"Zabini, Parkinson,"
Blaise dan Pansy mendapati Harry berjalan keluar dari Aula Besar setelah jam makan malam selesai dan menghampiri mereka. Harry tampak kikuk dan gugup melihat tatapan Blaise dan Pansy yang menatapnya dingin dan datar.
Oh yang benar saja, Harry bahkan mampu memusnahkan penyihir gila tanpa hidung itu, tapi kini berhadapan dengan kedua teman Draco Malfoy mengapa justru membuatnya sangat gugup? Dan mengapa sih semua Slytherin itu tampak dingin pada semua orang? Apa mereka benar-benar didoktrin seperti itu oleh para senior pureblood?
"Ada apa Potter? Apa kau belum puas untuk menjadi pusat perhatian? Jika iya, kau bisa lakukan itu pada orang lain, tapi jangan pada kami― terutama Draco." ujar Blaise dengan nada paling sinis yang bisa ia keluarkan.
"Tidak! Tidak, Merlin! Bukan itu maksudku Zabini, a-aku hanya, dengar―aku ingin minta maaf pada Dra—ehem Malfoy,"
Blaise berkerut, sedangkan Pansy menyipit mendengar panggilan ganjil Potter pada sang Malfoy itu. Apa baru saja Harry Potter memanggil nama depan Draco?
Merasa dicurigai, Harry cepat-cepat merubah wajahnya dengan putus asa yang ia miliki dan membuat kedua Slytherin itu mengendurkan ekspresi mereka.
"Minta maaf, Potter?" Pansy bertanya dengan menaikkan alisnya.
"Uhm, aku tidak bermaksud untuk mempermalukan Dra—Malfoy pagi tadi, sungguh." Harry menunduk dibawah tatapan duo Slytherin yang menatapnya tajam.
Harry memilin jubah gaib dalam genggamannya dengan gugup. Merlin, yang benar saja, kenapa rasanya ia sedang menghadap pada calon mertuanya untuk meminta restu.
"Aku hanya ... hanya ingin berteman dengannya. Aku ingin meminta maaf padanya atas kekesalannya padaku selama tujuh tahun yang kami lewati. Tapi, demi Godric! Rupanya aku memilih waktu dan tempat yang salah! Aku sungguh ingin minta maaf jika dia merasa aku mempermalukannya pagi tadi, tapi bahkan Malfoy tak muncul sama sekali sejak tadi."
Blaise dan Pansy saling berpandangan, lalu menghela nafas panjang. Mereka sudah bisa menebak jika memang itulah keinginan Harry. Mengingat sikap pahlawan sihir satu itu yang memang tak suka jika bermusuhan atau membenci siapapun. Terkecuali untuk Draco Malfoy selama 7 tahun riwayat pertemanan mereka, karna Blaise dan Pansy mengerti bahwa pangeran Slytherin yang satu itu memang lebih banyak bersikap menjengkelkan pada Harry. Duo Slytherin itu yakin walaupun semenyebalkan apapun Draco Malfoy, Harry Potter tak akan benar-benar membencinya.
"Yeah. Kami tahu." Blaise memulai membuat Harry mendongak pada pria berkulit gelap itu. "Tidak mengherankan jika kau bertindak seperti itu tadi pagi. Aku tidak pernah lupa jika kau adalah seorang Gryffindor yang ceroboh. Tapi Potter, untuk apa tepatnya kita disini saat ini?"
Harry mendengus untuk beberapa saat. Sekarang ia mengerti mengapa Blaise, Pansy dan Draco sangat cocok jika berteman. Mereka benar-benar satu tipe!
"Aku ingin kalian membantuku."
"Dan apa yang bisa kami bantu untuk Pahlawan Sihir Agung kami?" tanya Pansy dengan seringai menyebalkannya.
Harry menatap Pansy dengan memohon, "Kumohon, Parkinson. Aku─ aku benar-benar tak tahu harus bagaimana. Aku tak bisa menemui Malfoy sama sekali, dan hanya kalian yang bisa membantuku. Aku hanya ingin bertemu dengannya. Tak lebih, jika dia memang menolak, aku akan berhenti."
Harry merasa bahwa raut wajahnya benar-benar menyedihkan sehingga membuat Pansy menatapnya dengan melunak dan melembut. Blaise tetap pada wajah dinginnya, tapi Harry menangkap satu pandangan iba. Harry selalu benci dikasihani, tapi untuk saat ini ia tidak perduli. Ia hanya butuh untuk bertemu Draco, bagaimanapun caranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Conflate [DMxHP | Drarry]
FanfictionDraco yakin apa yang telah Harry lakukan padanya akhir-akhir ini hanyalah semata rasa obsesi balas dendam atas perbuatannya dahulu. Tetapi di lain sisi, Draco merasa Harry mampu mengubah pandangannya pada Harry hanya dalam sekejap saja. Harry mampu...