Siang

32 3 0
                                    

Wah
Hari sudah siang
Pantas saja matahari semakin keras menyapa dan memberikan senyum terbaiknya pada dunia dan seisinya kali ini
Tentu senyuman terbaik ini disambut hangat oleh jemuran basah yang digantung diluar sana
Namun sebagian manusia berusaha berlindung dari senyuman matahari itu karena takut seperti bunglon; berubah warna

Di sudut kota sebelah sana
Matahari sepertinya tak mendapatkan balasan senyuman
Padahal perempuan itu tidak berlindung darinya
Wajahnya sangat suram seperti kertas buram
Berjalan dengan lunglai seperti hendak jatuh setiap melangkah menyusuri jalanan kota

Hmmm
Sepertinya matahari tak rela senyumnya tak dibalas begitu saja
Matahari berpikir dan terus berpikir bagaimana cara senyumannya dibalas perempuan itu
Tiba-tiba seseorang menarik perempuan itu

Hey! Mau kau apakan dia! Teriak matahari tak terima
Oh, tunggu sebentar
Wajah seseorang itu membuat sang perempuan mengeluarkan air suci dari matanya
Tidak! Itu tidak boleh terjadi!
Hanya ada senyuman saat matahari tersenyum!

Namun setelah dilihat lebih lama
Ah ya! Perempuan itu tersenyum sambil melihat wajah seseorang yang menariknya
Seolah terpancar cahaya matahari dari seseorang itu untuk menenangkan sang perempuan

Kini sang perempuan berjalan bersama seseorang itu
Berjalan dengan tegap dengan penuh keyakinan
Senyuman matahari dibalas oleh kedua orang itu
Menyusuri jalanan sudut kota dengan ringan dan penuh harap

Matahari kini merasa lega dan juga matahari kini mengetahui sesuatu
Bahwa senyumannya bisa sampai pada dunia dan seisinya tak hanya langsung dari dirinya
Tetapi dari sesuatu yang memancarkan senyuman darinya

Wah
Ternyata hari sudah siang

Kumpulan Tinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang