Zia sedang duduk dibawah pohon beringin tempat dia ditemukan dahulu sambil menikmati hembusan angin yang bertiup mesra dan melihat bintang yang bersinar bak permata yang indah (sambil melamunkan kejadian demi kejadian yang harus dia lewati seumur hidupnya).
Pak jian dan bu kiran tiba di rumah, mereka pun mengganti pakaian zia dengan pakaian yang ada,karena mereka tidak punya anak bayi maka yang dipakaikan kepada zia adalah pakaian ibunya yang dibentuk sedemikian rupa agar pas ditubuh mungil zia. Mereka bermain dan bercanda dengan zia karena sikapnya yang lucu. Mereka bekerja lebih keras untuk memenuhi kebutuhan zia, bahkan bu kiran membawa zia mencari barang-barang bekas di siang yang terik karena tidak ada orang lain yang mengurus zia. Ya, sebelum pak jian dan bu kiran menemukan zia, mereka hanya tinggal berdua. Dan sebagian besar hidup mereka dihabiskan untuk bekerja. Namun, setelah kehadiran zia, kehidupan mereka lebih berwarna, mereka lebih banyak tertawa karena tingkah laku zia yang lucu. Seiring berjalannya waktu zia tumbuh menjadi seorang anak kecil yang sederhana dan tidak terlalu menuntut akan banyak hal. Zia tau kehidupan keluarganya tidaklah mudah. Zia selalu ikut membantu ibu dan ayahnya mencari barang rongsokan sejak kecil. Dia hidup dalam kesulitan dan keadaan yang memaksa dia untuk menjadi lebih dewasa dari usianya. Dimana seharusnya ia menikmati masa kanak-kanaknya untuk bermain , dia habiskan untuk bekerja keras dan membantu kehidupan ekonomi kedua orang tuanya. Dia tidak pernah berfikir bahwa dia bukanlah anak kandung dari orang yang merawatnya selama ini.
Suatu hari,zia pergi jalan-jalan disekitar perkampungan dan berjumpa dengan seorang teman yang usil. Namanya adalah vio. Vio merupakan seorang anak saudagar kaya di perumahan itu, jadi wajar jika dia memiliki sikap yang sombong. Vio selalu menyombongkan kekayaan kedua orang tuanya. Dan mengejek zia karena dia harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya .
Vio : hei,dasar anak pungut. Ngapain sih lo bekerja untuk orang yang sudah mungut lo dari pohon beringin. Seharusnya lo tuh sadar, orang tua kandung lo saja gak menginginkan lo hidup di dunia ini makanya dia membuang lo ke pohon beringin ( ucap vio dengan sinis dan lantang). Vio emang sudah tau jika zia bukanlah anak dari orang yang merawat zia selama ini karena orang tua vio pernah mengucapkannya dan memberi tau vio jangan sampai berteman dengan zia.
Zia : (dengan mata yang sedikit berkaca-kaca, zia berbicara dengan sangat pelan) kenapa kamu bilang begitu vio, orang tuaku ya orang yang merawat aku selama ini, mereka yang memberikan kasih sayang dan cinta mereka secara tulus kepadaku. Aku sudah menyayangi mereka, dan mereka juga menyayangiku. Jika aku bukanlah anak kandung mereka untuk apa mereka repot-repot merawatku dari bayi hingga sekarang. Jujur saja orang tuaku tidak memintaku untuk ikut bekerja membantu mereka, namun itu semua murni keinginanku sendiri. Jika aku hanya anak pungut bukankah seharusnya mereka senang dan membiarkanku mencari pekerjaan untuk menjadi pundi-pundi uang mereka. Aku bisa menerima kamu menghinaku namun aku tidak bisa menerima jika kamu menghina keluargaku.
Vio : jangan sok deh lo, lo tuh gak tau apa-apa. Jadi, jangan sok tau. Kalau lo gk percaya, lo tanya aja sama kedua orang tua lo. Bener gak lo tuh anak pungut atau anak kandung mereka. Eh , lo tau nggak baru kali ini gue nemu seorang anak pungut yang gak tau diri. ( ucap vio marah dan pergi meninggalkan vio sendiri)
Zia : zia menangis sejadi-jadinya setelah vio pergi. Ia berfikir apakah benar yang dikatakan vio. Jika benar siapa orang tua kandungku, mengapa mereka membuangku di bawah pohon beringin,apa mereka tidak menginginkan kehadiranku, kenapa mereka tidak menginginkanku. Berbagai pertanyaan muncul dalam benak zia. Tiba-tiba, awan mulai menurunkan rintik-rintik air yang seakan mewakili perasaan zia. Semakin lama rintik-rintik itu berubah menjadi guyuran air dari langit. Namun, zia tetap mematung ditempatnya dan membiarkan guyuran dari langit menyapu setiap tetesan air yang jatuh dari mata. Suara demi suara bersautan terdengar memekakan telinga, menambah setiap goresan luka yang diterima zia.
Zia merasa jika dia harus mencari tau apa yang sebenarnya terjadi. Dia pulang dengan keadaan basah kuyup dan mata yang sayu menyiratkan kesedihan dan luka yang mendalam. Namun, zia berusaha menutupi kesedihannya dengan tersenyum. Sesampainya di rumah ia termenung beberapa saat dan memikirkan apa dia siap jika mendengar setiap kenyataan yang keluar dari mulut mereka, jika aku menanyakan kebenarannya.
Zia : assalamu'alaikum pak, bu
Bu kiran : wa'alaikumussalam (sambil membuka pintu dan memeluk zia) zia , kamu kemana aja to, kok basah kuyup gini.
Pak jian : (menyusul ke depan pintu ) sudahlah bu, pertanyaanya nanti aja, biarkan dia mandi dan ganti baju dulu. Kasihan dia sudah kedinginan.
Jujur saja jika waktu dapat terulang kembali zia akan lebih memilih untuk tidak tau segalanya daripada mengetahui hal yang membuatnya jatuh dan larut dalam lubang kesedihan( zia termenung dibawah sinar rembulan dan menangis karena mengingat kejadian yang menimbulkan goresan luka yang sangat dalam).
Zia : ( baru saja keluar dari kamar mandi dan ganti baju dengan pakaian yang masih kering, zia datang menghampiri kedua orang tuanya). Bu,pak bolehkah aku bertanya sesuatu? (Tanya zia dengan hati-hati. Ia tidak mau menyakiti hati kedua orang tuanya).
Bu kiran : boleh sayang, sini duduklah (sambil menepuk sebuah kursi kosong yang terletak diantara kedua orang tuanya)
Zia pun duduk dan menatap mata kedua orang tuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
suara hati zia
Randomgoresan luka yang tercipta diantara hati yang masih terpaut akan masa lalu. benarkah zia hanyalah seorang anak pungut yang ditemukan dibawah pohon beringin? mengapa harus ada didunia ini jika keberadaannya tidak diinginkan. apakah ada seseorang yan...