wild

69.3K 2.4K 44
                                    

Hehehe...aku balik lagi sama storyku yang satu ini...
Terima kasih buat yang udah baca, vote and ngasih komentar
Kalo ada typo dimaklumi aja ya...
Selamat membaca...

Bau obat obatan menyerbu penciumanku saat pertama kali aku membuka mata. Wajah khawatir Om Bima langsung menjadi latar belakang pandanganku. Dia menciumi tanganku dengan setetes air mata jatuh di pipinya dan segera dia hapus.

"Sayang? Ya Tuhan terima kasih..."
"Om..."

Perlahan pertengkaranku dengan papa memasuki ingatanku membuat gelombang panik menerpaku.

"Bayi kita? Bagaimana bayi kita Om?"
"Ssshhh...jangan banyak bergerak dulu sayang..."

Aku histeris dan ingin bangkit yang langsung disambut dekapannya yang perlahan mampu meredam kepanikanku.

"Bayi kita Om..."

Om Bima tidak mengatakan apapun, dia hanya mengusap punggungku dengan lembut meredakan gejolak emosi yang melandaku. Lama setelahnya dia membimbingku untuk kembali berbaring. Dia masih menggenggam tanganku dan mengecupinya dengan sayang.

"Kau harus bed rest sampai dokter menyatakan bayi kita baik baik saja"

Mataku mengerjap tak percaya dengan pendengaranku. Bayi kami selamat?

"Bayi kita kuat sayang...hanya saja benturan yang kau alami membuatnya sedikit lemah...tapi dokter sudah memberikan obat penguat kandungan padamu...yang perlu kau lalukan hanya istirahat dan tenang...jangan memikirkan masalah apapun oke?"

Aku hanya mengangguk dengan air mata haru mengalir yang langsunh dia hapus dengan ibu jarinya. Aku meraih tangannya dan mengecup telapak tangannya dengan khidmad.

"Maafin aku yan Om udah membahayakan bayi kita"
"Sshhh...jangan kau pikirkan lagi..."

Om Bima menemaniku tanpa melepas genggaman tangannya. Pengaruh obat membuatku mengantuk dan dengan semua perhatian manis yang dia tujukan padaku akupun terlelap.

Aku terbangun dan menyesuaikan diri dengan cepat. Kudengar Om Bima tengah berbicara pada seseorang di ponselnya.

"Aku ayah dari bayi yang dia kandung...aku berhak menjaga keselamatan mereka..."

.....

"Aku mencintai putrimu Darius! Berapa kali aku katakan padamu!"

....

"Omong kosong apa itu? Aku tidak perduli dengan nama keluarga Atmaja yang dia sandang... Dia akan menjadi Safira Jatmiko segera...!"

....

"Coba saja...maka aku akan membuatmu dipenjara karena menyakiti calon istri seorang Jatmiko!"

Aku mulai mengerti siapa yang tengah bersitegang dengan Om Bima. Itu pasti papa.

"Om..."

Om Bima menoleh dengan cepat dan mematikan ponselnya. Dia tersenyum dan mendekatiku. Dikecupnya keningku dan bibirku dengan lembut.

"Kau mau sesuatu?"
"Om bicara dengan Papa?"
"Hm"
"Om..."

Om Bima menangkup wajahku dan memaku tatapannya ke arahku.

"Sayang dengarkan Om... Papamu ingin menemuimu.. Dia menuduh Om menyembunyikan putrinya yang cantik ini"
"Lalu..."
"Kau mau bertemu papamu?"
"Tapi Om tidak akan meninggalkanku kan? Apa yang dikatakan Papa tidak benar kan?"
"Sayang... Om tidak tahu apa saja yang sudah papamu katakan... "
"Papa bilang Om hanya menjadikanku pelarian atas kematian istri Om"
"Omong kosong apa itu sayang... Istri Om sudah lama meninggal...dan sebelum bersamamu Om juga pernah beberapa kali menjalin hubungan dengan wanita lain..."

Short Stories ++Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang