Adam menolak didandani oleh Mama Ayas. Adam juga menolak bicara pada siapa pun siang itu. Hanya Bara yang duduk di sampingnya di dalam masjid yang masih ramai seusai sholah Asar berjamaah.
Kyai Soleh sengaja menahan jamaah masjid agar bisa menghadiri upacara akad nikah antara putrinya dengan Adam.
Meskipun gemas dengan sikap diam Adam, tapi orang tuanya terpaksa membiarkan. Mereka tidak mau menimbulkan keributan hanya karena memaksa Adam untuk mengangkat wajahnya atau tersenyum.
Kevin bolak balik memandangi menantunya dengan wajah prihatin. Beliau tidak mengetahui pertengkaran Adam dengan ayahnya di kamar hotel tadi, tapi melihat wajah Adam seharian ini membuat perasaannya tidak enak.
Barusan beliau menghampiri Adam dan bertanya kepadanya dengan suara pelan, "Apa kau baik baik saja, Adam?"
Tapi anak itu tetap menundukkan wajahnya dan memastikan wajahnya tampak datar tanpa emosi.
Dia bahkan tidak merasa perlu menjawab pertanyaannya dan membuat Kevin mendesah dengan gelisah.
Dia sudah cukup lama mengenal Adam. Lebih lama lagi mengenal Utara dan hubungan kompleks antara besan dan menantunya itu.
Begitu sayangnya Utara terhadap putra tunggalnya ini sehingga kadang-kadang itu membuat Adam justru merasa tercekik dan kehabisan napas karena harus selalu menuruti ayahnya, harus selalu mengikuti standard yang ditentukan ayahnya.
Bahkan sudah 4 tahun belakangan ini Adam memilih untuk tinggal di rumah Kemang dan secara rutin malah tinggal di rumahnya di Bekasi bersama Atalia.
Tentu saja itu membuat dia dan Ayas gembira sekali tapi somehow, dia curiga itu karena Adam tidak kerasan tinggal di Bogor bersama orang tuanya lagi.
"Adam," Bisiknya dengan suara lirih. Anak itu menghela napas panjang lalu pelan saja mengangkat wajahnya, tengadah padanya.
Kevin sempat merasa sangat prihatin ketika wajah datar itu sedikit berubah saat menatapnya. Entah kenapa Kevin bisa merasakan kepedihan yang pekat di mata coklat gelap menantunya.
Refleks dia merengkuh bahu Adam dan meremasnya perlahan, seakan ingin memberikan kekuatan.
Adam langsung menundukkan wajahnya lagi, sama sekali tidak menanggapi tindakan ayah mertuanya ini.
Dia duduk dengan tubuh tegang di hadapan calon ayah mertua barunya. Bara di sebelah kanan, Kevin di sebelah kirinya. Ayahnya sendiri duduk di ujung sebelah kanan bersebrangan dengan Akbar.
Calon mertuanya duduk di hadapannya lalu mengulurkan tangannya. Oleh Kevin, tangan kanan Adam juga disodorkan untuk bersalaman dengan Kyai Soleh.
"Bismillahirrohmanirrohim. Ananda Adam Mahesa Utara bin Angin Utara, saya nikahkan kau dengan anakku Naila Nur Aini binti Soleh Ariffudin dengan mas kawin perhiasan emas 100gr dibayar tunai."
Ada jeda beberapa detik sebelum suara lirih Adam menjawab calon mertuanya masih dengan kepala tertunduk.
"Saya terima nikahnya, kawinnya Naila Nur Aini binti Soleh Ariffudin dengan mas kawin tersebut di atas, dibayar tunai."
"Sah? Sah?"
Maka ketika para saksi menyatakan bahwa ijabnya sah, seluruh hadirin mengucapkan rasa syukur dan mulai berdoa.
Lalu setelah itu para tamu digiring menuju ke aula masjid untuk menikmati hidangan prasmanan yang disiapkan secara mendadak oleh pihak mempelai wanita.
Akbar dengan ramah menyambut para tetangga dan kerabat dekatnya dan mempersilakan mereka untuk menikmati kue-kue dan minuman yang terhidang.
Adam tidak berhenti menerima ucapan selamat dari orang-orang yang sebagian besar belum dikenalnya dengan wajah datarnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/174115855-288-k13098.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Hati Tak Bisa Dipaksa, Sudah Terbit
RomanceHalo, sudah siap dengan kisah baru? Ini gak sepenuhnya baru sih, melainkan lanjutan tak sengaja dari kisah 'Tentang Dia' merupakan lanjutan dari pertanyaan apakah anak yang di abuse semasa kecil akan membuat jiwanya berubah? Temanya masih tentang Ch...