Sore

20 3 4
                                    

Langit sore yang sangat meneduhkan tentunya membuat siapa pun merasa hanya ingin bersantai menikmati dunia yang akan memasuki waktu gelap. Begitu pula dengan perempuan manis ini yang duduk manis di bangku taman rumahnya menikmati alam hingga telepon rumahnya berdering.

"Halo?"

"Hai, apakah ini dengan tuan putri?"

"Nah kan kamu ternyata. Bener firasat aku. Ada apa nih? Tuan putri sibuk. Kalo gak penting kututup nih."

"Wuih galak betul, sabar-sabar. Sekarang kan udah sore nih, aku mau main ke rumahmu bisa ya ya ya ya yaaaaaaa?"

"Ngapain deh ah?"

"Nanti juga tau, boleh ya yaaa pleaseeeeeee"

"Ditunggu, bye."

Seseorang yang dipanggil tuan putri itu langsung beranjak dari tempat duduk yang bersanding dengan meja telepon berlari ke kamarnya. Sepertinya ada yang harus dipersiapkan.

Ha! Benar saja, tuan putri menyulap penampilan dirinya 180 derajat. Seperti hendak bertemu pangeran pujaannya saja. Tuan putri sibuk melihat dirinya dalam pantulan terus-menerus hingga pintu pun memanggil sang putri. Tanpa berpikir panjang dia dengan cekatannya berlari menuju pintu.

"Hai tuan putriii, cantik amat. Dandan yaa karena aku dataang"

"Apaansi Ben, ayo masuk"

Ben dan tuan putri masuk dan berpapasan dengan sang ratu. Sepertinya sang ratu harus melakukan pertemuan dengan sesama ratu untuk bercengkrama sehingga sang ratu hanya menyapa Ben dan tuan putri lalu keluar istana begitu saja.

"Tuhkan pas aku kesini. Sendirian juga si putri nih ternyata."

"Yeu terserah deh. Jadi saudara Ben ada apa berkunjung ke istana saya tiba-tiba begini?"

"Mau numpang main ps tapi temenin hehe."

"SUMPAH CUMA GARA-GARA ITU?!?!"

"Hehe jangan ngamuk dong tuan putri. Cantiknya ilang tuh. Ayo main!"

Ben dengan segala inisiatifnya langsung menyiapkan ps untuk dimainkan berdua sedangkan tuan putri hanya melihat Ben dengan tampang kesal namun tak berdaya

Akhirnya mereka bermain bersama dengan bahagia

Suara pertanda waktu sore habis berkumandang. Dengan segala hormat Ben memutuskan untuk kembali ke istananya

"Tuan putri, pria tampan ini pulang dulu ya, awas kangen."

"Gaakan kali jangan harap. Oh ya Delia apa kabar? Baik-baik aja kan kamu sama dia? Aku jarang liat dia main kesini lagi."

"Delia sama aku baik-baik aja kok. Lagi sibuk doi makanya jarang bareng deh kita. Tapi aman kok tenang aja. Kamu sendiri sama Hanzel apa kabar?

"Tentu aku dan dia sangat baik. Kita selalu ketemu setiap weekend. Kegiatan aku sama dia sama aja banyaknya."

"Hanzel memang panutan sih hahaha tapi awas ya kalo sampai dia macam-macam habis dia sama aku."

"Aduuuh itu kalimat dari kita sd kelas 1 sampai udah kepala 2 gini masih sama aja tiap kali ada cowo deket-deket aku. Aman tenang. Awas juga kalo sampai Delia tersakiti sama kamu, hidup kamu..."

"Akan dihantui oleh tuan putri selamanya! HAHAHA sama aja kamu kayak aku. Itu kata-kata anak 7 tahun kali. Oh ya aku udah janji sama Delia mau dinner hehe. Aku balik yaa, makasih tuan putri!"

"Hati-hati Ben, salam buat Delia. Byeee"

Pintu istana tuan putri ditutup. Senyuman tuan putri sama sekali tidak luntur sejak dia berada di pintu hingga entah sampai kapan.
Senangnya tuan putri karena hingga saat ini dia bersama Ben berhasil mematahkan paradigma dunia -kalo cowo sama cewe sahabatan tuh pasti bakal ada yang suka atau saling suka- dengan hebatnya.

Senangnya tuan putri karena tidak ada rasa yang tak biasa antara dia dan Ben yang akan mengganggu kehidupan persahabatan mereka nantinya.

Senangnya pula karena siapapun yang bersanding dengan Ben atau pun dengan dia, satu sama lain akan saling mendukung dan menjaga pasangan sahabatnya. Unik bukan? Namun itulah yang terjadi antara tuan putri dan sahabat sejatinya.

Kalo kamu, iya kamu, sudah mematahkan paradigma hidup yang mana selama hidupmu?

Kumpulan Tinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang