Sudah setahun semenjak kejadian di hutan waktu itu, semua kembali seperti awal. Seperti tak pernah ada kejadian apapun sebelumnya. Baekhyun yang awalnya menjadi pribadi yang dingin dan pendiam, kini mulai kembali pada sifat awalnya yang cerewet.
Walau terkadang ia terlihat melamun sendirian di dalam kelasnya yang kosong ㅡtak jarang pula, Kyungsoo menemukannya tengah menangis di dalam bilik toilet, di perpustakaan atau pun atap sekolah.
Namun, Baekhyun selalu bersikap seolah baik−baik saja di depan semua temannya.
Luhan dan Yixing memutuskan untuk sekolah di salah satu Universitas di Seoul agar bisa lebih dekat dengan Baekhyun dan teman−temannya. Begitu pula Kris dan Suho, mereka bersekolah di tempat yang sama dengan Luhan dan Yixing. Baekhyun, Sehun, Kai, dan Kyungsoo telah berada di tingkat tiga sekarang.
Tak banyak perubahan selain hubungan Kai dan Kyungsoo yang semakin dekat. Bahkan kabarnya, mereka akan bertunangan setelah lulus sekolah. Kemajuan yang pesat bukan?
Tao, Jongdae dan Minseok terkadang berkunjung ke rumah Baekhyun. Saat liburan, mereka bersebelas akan mengadakan pesta barbeque di rumah Baekhyun, atau sekedar berkumpul. Tujuannya tentu saja untuk menghibur Baekhyun.
"Baekhyun−ah, tetangga baru kita akan berkunjung malam ini. Apa kau bisa luangkan waktu untuk menyambut mereka? Kau pasti akan senang mendapatkan teman baru. Eomma dengar tetangga baru kita memiliki dua orang anak yang seumuran denganmu."
Baekhyun mengernyit heran dengan kehebohan ibunya. Ia hanya bergumam sebagai jawaban lalu melangkahkan kakinya ke halaman belakang rumahnya. Ia bosan.
Luhan dan Yixing sibuk dengan kuliah mereka. Ini juga bukan liburan, sehingga teman−teman Baekhyun dari desa tidak bisa berkunjung ke rumahnya.
Ia duduk di ayunan di bawah pohon. Bibirnya menyunggingkan senyuman manis. Ia sangat menyukai langit malam. Bintang−bintang yang berkerlip itu membuat suasana hatinya membaik. Walau tak bisa dipungkiri kalau langit malam juga mengingatkannya pada sosok Chan Lie.
Tak terasa ia meneteskan air mata kembali, namun senyuman tak lepas dari bibirnya. Ia takkan bersedih. Tuhan pasti memberikan tempat yang paling baik untuk kekasihnya.
Telapak tangannya perlahan terbuka, dengan gerakan lembut dari jemari lentiknya, ia menciptakan puluhan kupu−kupu dari sela jemarinya. Bukan kupu sesungguhnya, melainkan puluhan cahaya yang bersinar terang dan berbentuk kupu−kupu.
Terbang di kegelapan malam dan cahaya itu akan hancur menjadi letupan kecil saat berpapasan dengan kunang−kunang atau benda lainnya. Baekhyun tersenyum dan menempelkan telapak tangannya di dadanya. Ini adalah kekuatan yang didapatkannya dari black pearl di dalam jantungnya. Cahaya.
Kekuatan inipun yang selalu mengingatkannya pada sosok Chan Lie yang memiliki kekuatan api. Api dan cahaya, bukankah mereka adalah satu? Hanya saja yang membuatnya bingung adalah... bentuk tubuhnya.
Ia masihlah Baekhyun yang lama. Tak ada keanehan apapun selain kekuatan itu. Dan hanya ia serta keluarganya yang mengetahuinya.
Ting tong.
Suara bel itu membuyarkan lamunan Baekhyun. Matanya menatap lurus ke depan.
Ia enggan beranjak, jadi ia memutuskan untuk tetap duduk disana sampai ibunya memanggilnya untuk makan malam bersama tetangga baru mereka.
Brukk.
"Aww, kakiku!"
Ia menoleh dan terkaget melihat seorang lelaki jangkung tepat di belakangnya. Sepertinya, lelaki itu melompat dari pohon yang tepat berada di samping ayunannya. Pemuda itu memakai cardigan berwarna abu dan kaki jenjangnya di balut oleh jeans berwarna hitam.
Ia memakai topi dan di telinganya bertengger sebuah kacamata berframe hitam. Baekhyun tak bisa melihat wajahnya karena pemuda tinggi itu membelakanginya.
"Siapa kau?" Lelaki itu menoleh dan saat itu juga mulut Baekhyun terkatup rapat.
Matanya membulat dan jantungnya tiba−tiba saja berdebar halus. Rasa ini, rasa yang sama saat ia bersama Chan Lie. Pemuda itu menatapnya dengan mata bulatnya yang sehitam jelangga.
Bibirnya membentuk senyuman yang sangat tampan. Dan Baekhyun kembali terpesona oleh sosok yang begitu mirip Chan Lie ini.
"Maaf, aku sudah memanjat pohon ini tanpa ijin." Ia mengangkat seekor kucing putih berbulu lebat di tangannya. "Well, aku mengambil kucingku yang terjebak di atas pohon rumahmu. Aku Park Chanyeol, tetangga barumu. Rumahku tepat di sebelah rumahmu."
Baekhyun masih terdiam, namun matanya berkaca−kaca saat bersiborok dengan mata bulat itu. Pemuda itu menyadarinya namun ia tak berani untuk bertanya, jadi dia hanya tersenyum tipis pada Baekhyun.
"..."
"Kalau begitu aku pergi dulu." Pemuda tinggi itu mulai melangkah pergi, namun beberapa detik kemudian, ia berbalik dan menatap tepat di manik Baekhyun. "Omong−omong, tipuan sulapmu tadi keren. Bisa kau ajarkan aku lain kali?"
Ia terkekeh dan benar−benar berbalik pergi meninggalkan Baekhyun dengan hati yang membuncah bahagia.
Jika Chan Lie tersenyum lebar dan tertawa, apa mungkin Chan Lie seperti sosok tadi?
Apa... apa mungkin jika Chan Lie berbicara, suara akan seperti suara pemuda tadi?
Biar saja semua orang menyebutnya cengeng saat air mata itu menghiasi pipi lagi. Ia hanya tak mampu menyembunyikan kebahagiaan dalam hatinya sekarang.
Park Chanyeol, nama yang indah.
KAMU SEDANG MEMBACA
[☑]『 ɢʀɪꜰꜰɪɴ 』
Fantasy❝ 박찬열 •❦• 변백현 ❞ ㅡBaekhyun tak pernah mau menggubris pelajaran yang melibatkan makhluk yunani kuno, namun kehadiran sosok di depannya membuatnya mau tidak mau harus mempercayainya. ❝a mitology story❞