Warning!!
Area 18+Bagi yang belum cukup umur masih tetep baca sih. Tapi tolong jangan di Judge yah.
Biasalah... kalo para lelaki dewasa bercakap-cakap. Pasti ada aja unsur yang kek begitu. Tapi aku nulisnya nggak terlalu detail kok.
Aku memang suka cerita romance, jadi udah biasa sama hal-hal kek gini.
Yang nggak suka bisa langsung loncat ke Chap selanjutnya.
====*====
Setelah kami menghabiskan choco lava yang ku buat. Dengan perut begah, kami duduk menyender sambil lesehan.
"Oiya... Grace," panggilku. Dan merasa terpanggil Grace pun menoleh.
"Kenapa?"
"Tadi waktu di Aula ada pemberitahuan apa? Tadi gue denger Ayah ada bilang sesuatu, tapi gue lupa. Sesuatu tentang uang dan hadiah. Emang ada apaan?" Tanyaku terus terang.
"Oh... begini," ucapnya sembari menegakkan tubuhnya. Mungkin arah pembicaraan kami akan sangat serius.
"Tadi Ayah bilang kalo dia mau colab sama kampus sebelah, nah beliau ingin supaya kita dapat berpartisipasi dan ikut turun tangan membantu agar rencana yang udah disusun bisa berjalan dengan sesuai rencana. Lalu--" ucapan Grace terhenti, padahal aku sudah sangat fokus mendengarkan apa yang ingin disampaikan oleh Grace.
"Nggak usah bertele-tele, langsung keintinya aja," Jeni marah.
"Intinya, beliau pengen bikin sesuatu yang special... dan beliau pengen saran dari kita," terang Grace.
"Sesuatu yang special gimana maksudnya?" Tanyaku bingung.
"Ya... kayak, hem... kemping? Kompetisi Liburan bareng? Pesta api unggun, jalan-jalan. Pokoknya terserah, mau lo gabungin semuanya juga boleh... Saran yang paling menarik dan unik bakal dapet hadiah--" ucap Grace menggantung. Aduh... bikin penasaran aja.
"Hadiah apa-an? Aduh, kalo cerita jangan setengah-setengah dong," geramku.
"Hadiah? Hadiah apa-an Ann? Gue ketinggalan cerita yah? Sorry ya, gue barusan ketiduran. Hehe..." Lily menyengir tak jelas.
"Ntar aja, Grace, cepetan," ucapku tak sabaran.
Gurutuan-gerutuan yang keluar dari mulut Lily tak ku hiraukan, fokusku kini madih tertuju pada kalimat yang keluar dari mulut Grace. Jika pun hadiah ini berupa uang. Maka aku harus mendapatkannya.
"Ya, hadiah. Dan hadiahnya berupa uang--" ucapan Grace kembali terpotong. Sial!
"Uang?! Berapa?" Tanya Jeni antusias.
"Kalian nyebelin banget tau nggak. Dari tadi ucapan Grace dipotong mulu. Disaat gue udah fokus dan tegang buat denger ceritanya. Kalian berdua nyomot teruss, jadi gemes pengen nonjok," murkaku. Grace malah tertawa dibuatnya. Sementara Lily dan Jeni hanya mengangkat dua jari tanda perdamaian. Dan aku membalasnya dengan menunjukkan jari tengahku.
====*====
Author P.O.V
Keesokan paginya.
Tepatnya di koskosan Ann dan kawan-kawan.Mereka ber-empat masih bergelung di atas kasur. Masih tak sadarkan diri, masih berpelukan, dan tak mengingat apa akibatnya jika mereka tak segera bangun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Competition Love
Romance"Temukan dia atau kalian semua ku pecat!" Geraldo Edward Mardion. ====,==== "Aku bahagia saat bersamamu. Sangat.. sangat bahagia. Terima kasih... dan selamat tinggal," Pricil Ann Chalisya Bramojo.