja, soalnya ini udah dingin" lanjutnya.

"Gausah ini aja" jawab Sean sambil menikmati pancake yang sudah mulai dingin itu.

Arzy hanya menganggukan kepalanya sebagai balasan, kemudian mengambil dua cangkir kopi lalu memasukkan bubuk kopi, gula dan juga air panas kedalamnya. Setelah dirasa siap untuk dinikmati, Arzy menyodorkan salah satu cangkirnya kehadapan Sean.

"Thanks"

"Anytime" jawab Arzy singkat kemudian mendudukan dirinya dikursi yang berhadapan langsung dengan Sean.

Sean dan Arzy sama-sama diam menikmati sarapan mereka masing-masing. Mereka sama-sama canggung untuk memulai pembicaraan satu sama lain.

"Zy, kamu beneran gapapa ninggalin butik?" tanya Sean untuk memecahkan keheningan diantara mereka.

"Harusnya aku yang tanya gitu ke kamu. Kamu gapapa ninggalin kantor?"

"Sebenernya sih tadi aku dimarahin Vanno karna udah ninggalin meeting"

"Yaudah, sekarang balik aja kekantor mumpung belum terlalu siang"

"Gak ah, lagian udah ditanganin Kai sama Vanno. Sekali-sekali biar mereka keliatan kerja" ucap Sean yang disertai kekehennya.

Arzy ikut tertawa kecil, mengingat bagaimana Kai dan Jaevan yang selalu kena amuk Sean disaat mereka tidak melakukan pekerjaannya dan malah menggoda resepsionis yang ada dikantornya.

"Emang Kai masih suka godain resepsionis kamu, bukannya dia udah pernah kena amuk Krystal ya?"

"Sekarang sih udah mulai tobat dia, gara-gara waktu itu ke-gap Krystal dan berujung dia yang harus tidur diluar sampai seminggu. Bahkan Kai sampe nginep dirumah aku waktu itu" Sean menceritakannya sambil tertawa, mengingat muka melas Kai yang tengah malam mengetuk pintu rumahnya hanya untuk menumpang tidur.

"Krystal nyeremin emang kalo udah ngamuk. Pegawai butik aja pada takut sama dia" ucap Arzy disertai dengan tawanya.

Mereka kembali diam, sibuk dengan pemikiran masing-masing. Sampai akhirnya Arzy kembali bersuara yang membuat Sean tersadar dari lamunannya.

"Bentar, aku keatas dulu mau ngecek suhu badan Junno udah turun atau belum. Kamu udah minumin dia paracetamol kan sebelum tidur?"

"Iya. Tadi udah aku minumin paracetamol sebelum aku pindahin kekamar"

"Okey. No mending kamu ganti baju daripada nanti kemeja kamu kotor. Lagian kamu gak balik kekantor kan?"

"Iya, nanti aku ganti" jawab Sean

Arzy langsung bangkit dari duduk nya, kemudian berjalan menuju kotak obat yang ada disebelah kulkas mengambil sebuah plester demam lalu menaiki tangga untuk sampai dikamar putra sulungnya.

~~~

Arzy memasuki kamar putra sulungnya, lalu menghampiri Junno yang masih terlelap dibawah selimut bergambar Cars kesayangannya. Arzy mendudukan dirinya diatas ranjang Junno kemudian mengelus pelan surai putranya itu yang sebagian menutupi dahinya. Dapat dirasakan dahi Junno yang masih terasa sedikit panas tapi untungnya tidak separah tadi pagi.

BLACK&WHITETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang