Haii fitriyanti nama ku.
Wanita yg terlahir 19 tahun silam, dan sedang memperdalam ilmu di salah satu Universitas Negeri di Bangka Belitung.
.
9 bulan berlalu.
Tepat malam itu, sontak isak tangis tak dapat ku sembunyikan dari siapa pun. Berlontarkan kalimat bodoh kepada diri sendiri, ya hanya karna putus cinta kepada orang yang terkasihi.
Waktu terus bergulir, berputar mengiringi langkah yang memang seharusnya ia tempuh setiap perjalanan.
Hari berganti, masih saja terbesit kecewa dalam diri, tak ingin bertemu banyak orang beberapa hari, tak ingin memegang handpone beberapa hari.
Hingga bisikan datang di sepertiga malam sembari ku memohon keridhoan.
.
Menangis ku dengan puas pagi itu,
Ku ceritakan semua permasalahan ku, ku mohon bantuan solusi kepada rabb ku.
Dan ku putuskan untuk bangkit dan merubah gaya berpakaian ku.Fitri.
Siapa yg tak kenal dirinya.
Wanita separuh baya yang lebih suka memakai celana jeans dan baju kaos panjangnya di sertai dengan kerudung yang selalu mengikat lehernya dan di lengkapi dengan topi di atas kepalanya.
.
Setelah malam itu terjadi bincangan dahsyat, ku coba yakinkan diri.
Iya niat awalnya untuk menunjukkan jika aku baik-baik saja tanpa dia dan aku lebih baik tanpa dia.
Dengan mengubah gaya berpakaian ku menjadi lebih tertutup.
Tak lagi dengan celana jeans dan kerudung yg mengikat di leher namun dengan rok panjang dan kerudung yang menutupi semua bagian tubuh kecil ku..
Terus hari berganti seolah semua tak ada yang berarti.
.
Beberapa bulan ku jalani dengan hal baru itu, perlahan ku kumpulkan pundi-pundi uang saku ku untuk membelikan keperluan ku yang mungkin masih kurang.
Baju yang berurai sampai dengan mata kaki memang sudah beberapa ku miliki, namun kerudung panjang yg menutupi dengan berukuran di atas 130x130 sama sekali tak ku miliki.
Satu persatu ku kumpulkan dengan waktu yang cukup panjang.
.
Hingga hari dimana bulan puasa berlalu, lebaran idul fitri tiba.
Semua masih baik-baik saja.
Suara takbir menggeluti hati ku di pagi yang suci itu.
Ku bisikkan pada ibu ku di ujung dapur rumah,
"Bu, tak beberapa minggu lagi kalian akan berangkat ke tanah suci mekkah untuk menunaikan ibadah haji, pagi ini ku mohon restu dan ridho mu untuk memantapkan niat ku dalam proses transisi berpakaian ku untuk kalian berdua bukan untuk dia yang pergi meninggalkan ku hanya karena tugas nya itu" perlahan tetes demi tetes air mata membasahi pipi kusam ku yang belum mandi pagi itu.
Lanjut ku bicarakan kepada ibu ku yang kebetulan sedang terduduk manis menikmati santap pagi itu.
"Bu, ku janji setelah kalian pulang beribadah nanti, ku takkan lagi mengenakan celana jeans yg ketat itu" jawab ibu ku hanya senyum manis mengusap ubun-ubun kepala ku.
.
Lega.
Itulah yg kurasakan pagi itu.
Selalu waktu berganti begitu cepat.
Keberangkatan orang yg ku kasihi itu pun tiba.
Selesai shalat zuhur semua bersiap untuk mengantarkan mereka berdua, peluk dan cium haru dari ayah ibu kepada aku dan kakak ku pun tak dapat terbelenggu.
Cium kaki tua nya pun sontak kami lakukan pagi itu. Berharap besar jika mereka harus berkumpul dirumah ini setelah 45 hari.
.
Semua berjalan apa adanya.
Dirumah hanya tinggal kami bertiga, seperti berat namun apa boleh buat.
Air mata tak pernah tak hadir di setiap shalat kami.
Terkadang adik kecil ku pun terisak tangis di kamar melihat ku.
Yaaa semua tak selamanya.
Kepergian ayah ibu adalah waktu ku untuk terus membenah diri, memperbaiki shalat ku yang dulu masih ku tinggalkan beberapa waktu, memperbaiki ucap lisan ku yang dulu tak berpikir dulu.
Dan.........
Semua berlalu baik-baik saja.
Mengalir semestinya.
Dukungan keras kakak ku selalu menguatkan ku dalam segala hal.
Tak ada ayah ibu, dialah yang menggantikan sosok itu.
.
Tiba kepulangan ayah ibu tercinta ku. Ku persembahkan sebuah keputusan baru dengan mengenakan kerudung lebar yang berukuran 130x130 berwarna coksu dan baju putih polos hari itu. Tak sangka jika ini adalah hari ketetapan hati kepada janji ku.
Niat memperbaiki gaya berpakaian awalnya untuk sang mantan dan beralih menjadi untuk ayah ibu.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transisi hijrah
Short StoryDalam kekecewaan membuat ku urungkan diri beberapa hari tak ingin bertemu banyak orang, iya tepat 9 bulan yang lalu. putus cinta adalah penyebabnya. sontak kecewa mendalam kepada diri sendiri dan terus menghakimi hati hingga terbesit dalam sanubar...